13 Desember 2008

Pendidikan Jadikan Siswa Pandai dan Beradab

*Kata Sultan Hamengku Buwono X

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Para pendidik diharapkan tekun dan bersungguh-sungguh dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik agar mereka tidak saja menjadi pandai tetapi juga beradab. Sistem pendidikan nasional yang selalu berubah menjadi problem tersendiri. Beban pelajaran yang harus dipelajari siswa untuk menjadi pandai tetapi pemahaman menyangkut budi pekerti dan peradaban menjadi kurang diperhatikan.

Hal itu disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X saat berkunjung ke lembaga pendidikan Santa Ursula dan SMAK Syuradikara, Rabu (26/11). Sultan mengatakan, lembaga Santa Ursula yang dikelolah suster-suster diharapkan dapat mengawinkan antara upaya mentransfer pengetahuan kepada anak didik untuk menjadi pandai dan mempunyai peradaban yang baik agar kesemimbangan antara pandai dan beradab itu dapat dicapai.

Menurutnya, keseimbangan dalam mentransfer ilmu dan budi pekerti itu sangat perlu agar dapat mencapai pendewasaan dan menjadikan anak didik menjadi lebih baik. Akhir-akhir ini, kata Sultan, aksi demo-demo di kampus dan yang keluar adalah kekerasan bukan pada dialog, sharing untuk mencari jalan keluar.

Sementara saat berkunjung ke SMAK Syuradikara, Sultan mengatakan, Syuradikara merupakan lembaga pendidikan yang bertugas membangun peradaban anak bangsa untuk masa depan Indonesia. Sultan juga menyampaikan selamat ulang tahun bagi para guru yang merayakan ulang tahun pada Selasa (25/11). Menjadi guru, kata Sultan, tidak saja untuk mencapai kesejahteraan tetapi mencerdaskan dan membangun peradaban. “Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tapi di sini saya mau katakan bahwa guru adalah pahlawan untuk membangun manusia unggul untuk bangsa ini.” Guru sebagai profesi akan semakin jelas dalam proses membangun masa depan dan untuk membangun masa depan merupakan tantangan berat bagi anak-anak sekolah.

SistemTeknologi

Sultan mengatakan, sistem teknologi yang ada semakin mendekatkan negara dan benua yang terasa tanpa sekat. Kondisi ini memaksa semua kita untuk mengalami loncatan besar dari tidak siap ke siap. Sistem informasi dan teknologi ini sangat dekat dengan anak bangsa dan merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari. “Anak bangsa tidak boleh gagap teknologi.”

Sultan juga menyampaikan kekhawatirannya dengan globalisasi yang kian merubah pola pendekatan yang lebih mengutamakan materi. Teknologi lintas negara dan benua membawa konsekuensi tumbuhnya nilai dan budaya baru dalam pergaulan anak bangsa yang global. Semua menikmati perubahan termasuk gaya hidup. Namun kekhawatiran juga muncul di mana perubahan oleh masyarakat tetap dalam konteks berpikir lokal. “Berpikir lokal tetapi berperilaku global. Saya khawatir akhirnya menjadi masyarakat yang ambigu.”

Di hadapan pendidik dan pelajar Syuradkara Sultan menyampaikan gagasannya seputar undang-undang pornografi. Menurutnya, lahirnya Undang-Undang Pornografi merupakan contoh ketidaksiapan Indonesia menghadapi perubahan global dan berupaya menghindari tantangan global. Justru dengan lahirnya UU Pornografi akan menghancurkan bangsa ini. Tantangan global harusnya disikapi bukannya mengucilkan diri dalam proses perkembangan dan perubahan zaman. “UU Pornografi adalah contoh dari sebuah kepicikan cara berpikir dalam menghadapi tantangan global.”

Ketua Yayasan Nusa Taruni Bhakti, Suster Kristofora Nou, OSU saat menyapah kehadiran Sultan Hamengku Buwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas di Santa Ursula mengatakan, seluruh anggota Santa Ursula tidak pernah membayangkan Sultan dan Kanjeng Ratu sebagai orang yang dibanggakan hadir di Santa Ursula. Di hadapan Sultan dan Kanjeng Ratu, suster berjanji ingin menumbuhkan keseimbangan dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan budi pekerti seperti yang Sultan harapkan agar tumbuh ilmu dan budi pekerti. Lembaga pendidikan Santa Ursula ingin menjadi bagian penting dari bangsa dengan pikiran dan seluruh jiwa raga. Seluruh anggota lembaga pendidikan Santa Ursula berjanji di tempat ini menjadi bagian dari bangsa yang terbaik.

Pencipta Pahlawan Utama

Kepala SMUK Syuradikara, Pater kanis Bhila, SVD saat menyambut kehadiran Sultan dan Kanjeng Ratu di SMAK Syuradikara mengatakan, nama Syuradikara diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti pencipta pahlawan utama. Pater Kanis juga menceritakan awal mula pendirian SMAK Syuradikara yang bermula dari maklumat pimpinan SVD untuk mendirikan sekolah menengah atas di Flores. Pada 1 September 1953 SVD membuka SMA di Kota Ende dengan nama Syuradikara.

Pater Kanis juga menyatakan kebanggaannya terhadap para alumni SMA Syuradikara yang mau berjalan bersama Sultan untuk mewujudkan Indonesia Baru. Pater juga mengatakan rasa hormatnya atas kunjungan Sultan dan Kanjeng Ratu ke Suradikara. “Kami menyertai Sri Sultan dalam merebut kursi nomor satu di Republik Indonesia ini.” *

Tidak ada komentar: