Pemerintah Diminta Serius Tangani Masalah Gizi Buruk
Jumlah Penderita Gizi Buruk 193 Orang
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Pemerintah Kabupaten Ende dalam hal ini dinas teknis terkait diminta untuk serius dalam menangani permasalahan gizi buruk yang setiap tahun selalu meningkat jumlah penderitanya itu. Hal itu diangkat mengingat masih ditemukannya penderita gizi buruk terutama di wilayah Kota Ende. Jika dalam wilayah kota Ende saja jumlah penderitanya masih ada bahkan meningkat terus dikhawatirkan jumlah penderita di wilayah perdesaan justru lebih banyak. Dinas teknis terkait diminta untuk turun melakukan pemantauan dan pendataan penderita gizi buruk di setiap wilayah agar dapat diketahui secara pasti jumlah penderita dan dapat pula dilakukan penaganan intensif guna menghindari terjadinya hal-hal yang lebih buruk lagi.
Hal itu dikatakan anggota DPRD Ende, Hendrikus Parera kepada Flores Pos di gedung DPRD Ende, Kamis (27/3). Hengki Parera mengatakan, dalam Musyawarah Pembangunan di tingkat Kecamatan Ende Utara berdasarkan laporan dari Kepala Puskesmas Kotaratu terungkap bahwa untuk wilayah Kecamatan Ende Utara saja terdapat sebanyak 10 penderita gizi buruk.
Namun, kata Hengki, dari jumlah itu diketahi karena mereka memeriksakan diri ke puskesmas. Sehingga dia yakin masih ada bahkan masih banyak penderita gizi buruk yang belum terpantau di wilayah Kecamatan Ende Utara jika mereka tidak memeriksakan diri ke puskesmas. “Jadi kalau tidak periksa ya tidak terpantau. Ini kelalaian dari petugas posyandu.” Bahkan dia berkeyakinan jumlah itu akan terus bertambah jika dilakukan pemantauan ke seluruh wilayah Kabupaten Ende terutama di wilayah perdesaan.
Kurang Serius
Hengki Parera mengatakan, masih ada bahkan bertambahnya jumlah penderita gizi buruk di Kabupaten Ende ini terjadi karena pemerintah dan dinas terkait kurang serius dalam penanganan masalah gizi buruk. Selain pemerintah petugas di lapangan juga tidak serius mendata dan melakukan pendekatan kepada masyarakat. Kondisi ini juga dipengaruhi sikap mental dari masyarakat sendiri yang kurang memperhatikan kesehatan dalam hal mengasuh, memberi makan dan kurangnya perhatian dari orang tua terhadap anak-anak.
Petugas posyandu juga kurang memberikan perhatian terhadap tumbuh kembang anak-anak yang ada di wilayah masing-masing sehinga mengakibatkan masih adanya penderita gizi buruk.
Lakukan Pendataan
Hengki meminta kepada pemerintah untuk secepatnya menyikapi permasalahan gizi buruk tersebut karena menurutnya, jika tidak secepatnya disikapi dikhawatirkan penderita gizi buruk yang ada saat ini selain jumlahnya bisa bertambah juga akan berkembang ke arah yang lebih buruk baik ke busaung lapar bahkan bisa menimbulkan kematian. Petugas diharapkan turun langsung ke masyarakat guna melakukan pendataan di setiap rumah tangga yang memiliki balita. Posyandu juga diminta untuk melakukan kegiatan penimbangan dan penyuluhan secara rutin terutama kepada ibu hamil dan menyusui dan ibu yang memiliki anak balita. Hal itu perlu agr setiap orangtua dapat memberikan perhatian terhadap tumbuh kembang anak.
Manfaatkan Dana Silpa
Anggota DPRD Ende dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), H. Zaenal Abidin Thayeb mengatakan, kondisi masih adanya penderita gizi buruk ini harus ditanggapi serius pemerintah dan Dinas Kesehatan. Kondisi ini merupakan kondisi emergensi sehingga pemerintah harus secepatnya mengambil langkah. Bahkan, kata dia, bila perlu pemerintah memanfaatkan dana sisa lebih perhitungan anggaran (Silpa) tahun angaran 2006 dan 2007 yang bernilai miliaran itu. Para penderita, kata dia harus dinberikan makanan tambahan secara rutin. Jika 193 penderita gizi buruk setiap tahun diberikan dana Rp1 juta masing-masing penderita maka baru Rp193 juta yang diserap dari dana silpa tersebut dari pada dana itu nganggur dan tidak dimanfaatkan.
193 Penderita
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas kesehatan Kabupaten Ende, Agustinus G. Ngasu kepada Flores Pos di ruang kerjanya, Kamis mengatakan, hingga maret 2008 terdapat sebanyak 193 penderita gizi buruk tanpa kelainan klinis dan 825 balita gizi kurang. Sedangkan penderita giziburuk dengan kelainan klinis dan yang meninggal dunia karena gizi buruk tidak ada. Dari 193 penderita gizi buruk ini, kata dia, terdapat sebanyak 135 yang telah diberkan makanan tambahan selama tiga bulan. Dari intervensi pemberian makanan tambahan yang dilakukan ini, kondisi mereka semakin membaik.
Dikatakan, jika dari 195 penderita gizi buruk ini terdapat penderita gizi buruk dengan kelainan klinis maka pemerintah akan memberkan biaya rujukan ke rumah sakit. Biaya rujukan itu untuk pemberian makanan tambahan selama mereka dirawat di rumah sakit. Namun, kata Gusti, pemberian biaya rujukan ini hanya untuk 15 penderita. “Dana yang ada sekarang hanya untuk PMT bagi 135 penderita dan beri biaya rujuk untuk 15 orang.”
Dana Kurang
Dana penanganan gizi buruk yang disiapkan pemerintah pada tahun anggaran 2008 sebesar Rp160,2 juta. Dari dana ini, Rp151,8 juta untuk pemberian makanan tambahan bagi 135 penderita gizi buruk dan Rp8,4 juta sisanya untuk biaya rujukan bagi 15 penderita gizi buruk dengan kelainan klinis.
Sejak tahun 2006, kata Gusti, pemerintah mengalokasikan dana untuk penanganan gizi sebesar Rp288,7 juta atau 2,02 persen dari total anggaran yang dialokasikan untuk Dinas kesehatan. Jumlah ini mengalami penurunan pada tahun 2007 yakni hanya sebesar Rp256,8 juta atau 1,14 persen dari total anggaran untuk Dinas Kesehatan. Dana untuk penanganan gizi baru naik lagi di tahun 2008 sebesar Rp587,7 juta atau 3,15 persen dari keseluruhan dana untuk Dinas kesehatan. Total dana ini, kata dia merupakan keseluruhan dana untuk penanganan gizi. Maka jika dipilah lagi untuk penanganan gizi buruk maka jumlahnya tentu tidak seberapa. Kondisi itu mengakibatkan penanganan penderita gizi buruk masih sebatas pemberian makanan tambahan dan penyuluhan.
Capai Gizi Baik
Gusti mengatakan, upaya penanganan terhadap penderita gizi buruk akan terus dilakukan dan ditargetkan pada tahun 2010 sejalan dengan pencanangan Indonesia sehat 2010 setidaknya 80 persen balita di kabupaten Ende sudah mencapai gizi baik, 5 persen berat badan saat lahir rendah, 65 persen ibu hamil tidak menderita anemia. Target lainnya dalam mendukung Indonesia sehat 2010, kata dia adalah setiap 1000 penduduk hanya lima orang yang menderita malaria dan setiap 100 ribu penduduk hanya dua orang yang menderita demam berdarah. Selain itu, upaya lainnya untuk mencapai Indonesia sehat 2010 yakni mengupayakan agar pada tahun 2010 setiap 1000 penduduk hanya ada 10 orang yang menderita diare/muntaber. Penderita HIV/AIDS tidak meningkat dari satu persen jumlah pnduduk yang berisiko. Diupayakan pula agar umur harapan hidup masyarakat dapat mencapai usia 67 tahun sembilan bulan. Angka kematian bagi 25 orang per 1000 kelahiran dan kematian ibu 150 orang per 100 ribu kelahiran hidup. “Ini indicator yangharus dicapai di tahun 2010.” Rentang waktu ini, kata Gusti akan dimanfaatkan sebaik-baiknya dan untuk itu membutuhkan anggaran yang tidak sedikit guna mencapai target dimaksud.
31 Maret 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar