Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Azhar Arifin (14), siswa SD Negeri Roja 3 Arubara, Kelurahan Tetandara Kecamatan Ende Selatan didiagnosa menderita kanker ganas. Untuk menjalani perawatan, anak tunggal pasangan Arifin dan Sairi Hamid ini harus dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Namun untuk ke Surabaya, ibunda Har tidak sanggup membiayainya karena ayahanda Har yang merantau ke Malaysia sejak Har masih berusia enam bulan di dalam rahim ibudannya tidak pernah mengirimkan uang. Untuk itu, agar bisa mendapatkan perawatan di RS Dr. Soetomo, Azhar sangat mengharapkan uluran tangan dari semua pihak untuk meringankan beban penderitaan yang Har alami saat ini.
Har yang ditemui di kediaman orang tuanya di Arubara, Selasa (16/2) masih mengenakan seragam sekolah walau sudah disuruh pulang istirahat oleh kepala sekolahnya, Agus Radja. Pada leher bagian kiri dan kanan telah terjadi pembengkakan yang cukup besar. Tidak hanya pada bagian leher, ketiak kiri dan kanan serta pada bagian selangkangan Har juga sudah membengkak sebesar telur bebek.
Namun Har yang duduk didampingi ibudannya, Sairi dan bapak kecilnya Ahmad Yani serta kerabat dekatnya yang datang tetap ceria dan sesekali tertawa lebar walau tidak mengeluarkan suara. Tapi Har tidak mengeluhkan adanya rasa sakit atas kanker yang dialaminya sejak setahun yang lalu itu. Cita-citanya menjadi anggota polisi tetap ia gantungkan walau kondisi fisiknya kian kurus digerus penyakit aneh yang dia derita kini. “Porsi makan tiap hari makin banyak tapi badannya makin kurus,” kata Bapak Kecilnya, Ahmad Yani.
Sairi Hamid, ibunda Har bertutur, Har lahir 11 Februari, 14 tahun silam. Saat lahir, kondisi Har normal-normal saja. Har lalu tumbuh layaknya anak-anak Arubara lainnya. Pada usia sekolah, Har pun masuk sekolah sebagaimana biasa dan rajin ke sekolah. Har bahkan mampu menunjukan prestasi di sekolah. Menurut guru wali kelasnya, Siti Rahma, Har tergolong murid yang mampu dan masuk 10 besar di dalam kelasnya dalam prestasi akademik. Namun saat menginjak usia 13 tahun pada 2009 silam, mendadak ada benjolan yang muncul pada rahang bawah Har pada bagian kiri dan kanan. Benjolan yang tumbuh itu kian membesar. “Tapi Har tetap sekolah seperti biasa. Dia hanya batuk pada malam hari.” Enam bulan kemudian, benjolan itu semakin membesar dan membengkak. Seiring dengan itu, tubuh Har kian kurus walau porsi makannya semakin diperbanyak.
Melihat kondisi anaknya demikian, Sairi Hamid membawa Har ke dokter Robby. Dua kali Har di rawat dan hanya mendapatkan obat dari dokter. Obat yang diberikan tidak memberikan perubahan apa-apa. Khawatir bengkak yang diderita Har kian memburuk, Sairi Hamid lalu membawa Har periksa ke RSUD Ende. Di rumah sakit, Har menjalani pemeriksaan tensi darah dan foto rontgent. Dari pemeriksaan itu, oleh dokter, Har didiagnosa menderita kanker ganas. “Dokter bilang tidak bisa rawat di sini harus di Surabaya. Dokter juga bilang ini tidak boleh terlalu lama,” kata Sairi.
Berdasarkan surat rujukan yang diterbitkan dokter spesialis anak, Agustini Utari pada 8 Februari 2010, Har mengalami Suspek keganasan DD/Limtoma Maligna dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya. Dirincikan pula riwayat penyakit yang diderita Har, yakni lebih kurang tiga bulan terjadi bengkak pada leher, ketiak dan selangkangan dan tidak nyeri, mengalami batuk.
Untuk kesembuhan anaknya, Sairi terus berjuang. Dia tetap ingin melihat anaknya sembuh seperti sedia kala karena hanya Har anaknya. Tapi apa daya, sebagai petani yang telah lama ditinggal suami merantau ke Malaysia dan tidak pernah dikirimi uang, Sairi tidak dapat berbuat banyak. Untuk bisa rujuk ke Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Apalagi, kata Sairi, di sana mereka tidak punya keluarga. Inilah nasib masyarakat miskin di Indonesia. Ingin sembuh, tidak punya biaya, urus Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) juga sulit namun akhirnya Jamkesmas berhasil dikantongi Sairi. Bersama Har, Sairi akan tetap berjuang memperoleh biaya untuk bisa berobat ke Surabaya.
Sedianya, Har dan Sairi ibudanya berangkat ke Surabaya pada Kamis (18/2) menumpang KM Awu. Namun hingga kini, tiket pun belum dapat dibeli karena ketiadaan uang. Namun semangat Sairi dan Har tetap berkobar. “Apapun yang terjadi, Har tetap saya bawa berobat ke Surabaya,” tekad Sairi.
Keinginan untuk sembuh, tetap membara di hati Har. Hasratnya menjadi polisi masih tetap ia kejar. Ia kini sangat mendambakan kesembuhan untuk mengejar cita-citanya menjadi polisi. Melalui mulut Kepala SDN Roja 3, Agus Radja, Har berpesan kepada sesama sahabat sebayanya di seluruh SD di Kabupaten Ende dan di manapun berada untuk bisa menolongnya meraih kesembuhan. Dia juga minta kepada semua pihak yang budiman untuk menolongnya berobat ke Surabaya. “Saya mau sembuh. Saya mau jadi polisi,” kata Har lirih hampir tak kedengaran suaranya. Jika ada sahabat, kenalan, penderma budiman di manapun berada yang ingin membantu meringankan beban Har, bisa langsung menyalurkan bantuan melalui rekening ibunda Har, BRI Unit Nusantara, atas nama Sairi Hamid, Nomor Rekening 3565-01-022898-53-1.