Catatan Jelang Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kabupaten Ende
Oleh Hieronimus Bokilia
Pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah Provinsi NTT sudah kita lalui bersama. Perhelatan akbar politik lima tahunan tersebut telah berjalan sukses walau ditengah perjalanan masih diwarnai sejumlah aksi massa yang turun mendemo langkah bijak yang dibuat Komisi Permilihan Umum (KPU) Provinsi NTT. Namun dari perjalanan pemilu langsung yang pertama kali digelar di Provinsi NTT ini, ada satu hal yang patut diacungi jempol. Dua kandidat calon gubernur dan wakil gubernur Ibrahim Agustinus Medah dan Paulus Moa atau akrab dikenal dengan TULUS yang diusung Partai Golkar dan pasangan Gaspar Parang Ehok dan Yulius Bobo atau GAUL yang diusung gabungan partai degan nama Abdi Flobamora begitu legowo mengakui kemenangan pasangan Frans Lebu Raya dan Esthon L. Foenay atau yang akrab dikenal dengan FREN yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan hasil pilihan rakyat. Kemenangan FREN di delapan kabupaten mendapat dukungan dari dua kandidat yang dalam perhelatan politik ini berada di bawah FREN dalam perolehan suara saat pemilu langsung tanggal 14 Juni 2008 yang lalu. Ibrahim Agustinus Medah bahkan dengan sportif mengatakan FREN lebih hebat dalam menarik simpatik masyarakat pemilih. Kondisi itu memang patut diakui. Frans Lebu Raya yang menjabat Wakil Gubernur NTT mendampingi Piet Alexander Tallo memang sudah tidak asing lagi di mata masyarakat. Memanfaatkan masa lima tahun menjadi wakil gubernur, Lebu Raya telah menjelajah seluruh wilayah NTT. Saat turun berkampanye di Ende pada hari terakhir kampanye, Lebu Raya juga mengakui bahwa dia sudah turun menjelajah hamper seluruh wilayah Ended an tidak hanya turun di ibu kota Kabupaten Ende saja. Dia menyebebut Nangapanda, Maurole, Kota Baru dan desa-desa di pelosok Ende.
Kemenangan FREN yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan memang menjadi contoh betapa cerdasnya masyarakat NTT dalam berpolitik. Riak dan intrik terjadi selama proses pencarian partai politik pengusung sampai pada masa pencalonan dan pendaftaran di KPU. Namun setelah KPU menetapkan hasil pemilu langsung seluruh rakyat NTT menerima hasil pemilu langsung itu dengan ikhlas. Contoh positif ini harus menjadi pelajaran berarti bagi seluruh abupaten di NTT pada saat melaksanakan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah di kabupaten masing-masing.
Merujuk pada peraturan perundang-undangan terutama Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang Pemerintahan Daerah, dalam kaitan dengan pemilu, mensyaratkan bahwa yang berhak mengusung paket untuk didaftarkan ke KPU adalah partai politik dan gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan perolehan suara sesuai hasil pemilu 2004 yang lalu. Partai politik pengusung calon harus memiliki paling kurang 15 persen kursi di DPRD atau setidaknya memperoleh 15 persen suara pemilih yang sah dalam pemilu 2004 lalu. Demikian juga dengan gabungan partai politik yang mengusung paket harus pula memiliki 15 persen kursi di DPRD atau 15 persen suara pada pemilu 2004 yang lalu. Pada titik ini, partai politik memiliki peranan yang sangat penting dalam mengusung paket di mana dengan kondisi ini, partai politik yang sudah memenuhi syarat mengusung paket tentunya akan emnaikan posisi tawar mereka kepada kandidat yang akan maju dalam pemilu nanti. Partai politik yang sudah memenuhi syarat ini selain membuka lebar-lebar pintu bagi kandidat dari lur partai juga memiliki kemungkinan besar mengusung paket dari kalangan kader partai dan tidak jarang ketua partai sendiri yang diusung untuk maju dlam pentas politik lima tahunan ini. Kita kembali ke pemilu langsung kepal daerah dan wakil kepala daerah Provinsi NTT di mana PDI Perjuangan mengusung Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP NTT Frans Lebu Raya menjadi gubernur. Dari Partai Golkar juga mengusung ketua DPD II Partai Golkar Provinsi NTT, Ibrahim Agustinus Medah mnjadi calon gubernur. Situasi seperti itu tentu saja akan terjadi di kabupaten-kabupaten yang akan menyelenggarakan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah. Di Ende misalnya, Partai Golkar Kabupaten Ende tidak segan-segan mencalonkan Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Ende Ir. Marsel Y.W Petu menjadi calon bupati didampingi Ir. Stefanus Temu Tani sebagai calon wakil bupati. Sementara dari PDI Perjuangan, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Ende Bernadus Gadobani secara terang-terangan mengatakan perjuangannya untuk menjadi Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ende yang dilakukan dengan susah payah adalah upaya untuk menjadi calon bupati Ende dalam pemilu mendatang. Dia juga menyatakan kendati proses penjaringan bakal calon bupati di tubuh PDI Perjuangan dilakukan oleh Pengurus Anak Ranting (PAR) di tingkat kecamatan namun dia yakin mendapat dukungan riil dari PAR. Pernyataan Gadobani ini harus dia buat karena ada juga kader-kader terbaik lainnya di luar PDI Perjuangan yang juga melirik PDI Perjuangan sebagai kendaraan politik mereka untuk maju dalam pemilu yang dijadwalkan dilangsungkan pada 13 Oktober 2008 mendatang. Melirik perjalanan politik menuju pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah di Kabupaten Ende, begitu banyak nama yang disebut-sebut bakal maju. Mereka di antaranya, Bernadus Gadobani-Hendrikus Seni (PDIP), Marsel Petu-Stefanus Temu Tani (Partai Golkar), Don Bosco M. Wangge-Achmad Mochdar (koalisi partai), Anton David Dalla-Iskandar Mohamad Mberu (PKB, PAN), Silvester Djuma-Haji Ahmad Djafar (Partai Demokrat), Petrus Lengo- (PDS, PKPI. PNI Marhaens).
Peran partai politik pengusung yang bverhak mengusung para kandidat untuk didaftarkan di KPU pada titik ini memang sangat penting. Don Bosco M. Wangge-Ahmad Mochdar yang dikenal dengan paket Do’A sejauh ini mendapatkan dukungan dari 10 partai yakni Partai Demokrasi Kebangsaan (PDK), Partai Bintang Reformasi (PBR), PNBK, dan partai-partai yang tidak memiliki kursi lainnya di DPRD Ende. Namun, 10 partai yang telah berkoalisi tersebut telah bertekad mengusung paket Do’A dan akan terus berupaya memenangkan paket yang mereka usung untuk menjadi bupati wakil bupati terpilih pada saat pencfoblosan nanti. Di sini, komitmen partai-partai kecil ini memang patut dibanggakan. Betapa tidak, hanya karena ingin Ende ada perubahan ke depan, mereka komit tanpa ada embel-embel money politik mengusung paket Do’A dan berjuang memenangkannya. Namun perjalanan menuju pendaftaran paket ke KPU masih panjang. Banyak pihak yang menyangsikan soliditas partai-partai ini dalam mengusung paket karena dalam proses ini masih saja ada intrik dari lawan politik untuk saling menjatuhkan bahkan menggagalkan paket Do’A maju dalam pentas pemilu langsung. Jika siliditas ini tidak dijaga dengan baik bukan tidak mungkin jika paket Do’A yang telah dideklarasikan jauh-jauh hari ini bakal terpental karena pak\rtai pengusung satu persatu mulai menarik dukungannya.
Sementara itu, ada paket lain yang sampai sekarang masih terus merayu partai-partai yang ada untuk bisa mengusung mereka maju dalam pentas pemilu langsung. Paket Silvester Djuma-Ahmad Djafar atau MAWAR misalnya, jika hanya diusung Partai Demokrat yang memiliki tiga kursi di DPRD Ende belum memenuhi syarat 15 persen karena tiga kursi saja belum cukup. Mereka harus mencari tambahan dua kursi untuk menggenapkan kuota 15 persen demi menguasung satu paket. Silvester Djuma dalam satu wawancara dengan Flores Pos mengatakan, dia sudah mengantongi empat surat keputusan (SK) dari Dewan Pimpinan pusat yang isinya menyetujui pengusungan paket MAWAR dalam pemilu nanti. Salah satu partai yang dikatakan bakal dirayu untuk mengusung mereka adalah partai Patriot Pancasila. Namun, pernyataan itu boro-boro dikanter oleh Ketua Partai Patriot Pancasila Kabupaten Ende, Alexander Sidi. Dia mengatakan partai yang dia pimpin memang pernah didekati petinggi Partai Demokrat Ende untuk sama-sama mengusung paket yang didukung Partai Demokrat. Namun, pembicaraan awal itu kemudioan tidak berlanjut karena menurut dia tidak mungkin Partai patriot Pancasila bergabung dengan partai yang sudah menetapkan paketnya tanpa ada sumbang saran dari mereka yang akan bergabung. Partai Patriot Pancasila kata Lexi So sampai saat ini memang tidak pernah bergabung degan Partai Demokrat untuk mengusung paket MAWAR dan mereka sudah bertekad bergabung dengan Koalisi Bersama Membangun yang sudah mendeklarasikan paket DO’A.
Melihat perkembangan politik menjelang pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah di kabupaten Ende, memang belum berjalan maksimal. Artinya, dari sekian banyak paket yang berhasrat maju dalam pemilu dan dari begitu banyak partai politik pengusung, baru Partai Golkar yang resmi mengumumkan paketnya Marsel pwetu-Stefanus Temu Tani. PDI Perjuangan yang merupakan partai yang sudah memenuhi kuota 15 persen perolehan suara hingga kini belum menetapkan paket yang akan diusung. Bahkan silang pendapat antar kader partai terus bermunculan terkait siapa yang bakal diusung dari partai banteng bermoncong putih ini. Ada skenario yang sedang dimainkan kader partai agar mengusung paket Do’A yang menurut ereka lebih representatif dan didukung masyarakat banyak sehingga kemungkinan memenangkan pemilu lebih besar. Anggota DPR RI Herman Herry dalam satu pernyataannya di Flores Pos mengatakan paket Do’A merupakan paket “seksi” dan layak untuk diusung. Namun pernyataan Herman Herry itu langsung dijawab Ketua DPC PDI perjuangan Kabupaten Ende, Bernadus Gadobani. Gadobani bilang, PDI Perjuangan punya kader yang siap diusung dan sebagai kader partai dia siap maju sebagai calon bupati dari PDI Perjuangan didampingi Hendrikus Seni. “Saya siap jadi calon bupati bersama Hendrik Seni. Kami sudah bekerja cukup lama.”
Muncul pertanyaan, mengapa paket Do’A yang sudah diusung 10 partai politik masih melakukan manufer ke PDI Perjuangan? Kondisi ini memuncuk\lkan banyak spekulasi. Spekulasi pertama, 10 partai pengusung dinilai kurang solid sehingga paket Do’A harus mencari alternatif lain dan salah satunya adalah melakukan manufer ke PDI Perjuangan yang sampai saat ini belum menetapkan paket definitif. Spekulasi kedua, muncul dari orang-orang PDI Perjungan sendiri yang tidak mau mengusung paket yang kalah. Pada titik ini, para kader partai khawatir jika sampai memaksakan Bernadus Gadobani-Hendrik Seni (BERNAS) untuk maju dari PDI Perjuangan maka kekalahan sudah di depan mata sementara PDI Perjuangan sebagai partai besar tidak mau kalah dalam perhelatan akbar ini. Padahal, banyak kalangan melihat kemampuan Gadobani-Henrik Seni sangat potensial mengingat selama lima tahun menjadi ketua DPRD Ende dan lima tahun menjadi wakil bupati Ende, Gadobani merupakan tokoh “bersih” yang tidak diragukan lagi kualitas memimpinnya dengan pengalamannya itu.
Partai Demokrat yang mengusung paket MAWAR jika sampai pada waktunya harus mendaftar dan belum ada partai yang mau berkoalisi maka tiga kursi di DPRD Ende yang mereka miliki akan menjadi mubazir. Paket Mawar dan jajaran pengurus Partai Demokrat harus bekerja ekstra merayu lagi dua partai yang memiliki kursi di DPRD Ende jika tidak mau hanya menjadi penonton nanti. Namun jika benar empat SK DPP tersebut sudah dikantongi dan jajaran pengurus partai di daerah mau rela melepas paket yang sudah mereka usung untuk bergabung mengusung paket MAWAR maka mereka bisa mendaftar di KPU mengingat KPU hanya akan menerima pendaftara paket yang sudah mencapai kuota 15 persen baik 15 persen kursi di DPRD Ende maupun 15 persen suara sah pemilu 2004.
Lain lagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang sejak awal sesuai hasil musyawarah cabang telah menetapkan pasangan Anton David Dalla-Iskandar Mohamad Mberu atau paket DAMAI. Dengan kekuatan empat kursi di DPRD Ende, PKB harus mencari satu lagi partai yang memiliki kursi untuk bisa mendapatkan tiket melaju ke pentas pemilu langsung ini. Partai Amanat Nasional (PAN) yang saat ini terdapat dua versi yakni pimpinan Sabri Indradewa telah memilih meberikan dukungan politik terhadap paket DAMAI. Sedangkan PAN pimpinan Agil Parera Ambuwaru lebih memilih menancapkan bendera partai di Sekretariat Paket DO’A di Jalan A. Yani. Jika dualisme kepengurusan ini tidak cepat diselesaikan akan menjadi bumerang bagi paket DAMAI. Namun paket Damai lagi-lagi digoyang. Di saat masa pendaftaran tinggal menghitung hari, muncul paket DIAN, Yucundius Lepa-Nur Aini Rodja yang juga diusung PKB. Polemic seputar kehadiran paket DIAN pun bermunculan dan hingga kini belum berujung siapa yang berhak diusung DAMAI atau DIAN.
Di tubuh PDS pimpinan Anselmus W. Mangu sudah bersepakat mengusung Petrus Lengo-Paulus Pase. PKPI pimpinan Yohanes Bade Oda juga memilih bergabung dengan PDS dan PNI Marhaens mengusung paket ini walau dan telah dideklarasikan. Namun rumor berkembang, Bade Oda sebagai partai pengusung belum iklas memberikan dukungan karena kontribusi partai yang belum diselesaikan paket Lengo Pase.
PDI Perjuangan yang selama belum memastikan mengusung paket akhirnya mulai ada titik terang. Setelah rapat kerja cabang khusus yang mayoritas mendukung paket Don Wangge Mat Mochdar (11) dukungan PAC dan Gadobani-Hendrik Seni haya kebagian lima PAC, DPP partai akhirnya mengeluarkan rekomendasi mengusung paket Do’A walau sampai sekarang gadobani masih tetap bergerilya mencari pintu masuk lewat partai yang dia pimpin itu.
Di sisi lain, ada juga calin perseorangan. Ende hanya ada dua paket perseorangan yang diverivikasi yakni Sipri Reda Lio-Titus M. Tibo atau yang akrab dikenal dengan paket SETIA dan paket Wolo- Bhoka. Hingga kini proses verifikasi masih berjalan dan belum diputuskan hasilnya oleh KPUD Ende.
Munculnya paket independen atau perseorangan ini juga dapat menjadi alternative pilihan masyarakat Kabupaten Ende pada 13 Oktober mendatang. Siapa yang terpilih tentu menjadi rahasia konstituen di ruang tempat pemungutan suara alias TPS. Banyak pihak meramalkan pemilihan akan terjadi dua putaran mengingat kekuatan masing-masing paket merata. Namun apapun yang terjadi semua kita tentu berharap pemilu ini berjalan damai karena ada paket DAMAI, diiringi doa karena ada paket DO’A, diterangi cahaya dian karena ada paket DIAN, saling setia antar pasangan calon karena ada paket SETIA untuk menuju Ende sare Lio pawe yang diidamkan masyarakat.
14 Agustus 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar