10 September 2009

Talk Show Peran Pers Lokal dalam Memasyarakatkan Pangan Lokal

* Tampilkan Lima Pembicara
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Dalam rangka perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-10 Flores Pos yang jatuh pada 9 September, Flores Pos menggelar talk show mengangkat tema peran pers lokal dalam memasyarakatkan pangan lokal. Tampil sebagai pembicara dalam talk show ini Bupati Ende, Don Bosco M Wangge, Direktur FIRD, Roni So, Don Bosco Do, Pemimpin Redaksi Flores Pos, Frans Anggal dan Sekretaris Bappeda Ngada, Pieter Sue. Pater Lorens Olanama, SVD tampil sebagai moderator dalam talk show ini.

Talk show peran pers lokal dalam memasyarakatkan pangan lokal digelar di halaman Kantor Redaksi Flores Pos, Jalan El Tari, Selasa (8/9).

Bupati Ende, Don Bosco M Wangge yang diberi kesempatan awal memaparkan pokok-pokok pikirannya mengatakan, makanan merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi. Orang, katanya menyitir pernyataan moderator Pater Olanama, belum berbuat apa-apa kalu perut belum kenyang. Karena itu, makan dan makanan adalah kebutuhan yang harus dipenuhi. Dikatakan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yag cukup baik jumlah, mutu, aman, merata dan terjangkau. Pada tahun 2012, kata Wangge, telah dicanangkan Kabupaten Ende akan mencapai swasembada pangan. Itu berarti bukan saja swasembada beras tetapi juga pangan lokal yang tidak terpisahkan dari ketercukupan pangan.

Untuk mendukung langkah mencapai swasembada pangan 2012 itu, telah dilakukan berbagai langkah seperti sosialisasi dan secara teknis telah bertemu dengan petugas penyuluh lapangan (PPL) agar bisa tercapai ketercukupan pangan dengan fokus perhatian pada pangan lokal. Untuk bisa mencapai itu, perlu upaya merubah pola dari pola mengkonsumsi pangan beras ke pola konsumsi pangan lokal. Saat ini, masyarakat sudah mulai melupakan jenis-jenis pangan lokal Ende seperti lolo, are, uwi dan sejumlah ejnis pangan lokal lainnya. “Pangan lokal diabaikan dan bilang belum makan kalau belum makan nasi beras.” Untuk itu ke depan, konsumsi pangan lokal harus kembali dihidupkan.

Dijelaskan, untuk Kabupaten Ende, pangan belum mencukupi. Dari 21.198 keluarga tani dengan 1377 kelompok tani yang semuanya tergabung dalam Gapoktan menjadi 133 kelompok tani, terdapat 90 PPL PNS dan 95 PPL non PNS. Lahan potensial yang dimiliki 50.750 ha, yang difungsikan baru 21.580 ha (42,52 Persen) dan yang belum difungsikan 29.170 ha atau 57,48 persen. Luas tanam dan produksi pangan tahun 2008, luas tanam 16.995, luas panen 16.739 dan luas produksi 52.706 ton. Dari luas lahan itu, ketersediaan pangan selama lima tahun terakhir yakni pada tahun 2004 sebanyak 23.015 ton ekuivalen beras dan terjadi kekurangan 40,37 persen, tahun 2005 sebanyak 25.411 ton ekuivalen beras dan terjadi kekurangan 35,48 persen. Pada tahun 2006 ketersediaan pangan 28.645 ton ekuivalen beras dan terjadi kekurangan 28,36 persen, tahun 2007 sebanyak 29.509 ton dan terjadi kekurangan 27,82 persen dan pada tahun 2008 31.284 ton dengan kekurangan 25,01 persen.

Dari kondisi ini, kata Wangge, ada trend peningkatan produksi dan kekurangan kamin menurun. Jika kondisi ini terus disikapi maka pada tahun 2012 kekurangan pangan bisa diatasi dan swasembada pangan dapat tercapai. Namun, kata dia, kendati ada upaya meningkatkan pangan lokal namun bukan berarti pangan beras diabaikan. Produktifitas beras akan terus ditingkatkan. Jika selama ini produksi padai per hektar paling tinggi hanya 4,5 ton-5 ton maka diupayakan agar per hektar mampu menghasilkan 6-7,5 ton dan tahun 2012 harus mampu mencapai 10 ton per hektar.

Untuk bisa mencapai swasembada di tahun 2012, lanjut Wangge, langkah yang dilakukan adalah bekerja sama dengan pihak swasta yang menurutnya selama ini terkesan ditidurkan. Untuk benih yang selama ini diproyekan, akan libatkan swasta untuk mendatangkan benih dan mereka yang nanti membeli hasil produksi dari petani.

Roni So pada kesempatan itu mengatakan, selama sepuluh tahun bekerja bersama di tengah petani dalam upaya mengembalikan kedaulatan kepada petani yakni petani berdaulat atas benih, berdaulat atas air dan berdaulat atas tanah. Dari kerja-kerja itu, berhasil menghimpun segenap petani Flores Lembata dan menggelar Musyawarah Besar Petani (Mubes) yang menghasilkan tiga rekomendasi terkait kedaulatan petani yakni petani harus kembali berdaulat atas benih, air dan tanah. Dikatakan, kerja-kerja dan Mubes Petani Flores Lembata menyangkut kedaulatan pangan akhirnya mendapat respon dari Keuskupan Nusa Tenggara yang menggelar pertemuan membahas kedaulatan pangan. Dia berharap, ke depan, pemerintah juga mulai membicarakan soal kedaulatan pangan.

Bicara soal kedaulatan pangan, kata Roni So, ada tiga pokok persoalan yakni benih unggul yang harus benih tanpa intervensi pestisida dan pupuk ilmiah. Pasar yang tidak merugikan petani kendati diketahui bahwa investor juga inginmencari keuntungan namun agar tidak terlalu memberatkan petani. “Disini kita berbicara menyangkut perdagangan yang adil.” Terkait petani, dia mengkritik petani kita dan melontarkan pertanyaan kritis petani kita apakah petani ataukah buruh tani. Jika sebagai petani mereka menanam apa yang mereka makan namun sebagai buruh tani mereka menanam apa yang mau dibeli oleh orang lain.

Don Bosco Do dalam pemaparannya mengatakan, mengingat saat ini pemerintah mulai menggalakan pangan lokal maka langkah itu perlu penyatuan ide untuk saling mendukung. Bicara soal pangan dan peran swasta, merupakan suatu kecemasan pada orientasi pada pasar. Walau pasar menjadi penyatu akses ke pasar akan ada titik rawan. Menanggapi soal kedaulatan pangan yang diangkat Roni So, dia mengatakan agar pemerintah membantu dalam melakukan riset pangan lokal yang unggul agar benih yang disiapkan benar-benar unggul dan dapat dibudidayakan. Karena mneurutnya, benih unggul lokal ini yang menjadi kebutuhan para petani.

Don Bosco Do juga mengatakan, pangan lokal mensuplai keutuhan karbohidrat bagi tubuh. Pangan lokal juga memiliki nilai gizi yang cukup.

Romo Ronny Neto Wuli, Pr menanggapi para pembicara mengatakan, berbicara soal peran pers lokal dalam memasyarakatkan pangan lokal sebenarnya sudah dimulai sejak Dian. Dia bahkan masih mengingat satu judul berita Dian yang berbunyi ‘Ubi Nuabosi Siapa Tidak Doyan’ yang menurutnya sangat luar biasa. Pangan lokal mempunyai ketahanan dan petani bangga dnegan produksi pangan lokal yang didukung penuh oleh peran pers saat itu. “Dian sudah mulai dan ini yang terus diberitakan.”

Nimus Palla dari Yayasan Tananua mengusulkan agar Flores Pos membuka rubrik khusus yang menyajikan tulisan dan gambar berbagai jenis pangan lokal agar masyarakat lebih mengenal pangan lokal yang ada. Dia juga mengusulkan adanya perbaikan kurikulum muatan lokal yang mengangkat juga soal pangan lokal. Terkait pemberdayaan pangan lokal lewat lomba masak, Palla mengusulkan agar ke depan tidak saja digelar lomba masak pangan lokal tetapi pula lomba keberagaman isi lumbung. Langkah itu perlu menurutnya agar bisa diketahui kemampuan petani dalam membudidayakan pangan lokal yang diisi di dalam lumbung mereka. Dia juga menggagas agar setiap reklame yang masuk ke Ende harus menampilkan kampanye pangan lokal. “Kalau tidak mau kampanye pangan lokal jangan diijinkan dipasang.”

Frans Anggal dalam materinya mengatakan dengan adanya otonomi, setiap bupati mulai merancang kegiatan yang baik namun terkadang masih terbentur kebijakan yang lebih tinggi. Untuk itu menuntut pemerintah daerah untuk membuat kebijakan lokal menyangkut ketahanan pangan . langkah bupati Don Wangge yang turun ke desa dan makan makanan lokal merupakan langkah bijak. Sebagai figur publik, apa yang dibuat itu bisa menjadi contoh yang dapat ditiru dan jika diteruskan kepada masyarakat akan lebih efektif dan hal itu merupakan peran dari pers.

Pers, kata Anggal memiliki lima peran yakni sebagai pelapor, penafsir, wakil publik, anjing pengawas dan pembuat kebijakan. Pers mencari dan memberitakan kebenaran yang selalu dilengkapi dari hari ke hari agar semakin mencapai kepada kebenaran walau tidak sampai pada kebenaran mutlak. Pers loyal kepada masyarakat bukan loyal kepada pemilik koran dan pembaca. Melakukan verivikasi, tidak memihak dan memantau kekuasaan. Terkait dengan peran pers lokal dalam memasyaraktkan pangan lokal, Anggal katakan, karena ini merupakan gerakan maka bersifat horisontal, bukan merupakan program namun gerakan dan semua unsur harus terlibat di dalamnya dalam upaya memasyarakatkan pangan lokal. Jika ingi agar program ini bisa berhasil, katanya, peranan pers perlu diperhitungkan. Dia menganjurkan agar pemerintah membuat gerakan koran masuk desa dan koran masuk sekolah demi memasyaraktkan pangan lokal.

Pieter Sue dalam materinya mengatakan, potensi lahan yang dimiliki Ngada masing-masing lahan kering 155.577 ha dan lahan basah 6.515 ha. Ketersediaan dan kebutuhan pangan Ngada berdasarkan produksi pangan, produksi beras 13.731 ton, non beras 9.800 ton. Kebutuhan per lima bulan mencapai 7.540 ton. Kabupaten Ngada, kata Sue mengalami surplus pangan dan untuk emncapainya pemerintah memiliki strategi yakni peningkatan koordinasi sistem ketahanan pangan, peningkatan kelembagaan pangan masyarakat, pengembangan motifasi dan partisipasi masyarakat, pengembangan sumberdaya manusia pertanian dan mekanisme penyelengggaraan penyuluhan, pengembangan agribisnis unggulan desa dengan mengembagkan kelompok agribisnis yang menjadi unggulan melalui koordinasi lintas sektor.

sementara pada acara puncak peringatan HUT ke-10 Flores Pos, dilaksanakan misa syukur yang dipimpin Vikjen Keuskupan Agung Ende, Pater Yoseph Seran, SVD. usai acara misa syukur dilanjutkan dnegan ramah tamah sederhana yang dihadiri kelaurga besar Flores Pos dan sejumlah undangan lainnya.




Theater Anak Loper Memukau Penonton

* Dalam Rangka HUT ke-10 Flores Pos
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Dalam rangka memeriahkan perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-10 Flores Pos pada 9 September, Flores Pos menggelar aneka kegiatan. Salah satu kegiatan yang cukup diminati adalah malam pentas Theater Anak Loper Flores Pos di bawah asuhan Pater Lorena Olanama, SVD. Pentas Teater Anak Loper diisi dengan pembacaan puisi-puisi karya WS Rendara. Acara ini selain untuk memeriahkan HUT Flores Pos, Juga dalam rangka mengenang 40 hari meninggalnya penyair ternama WS Rendra.

Pentas yang dilangsungkan di halaman Cantor Redaksi Flores Pos, Jalan El Tari pada Senin (7/9) dipadati penonton. Siswa-siswi dari SMAK Fraterna Ndao begitu antusias bahkan bersama guru mereka Felix Pandai ikut menyumbangkan satu mata acara pada malam pentas tersebut.

Acara malam pentas Teater Anak Loper Flores Pos yang dipandu Pater Charles Beraf, SVD ini dibuka dengan lagu yang dibawakan oleh Chasan. Usai Chasan menyumbangkan suara emasnya dipembuka acara ini, anak-anak loper yakni Gerald, Anis, Us, Nus dan Edin dibawa pimpinan Pater Lorens Olanama mulai masuk panggung pentas membawa peralatan yang mereka gunakan untuk pentas. Ada galon kosong, seng bekas, gitar, dan satu orang masuk membawakan gitar sebagai pengiring lagu Loper Koran. Sebelumnya saat memasuki pentas Edin salah satu anggota Theater Anak Loper sambil membawa koran Flores Pos berteriak ‘koran, koran, koran’. Mereka lalu membawakan lagu Loper Koran diiringi gitar dan tabuhan botol galon, seng bekas dan bunyi senduk dan kayu yang dipukul pada lantai dan kursi.

Usai membawakan lagu tersebut, Pater Olanama langsung membacakan puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta, karya penyair ternama WS Rendra. Dalam iringan tetabuhan, Pater Olanama membawakan puisi menghentak-hentak membuat penonton yang hadir begitu terpukau. Tak adapun suara yang keluar dari mulut para penonton yang begitu menikmati puisi yang dibawakan.

Selain puisi Bersatulah Pelacur-Pelacur Kota Jakarta, Pater Olanama juga masih membacakan sejumlah puisi karya WS Rendra yang lainnya. Setelah penampilan anak loper, tampil pula Pater Charles Beraf membawakan beberapa puisi. Stef Tukan yang hadir pada malam itu juga tampil membawakan puisi Logika Matematika. Acara juga diselingi lagu yang dibawakan Chasan yang mengundang penonton ikut bernanyi. Bahkan sejumlah anak yang berjoget ria di atas panggung pentas bersama iringan lagu dari Chasan.

Pater Charles pada malam pentas tersebut mengatakan malam pentas Theater Anak Loper tersebut dogelar selain untuk memeriahkan perayaan HUT ke-10 Flores Pos juga dalam rangka mengenak meninggalnya penyair WS Rendra.

Sementara Pater Lorens Olanama pada kesempatan itu mengatakan puisi bukanmenjadi sesuatu yang menyeramkan tetapi puisi merupakan sesuatu yang menghibur. Kepada para penonton yang hadir, Pater Olanama sempat melontarkan pertanyaan terkait kapan WS Rendra meninggal. Namun oleh segenap penonton tak ada yang mengetahuinya. Pater Olanama mengatakan, para penyair memang bukan seperti selebriti atau pejabat yang hari dan tanggal meninggalnya diketahui banyak orang. Penyair memang kurang diketahui waktu dan tempat mereka meninggal. Dikatakan, puisi-puisi Rendra merupakan puisi-puisi yang garang yang ditulisnya setelah kembali dari Amerika Serikat. Pada tahun 1960 saat masih muda di Jogjakarta, saat darah muda Rendra masih membara, Rendra juga banyak menulis puisi-puisi cinta yang sangat indah. Pada kesempatan itu Pater Olanama juga membacakan puisi cinta karya Rendra dengan judul Surat Cinta.

Malam pentas Theater Anak Loper ditutup dengan penampilan spektakuler Chasan yang membawakan lagu dari penyanyi ternama Brori Marantika, Sayang Bilang Sayang. Para penonton seakan enggan beranjak dari tempat duduk ketika lagu penutup Chasan ini berakhir dan menutup malam pentas Theater Anak Loper.



Kodim Gelar Buka Puasa Bersama dan Pemberdayaan Desk Anti Teror

* Teroris Muncul Karena Salah Memahami Agama
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Kodim 1602 Ende dalam rangka menjalin kebersamaan dan silahturahmi menggelar acara buka puasa bersama juga dalam rangka pemberdayaan desk anti teros di Markas Kodim Ende. Acara buka puasa dan pemberdayaan desk anti teror dihadiri Bupati Ende, Don Bosco M Wangge, Wakil Bupati, Achmad Mochdar, Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto, Kepala Pengadilan Negeri Ende, M Purba dan sejumlah undangan lainnya.

Komandan Kodim 1602 Ende, Letnan Kolonel Inf. Frans Thomas pada acara buka puasa dan pemberdayaan Desk Anti Teror, Senin (7/9) mengucapkan selamat menjalankan puasa dan dapat menjadi sarana instrospeksi untuk memperbaiki berbagai kekurangan atau kelemahan.

Dikatakan, perkembangan siatuasi keamanan nasional saat ini kembali terusik dengan kejadian teror bom Kuningan jilid dua di mana sekelompok orang menjadikan agama sebagai kendaraan, kebenaran ajaran agama dibajak dan dimonopoli sebagai alasan pembenaran dalam melaksanakan aksinya. Pada perkembangannya, lanjut Dadim Thomas dilakukan dengan cara kekerasan dan diikuti paham radikal sehingga menciptakan kelompok garis keras dengan menerapkan aksi teror sebagai tindakan. Guna mengantsipasi terjadinya aksi terorisme di Indonesia, TNI AD berupaya membentuk Desk Anti Teror dengan tugas membantu pimpinan dalam merumuskan kebijakan untuk pencegahan dan penangkalan aksi teror melalui pengumpulan data yang mengarah pada indikasi kemungkinan terjadinya aksi teror.

Kegiatan Desk Anti Teror, kata Thomas, ,e,erlukan tata kerja yang jelasd dari unsur-unsur intelijen di daerah yang menggambarkan suatu hubungan yang saling terkait dan saling membutuhkan dalam rangka menyikapi perkembangan situasi di wilayah tanggung jawab. Pengaktifan Desk Anti teror, kata dia diharapkan akan dapat melaksanakan demi dan ceni guna meningkatkan kepekaan dan kewaspadaan serta dapat memaksimalkan koordinasi yang intensif dengan forum Kominda yang telah ada terhadap manuver terorisme di daerah. Dandim Thomas juga berharap kepada seluruh komponen masyarakat yang ada untuk meningkatkan kerjasama dengan cara memberikan informasi dan data sekecil apapun bila terjadi perubahan yang perlu diwaspadai.

Bupati Ende, Don Bosco M Wangge pada kesempatan itu mengatakan, banyak umat beragama yang selama ini mengaku dan mengatakan dirinya telah beragama namun perilakunya belum beragama. Agama mengajarkan kerelaan untuk berkorban demi kebaikan dan keselamatan orang banyak. Ilmu pengetahuan meneguhkan hati supaya tidak terombang ambing, harta benda tidak sekedar membahagiakan tetapi memuliakan sebagaimana seorang anak tidak hanya menyenangkan tetapi juga mengharumkan nama orangtuanya.

Kerelaan berkorban demi kepentingan orang banyak adalah esensi ajaran setiap agama. Sekarang para pemeluk agama malah rela mengorbankan kepentingan banyak orang demi kepentingan diri sendiri. Agama, kata Wangge tidak mengajarkan kekerasan, agama tidak membenarkan kekerasan. Tidak pula pemaksaan dalam hal beragama. “Lalu kekerasan dalam diri kita berasal dari mana? Jangan-jangan kita selama ini belum beragama sama sekali.”

Bupati Wangge mengatakan, munculnya terorisme yang akhir-akhir ini kian marak terjadi karena salah dalam memahami agama. Padahal semua agama mengajarkan kebaikan. Dia berharap agar memahami ajaran agama untuk membangun kebersamaan dalam membangun Ende. Jika selama ini ada sebanyak 29 ribu lebih kepala keluarga yang miskin agar dibangun sehingga menjadi berkurang. Dengan mengacu pada ajaran agama dan berpedoman pada ayat-ayat suci diajak untuk menjadi manusia yang beragama bersahabat diantara sesama umat untuk membangun Ende Lio Sare Pawe.



Dewan Dukung Rencana Pemerintah Naikan Alokasi Dana Desa

* Juga Naikan Tunjangan Pendapatan Aparat Desa
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Anggota DPRD Ende mendukung niat baik pemerintah yang berencana menaikan alokasi dana desa (ADD) sebagaimana disampaikan Bupati Ende, Don Bosco M Wangge saat melantik lima kepala desa di lantai dua kantor bupati beberapa waktu lalu. Peningkatan ADD bagi desa itu perlu dilakukan agar desa mampu membiayai segala kegiatan yang direncanakan dan bisa menunjang pembangunan yang dicanangkan pemerintah.

Anggota DPRD Ende, Erikos Emanuel Rede dari Partai Kasih Demokrasi Indonesia kepada Flores Pos di gedung Dewan, Senin (7/9) mengatakan, selama ini, alokasi dana desa yang dikucurkan pemerintah besarannya berfariasi untuk setiap desa. Sebagai mantan kepala desa, alokasi dana yang didapatkan senilai Rp59 juta untuk setiap desa per tahun. Niat baik pemerintah yang berencana menaikan ADD menjadi Rp100 juta per tahun untuk setiap desa, kata Rede merupakan langkah maju yang perlu mendapatkan dukungan.

Dikatakan, dukungan terkait rencana pemerintah menaikan alokasi dana desa itu bukan tanpa alasan. Menurutnya infrastruktur di desa masih banyak yang perlu dibenahi sehingga langkah menaikan ADD merupakan langkah yang tepat. Dengan ADD yang selama ini pas-pasan aparat desa diharuskan mengelolanya untuk bisa membiayai sejumlah kegiatan. Dengan kenaikan ADD itu diharapkan, infrastruktur fital di desa seperti jalan setapak, jalan tata lingkungan, drainase, tembok penyokong dapat diperhatikan dan diatasi oleh pemerintah desa. “Intinya kalau ADD naik jelas infrastrutktur dasar di desa akan lebih diperhatikan.

Dengan menaikan ADD< kata Rede, merupakan bukti keberpihakan pemerintah dibawah kepemipinan Bupato Don Bosco M Wangge dan Wakil Bupati, Achmad Mochdar yang berpihak pada masyarakat desa. Apalagi, kata Rede, dengan menaikan ADD maka kedua pemimpin Ende ini telah perlahan-lahan merealisasikan janji mereka selama masa kampanye dengan mengucurkan lebih banyak alokasi dana ke desa-desa.

Selain mendukung rencana pemerintah menaikan ADD, dia juga mengharapkan pemerintah untuk tidak lupa menaikan tunjangan pendatanan aparatur desa (TPAD). Selama ini, tunjangan yang diberikan bagi kepala desa senilai Rp1,5 juta per bulan dan kepada aparat desa lainnya sebesar Rp750 ribu perbulan. Langkah menaikan dana TPAD itu juga dinilai penting mengingat dengan dana itu dapat membiayai operasional desa, perjalanan dinas kepala desa dan aparat desa serta administrasi di desa.

Hal senada juga dikatakan anggota DPRD Ende, Arminus Wuni Wasa dari Partai Demokrat. Menurut Wuni Wasa, Dewan sepatutnya mendukung langkah pemerintah menaikan alokasi dana desa karena titik tolak pembangunan suatu kabupaten ada di tingkat desa. Suksesnya suatu pemerintahan, kata dia akan dilihat dari tingkatkemajuan desa-desa yang ada di dalam wilayah tersebut maka pembangunan juga harus lebih difokuskan di tingkat desa. Langkah menaikan ADD merupakan langkah bijak yang ditempuh pemerintah. Sebagai lembaga yang memiliki hak budget, kata Wuni Wasa, dia akan sangat mendukung pengajuan kenaikan alokasi dana desa dimaksud. Bahkan, kata dia, tidak saja Rp100 juta per tahun bila memungkinkan pemerintah dapat mengalokasikannya lebih dari itu. Hanya saja, kata dia, setelah dialokasikan pemerintah harus mengatur pemanfaatannya dengan aparat desa sesuai peruntukan. “Jangan alokasi dana makin besar lalu disalahgunakan. Itu perlu pengawasan ketat agar punya nilai tambah dari pengalokasian dana itu.”

Dia juga mengharapkan, agar pemerintah lebih memfokuskan perhatian pembangunan bagi daerah-daerah terpencil. Bila perlu, kata Wuni Wasa, alokasi dana desa bagi daerah-daerah terpencil lebih besar dari daerah-daerah yang mudah dijangkau. Hal itu perlu mengingat mobilisasi untuk kegiatan-kegiatan pembangunan untuk daerah-daerah terpencil yang sulit dijangkau ini jelas membutuhkan biaya lebih besar ketimbang di daerah-daerah yang mudah dijangkau. Untuk itu dia meminta pemerintah agar setiap tahun paling kurang selalu ada peningkatan dalam pengalokasian ADD agar pembangunan benar-benar bisa jalan maksimal seperti yang diharapkan.



Jelang Hut Flores Pos, Panitia Gelar Aneka Kegiatan

* Senin Gelar Lomba Gambar dan Mewarnai
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Menyongsong perayaan hari ulang tahun (HUT) ke-10 Harian Umum Flores Pos pada 9 September mendatang, telah dipersiapkan berbagai kegiatan yang akan diselenggarakan untuk turut memeriahkan perayaan hari ulang tahun dimaksud. Panitia telah merencanakan menggelar sejumlah kegiatan diantaranya lomba menggambar dan mewarnai untuk siswa-siswi sekolah dasar kelas 1-3 dan lomba mewarnai untuk anak Taman Kanak-Kanak (TK) se-Kota Ende. Hingga Sabtu, telah terdaftar lebih kurang 200 peserta untuk mengikuti lomba menggambar dan mewarnai. Selain lomba ini, panitia juga mengelar talks show pada Selasa (8/9) dan pada acara puncak akan dilaksanakan misa syukur. Semua kegiatan dipusatkan di halaman Kantor Redaksi Flores Pos, Jalan El Tari Ende.

Pemimpin Perusahaan HU Flores Pos dan juga Ketua Panitia HUT ke-10 HU Flores Pos, Pater Charles Beraf, SVD dalam komperensi pers di ruang redaksi Flores Pos, Sabtu (5/9) mengatakan, menyongsong perayaan HUT ke-10 Flores Pos, sengaja diadakan sejumlah kegiatan dengan dua alasan mendasar yakni alasan internal dan eksternal. Alasan internal berkaitan dengan sejarah media di mana dalam konteks Nusa Tenggara sejak tahun 1925 SVD sudah terlibat dalam penerbitan media dengan media pertamanya yakni Bintang Timur. Namun media ini kemudian mati dan memunculkan media yang baru yakni Bentara. Dari Bentara lahir kembali Anak Bentara yang juga mati dan kemudian lahir Dian. Dalam perjalanan Dian muncul majalah anak Kunang-Kunang dan Ruah Kita. Dan sebelum Dian mati, telah melahirkan pula Flores Pos pada 9 September 1999 yang dirayakan berdirinya pada 9 September nanti.

Momen HUT ke-10 ini, kata Pater Charles merupakan momen refleksi dan melihat sejarah media umumnya dan apa jejak Flores Pos dan bagaimana ke depannya. “Jangan sampai nasib sama dengan media-media yang ditangani sebelumnya. Itu sangat disayangkan.” Sedangkan untuk internal Flores Pos sendiri, katanya, momen ulang tahun ini mau berbuat apa. Perayaan 10 tahun di saat pemerintah sedang gencar-gencarnya menggiatkan pangan lokal. Untuk itu, momen perayaan ini memiliki dua tujuan yakni membantu mensosialisasikan dan mengadvokasi untuk mendengar pendapat dan mencari format partisipasi masyarakat seperti apa.

Dijelaskan, untuk menyongsong HUT, panitia juga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan seperti lomba menggambar dan mewarnai yang digelar pada Senin (7/9). Lomba ini melibatkan anak SD kelas 1-3 dan anak TK. Lomba ini bertujuan mengajak anak-anak sejak dini dilibatkan dalam kegiatan kreatif dan disandingkan denganpers. Pada tanggal 8 September, kata Pater Charles, digelar pula talks show yang menhadirkan lima pembicara yakni Bupati Ende, Don Bosco Wangge, Don Bosco Do, Pemimpin Redaksi HU Flores Pos, Frans Anggal, Kepala Dinas Pertanian Provinsi NTT dan Direktur FIRD, Roni So. Pada acara puncak 9 September diisi dengan misa syukur yang menurut rencana dipimpin oleh Uskup Agung Ende, Mgr. Vincensius Poto Kota. Talk Show yang digelar nanti mengangkat tema Peran Pers Lokal dalam Memasyarakatkan Gerakan Pangan Lokal.

Untuk pengembangan Flores Pos ke depan, lanjut Pater Charles, dalam momentum ini dilakukan pula pertemuan umum seluruh karyawan Flores Pos baik redaksi maupun bisnis untuk membahas segala hal terkait keberadaan Flores Pos. Dalam rangkaian kegiatan HUT ini, akan pula digelar pentas teater anak loper dengan koordinator Pater Lorens Olanama, SVD. Pentas ini tidak saja dalam rangka HUT tetapi juga untuk mengenang 100 hari meninggalnya WS Rendra.

Koordinator Seksi Lomba Menggambar dan Mewarnai, Petronela Mada pada saat rapat pemantapan mengatakan, untuk peserta lomba sudah cukup banyak. Antusias peserta lomba cukup tinggi terlihat dari banyaknya peserta yang terdaftar. Hingga Sabtu, sudah lebih kurang 200 peserta lomba mewarnai dari sejumlah Taman Kanak-Kanak yang telah terdaftar. Bahkan masih juga ada peserta yang datang mendaftarkan diri. “Pendaftaran kita tutup Minggu (6/9).” Terkait kesiapan pelaksanaan lomba, panitia sudah mempersiapkan segala sesuatunya baik tim juri maupun tema gambar yang akan digunakan pada saat lomba.




Gaby Ema Pimpin Pemuda Katolik Cabang Ende

* Segera Gelar Mapenta dan LKTD
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Setelah melalui proses Musyawarah Cabang Pemuda katolik Komisariat Daerah NTT Cabang Ende, Gabriel Dalla Ema akhirnya terpilih menjadi Ketua Pemuda katolik Cabang Ende periode 2009-2012. Gaby ema berhasil mengungguli kandidat lainnya John Pella dengan raihan suara yang cukup signifikan yakni 19 berbanding lima. Terpilihnya Gaby Ema ini untuk menggantikan Abraham badu yang telah berakhir masa jabatannya pada tahun 2008 lalu.

Gaby Ema kepada Flores Pos, Minggu (6/9) mengatakan, dengan kepercayaan forum Muscab yang telah memilihnya menjadi ketua, ke depan dia akan berupaya menjalankan amanat organisasi yang telah digariskan di dalam Angaran Dasar/Angaran Rumah tangga (AD/ART) Pemuda Katolik. Selain itu, sebagai ketua, dia akan terlebih dahulu berkonsolidasi dengan semua jajaran pengurus baik di tingkat cabang maupun di tingkat komisariat yang ada di 25 paroki yang terdapat di wilayah Kevikepan Ende.

Selain itu, kata Ema, langkah konkrit yang akan dilakukan dalam waktu dekat adalah melakukan pembenahan organisasi baik di tignkat cabang maupun yang ada di tingkat bawah yakni di paroki-paroki. Untuk menjaga eksistensi Pemuda Katolik dalam waktu dekat juga akan diselenggarakan masa penerimaan anggota baru (Mapenta) dan latihan kepemimpinan tingkat dasar (LKTD). ”Ini program prioritas dalam waktu dekat.” pelaksanaan Mapenta dan LKTD, kata dia menurut rencana baru digelar setelah selesai pelaksanaan pekan mudika di Wolotopo.

Dikatakan, setelah terpilih memimpin Pemuda Katolik, kepengurusan akan segera dibentuk dan pelantikan akan dilaksanakan di gereja Katedral dalam suatu perayaan ekaristi. Jika telah dilantik maka segala rencana kegiatan baru mulai dilaksanakan. Dia berharap, seluruh pengurus dan anggota Pemuda Katolik dapat aktif bersama untuk menunjang seluruh program yang dijadwalkan. Tanpa dukungan jajaran pengurus dan seluruh anggota, kata Ema jelas sebagai ketua dia tidak dapat berbuat apa-apa.

Ketua Panitia Muscab Pemuda Katolik, Cornelis Wenggo sebelumnya mengatakan, kepengurusan yang baru terpilih diharapkan mampu menjalankan roda organisasi. Koordinasi harus mampu dijalankan baik dengan jajaran kepengurusan di tignkat kabupaten maupun di tignkat komisariat yang ada di paroki-paroki. ”Jangan sampai kerja keras kami panitia dalam proses Muscab ini tidak bermanfaat apa-apa kalau akhirnya kepengurusan tidak bisa berbuat apa-apa.” Dikatakan pula, kepengurusan yang baru terbentuk juga diharapkan mampu mengemban amanat organisasi dan menjalankan segala seauatu sesuai dengan AD/ART Pemuda Katolik.

Terpenting bagi Wenggo adalah kepengurusan yang terbentuk nanti mampu menjalin kerja sama dengan seluruh jajaran kepengurusan yang ada juga apra anggota. Selain itu, kepengurusan yang terbentuk bisa menjalankan roda organisasi agar tidak vakum.

Dalam proses Muscab, setelah melalui pembahasan yang cukup alot, forum akhirnya melakukan pemilihan terhadap dua orang kandidat masing-masing Gabriel Dala Ema dan John Pella. Dari proses pemilihan ini, Gaby Ema mampu meraih 19 suara sedsangkan john Pella hanya mampu meraih lima suara. Dengan perolehan suara terbanyak, maka Gaby Ema ditetapkan menjadi ketua terpilih periode 2009-2012 berdasarkan hasil Muscab II Pemuda Katolik Komisariat Daerah NTT Cabang Ende.



4.594 Penyandang Cacat Di Kabupaten Ende Butuh Perhatian

* Pemerintah Perlu Anggarkan Dana Khusus Penanganan Anak Cacat
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Berdasarkan data pada akhir tahun 2008, penyandang cacat yang berhasil didata sebanyak 4.594 orang. Jumlah ini merupakan total dari seluruh kategori kelompok umur baik yang masih anak-anak sampai orang dewasa dan orang tua. Dari jumlah anak cacat ini, ada sebanyak 163 yang mengalami cacat berat mendapatkan bantuan dana seumur hidup senilai Rp300 ribu per bulan.

Hal itu dikatakan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Ende, Marmi Kusuma kepada Flores Pos di ruang kerjanya, Kamis (3/9). Marmi Kusuma mengatakan, jumlah 4.594 penyandang cacat itu, baru merupakan hasil pendataan pada tahun 2008. pada tahun 2009 tentu jumlahnya bertambah banyak.

Dikatakan, para penyandang cacat tersebut untuk yang mengalami cacat berat setiap bulan mendapatkan bantuan dari pemerintah. Bantuan uang senilai Rp300 ribu setiap bulan itu diberikan kepada penyandang cacat seumur hidup.

Sedangkan penyandang cacat lainnya yang tidak menderita cacat berat dan yang masih bisa diberikan pelatihan, pihak dinas bekerja sama dengan pihak terkait lainnya memberikan pelatihan kepada mereka sesuai kemampuan dan keahlian mereka masing-masing. Dalam tahun 2009 ini, kata Kusuma, Dinas Sosial telah memberikan pelatihan kepada para penyandang cacat yang memiliki keahlian di bidang menjahit. Sebanyak 10 penyandang cacat dari wilayah Nangapanda dan Ende telah diberikan pelatihan atau kursus menjahit. Namun karena waktu pelatihan yang kurang, para penyandang cacat yang telah dilatih ini kembali meminta waktu agar kembali diberikan pelatihan. “Dalam waktu dekat mereka akan kita panggil untuk latihan lanjutan. Mereka kan ada kekurangan jadi agak sulit terima kalau latihan hanya dalam waktu satu bulan.”

Dari hasil pelatihan yang telah dilakukan dinas selama ini, bahkan ada seorang penyandang cacat yang eprnah mengikuti kursus sampai ke luar daerah untuk kursus menjahit. Dia, lanjut Kusuma sudah sangat mahir menjahit bahkan mampu menjahit jas. Untuk penyandang cacat ini oleh dinas juga diminta menjadi instruktur bagi sesama penyandang cacat lainnya yang mengikuti kursus menjahit. Ada juga penyandang cacat yang dilatih beternak. Bagi mereka yang telah diberikan bekal melalui pelatihan-pelatihan ini, dinas kemudian memberikan bantuan kepada mereka. “Misalnya untuk yang kursus menjahit kita beri bantuan mesin jahit dan yang ikut latihan beternak kita bantu ternak seperti kambing dan babi sesuai kemampuan dan kemahiran yang mereka miliki.”

Anggota DPRD Ende dari Partai Demokrat, Arminus Wuni Wasa kepada Flores Pos, Jumad (4/9) mengatakan, perhatian terhadap penyandang cacat dari pemerintah harus lebih ditingkatkan karena bagaimanapun juga mereka adalah warga negara. Pemerintah harus lebih memberdayakan para penyandang cacat dan memberikan pelatihan-pelatihan yang memadai. Dengan demikian, penyandang cacat tidak lagi dilihat sebagai warga kelas dua dan harus dikasihani namun dengan bekal kemampuan yang telah dimiliki mereka juga bisa berbuat sesuatu terutama bagi diri mereka sendiri.

Stigma selama ini bahwa penyandang cacat adalah kutukan dan perlu dikucilkan juga harus dihilangkan. Para penyandang cacat juga mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan manusia normal lainnya. Karena itu mereka juga membutuhkan perhatian yang sama dari semua kita yang normal. Lembaga pendidikan khusus seperti SDLB juga harus menjadi perhatian utama karena melalui lembaga pendidikan formal seperti itu mereka juga dapat mengenyam pendidikan yang layak. Dia mengambil contoh di Ende yang hanya memiliki satu SDLB saja namun sejauh ini perhatian belum dioptimalkan. Tenaga guru khusus yang dapat menajdi pendidik di lembaga itu juga perlu menjadi perhatian agar ke depan mereka dapat diberikan pendidikan lanjutan sehingga mereka mampu mendidik para siswa di SDLB.



Muscab Pemuda Katolik, Pilihlah Pengurus yang Mampu Gerakan Organisasi

* Tiga Kandidat Siap Rebut Posisi Ketua
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Musyawarah Cabang Pemuda Katolik Cabang Ende diharapkan mampu melahirkan kepengurusan yang dapat menjalankan roda organisasi secara profesional sesuai dengan amanat Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). Diharapkan pula, melalui proses musyawarah cabang peserta dapat memberikan pokok-pokok pikiran yang terbaik demi kemajuan organisasi.

Harapan itu disampaikan Bupati Ende, Don Bosco M Wangge dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Hendrikus Seni saat membuka Musyawarah Cabang Pemuda Katolik Cabang Ende di aula Olangari, Jumad (4/9). Sebelum seremonal pembukaan, terelbih dahulu digelar misa yang dipimpin Vikep Ende, Romo Ambrosius Nanga, Pr dimeriahkan kor dari SMAK Santu Petrus.

Bupati Ende lebih lanjut mengatakan, kegiatan muscab hendaknya menjadi momentum penting bagi segenap pengurus dan anggota untuk kembali menjadi wadah yang benar-benar melahirkan kader-kader katolik yang tangguh dan siap berkarya bagi masyarakat Kabupaten Ende. Dari musyawarah ini diharapkan pula mampu memberikan pendidikan politik berorganisasi bagi anggota dan masyarakat pada umumnya.

Dikatakan perubahan IPTEK telah berdampak pada segala aspek kehidupan manusia. Kemajuan nini selain memberikan kemudahan-kemudahan juga telah berdampak pada perubahan pola pikir dan pola tindak masyarakat sehinga nilai-nilai iman, moral dan etika dalam kegiupan juga bergeser. Jika tidak disikapi secara arif bukan tidak mungkin degradasi moral kaum muda berada di ambang kehancuran. Sebagai warga bangsa dan umat, Pemuda Katolik memikul tanggung jawab mewujudkan semangat cinta kasih dan pengabdian dengan melayani sesama manusia.

Wadah Pemuda Katolik diharapkan mampu melahirkan kader-kader pemimpin daerah maupun bangsa yang berkualitas. Hendaknya pula menjadi tempat bagi anggota memperoleh pencerdasan dan pencerahan agar tidak kehilangan jati diri di tengah derasnya arus globalisasi serta menjawab tuntutan zaman.

Ketua Pemuda Katolik Cabang Ende, Abraham Badu pada kesempatan itu mengatakan, selama masa kepemimpinannya visi dan misi yang diembannya belum dapat terlaksana sepenuhnya karena mengalami kesulitan-kesulitan tertentu. Untuk itu dia berharap kepada pengurus yang baru nanti untuk melanjutkan terus perjuangan guna mencapai tujuan sesuai amanat AD/ART organisasi.

Dikatakan, sebagai ketua dia tidak memiliki anak emas yang diprioritaskan karena itu semua pengurus adalah kader. Oleh karena itu dia berharap muscab dapat membuahkan hasil yang berkualitas. “Hilangkan kebiasaan kurang demokratis, paksakan kehendak kepada orang lain dan biarkan jalan sesuai mekanisme dan prosedur yang diamanatkan dalam AD/ART.”

Ketua Panitia Cornelis Wenggo dalam laporannya mengatakan, muscab adalah amanat organisasi yang syarat makna yang perlu dipatuhiu dan diyakini menjadi nafas dalam menggerakan organisasi. Dalam muscab ini, lanjut Wenggo, dihadiri oleh jajaran pengurus di tingkat kabupaten juga utusan dari setiap paroki yang terdapat di dalam wilayah Kevikepan Ende. 25 paroki masing-masing mengutus dua orang utusan untuk hadir dalam muscab ini.

Embukaan ditandai dengan pemukulan gong yang dilakukan Asisten I Setda Ende, Hendrik Seni disaksikan Ketua Pemuda Katolik Abraham Badu dan Ketua Panitia Muscab Cornelis Wenggo.

Informasi yang dihimpun dalam muscab ini ada tiga kandidat yang akan tampil memperbutkan posisi ketua masing-masing Gabriel Dala Ema, Erikos Rede dan John Pela. Ketiganya masing-masing telah menggalang kekuatan untuk memperebutkan posisi Ketua Pemuda Katolik.



Dinas Sosial Ende Fasilitasi Pemulangan 37 Tenaga Kerja

* Secara Estafet Melalui Maumere ke Larantuka
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Dinas Sosial Kabupaten Ende membantu memfasilitasi pemulangan 37 tenaga kerja yang berhasil digagalkan pemberangkatan mereka ke Kalimantan. Pemulangan mereka tersebut dilakukan secara estafet oleh Dinas Sosial dan akan dilanjutkan oleh Dinas Sosial Kabupaten Sikka selanjutnya meneruskan ke Dinas Sosial Folres Timur untuk memulangkan mereka menggunakan feri ke Kupang. Di Kupang mereka akan diterima Dinas Sosial dan selanjutnya dikembalikan ke kampung halaman masing-masing.

Kepala Dinas Sosial Kabupaten Ende, Marmi Kusuma kepada Flores Pos di ruang kerjanya, Kamis (3/9) mengatakan, tindaklanjut setelah pengamanan yang dilakukan oleh aparat Polres Ende terhadap 37 tenaga kerja yang hendak diberangkatkan ke Kalimantan adalah memulangkan mereka ke kampung halaman mereka masing-masing. Pemulangan para tenaga kerja tanpa dokumen tersebut dilakukan secara estafet artinya Dinas Sosial Ende mendampingi mereka ke Maumere selanjutnya diteruskan ke Larantuka oleh Dinas Sosial Sikka dan diterima Dinas Sosial Flores Timur untuk memberangkatkan mereka ke kupang menumpang kapal feri yang dijadwalkan pada Sabtu nanti. Selanjutnya setelah tiba di Kupang, mereka akan diterima Dinas Sosial di Kupang untuk kemudian diatur pemulangan mereka ke kampung halaman masing-masing.

Kusuma mengatakan, sebelum mereka dipulangkan, terlebih dahulu diberikan pembinaan seperlunya kepada para tenaga kerja. Pembinaan itu perlu diberikan agar mencegah mereka bekerja ke luar daerah tanpa dilengkapi dokumen-dokumen sesuai aturan yang berlaku. Menurutnya, pemerintah tidak dapat melarang semua orang untuk mencari pekerjaan. “Kita tidak larang mereka pergi cari kerja. Hanya saja kita arahkan mereka harus melengkapi dokumen yang lengkap sesuai regulasi yang berlaku.”

Penanganan kasus-kasus tenaga kerja seperti itu, kata Kusuma bukan baru kali ini ditangani Dinas Sosial. Dinas sudah seringkali membantu memfasilitasi memulangkan para tenaga kerja baik yang ditangkap dan diamankan pada saat diberangkatkan maupun tenaga kerja yang dideportase. Bahkan, kata dia, pada saat penangkapan tenaga kerja asal Timor itu, dinas baru saja memulangkan tenaga kerja asal Manggarai pada hari yang sama.

Dia mengimbau kepada masyarakat yang hendak bekerja ke luar daerah agar berupaya memenuhi segala kelengkapan yang dibutuhkan sesuai aturan yang berlaku. Selain itu, dia berharap agar keberangkatan mereka juga harus melalui jalur resmi. Hal itu akan mempengaruhi mereka saat berada di tempat kerja. Pengalaman selama ini terutama tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja ke Malaysia melalui jalur ilegal banyak yang diperlakukan tidak wajar dan dideportase karena tidak mengantongi dokumen resmi. Bahkan da yang tidak dibayar gajinya atau dibayar dengan gaji rendah. “Mau protes tidak bisa karena diancam dilaporkan ke petugas keamanan. Jadi karena tidak ada dokumen akhirnya terima saja perlakuan tidak adil itu. Ini yang harus dihindari sejak awal.”

Wakil Kepala Kepolisian Resor Ende, Kompol Arly Jembar Jumhana di ruang kerjanya, Kamis didampingi Kepala Satuan Reserse dan Kriminal, Iptu Nugraha Pamungkas mengatakan, ke-37 tenaga kerja yang diamankan tersebut setelah diperiksa dan diselidiki untuk sementara mereka mengaku akan diberangkatkan ke Kalimantan. Polisi belum menemukan adanya indikasi mereka akan diberangkatkan ke Malaysia karena dari pengakuan mereka semuanya mengatakan mau berangkat ke Kalimantan. Selain itu, kata Jumhana, sesuai laporan Kasat Reskrim yang melakukan kontak dengan pihak keluarga pra tenaga kerja di timor mengakui mereka hendak diberangkatkan ke Kalimantan untuk dipekerjakan di perkebunan kelapa sawit. Bahkan ada diantara para tenaga kerja yang mengaku tidak mau kalau dibawa untuk bekerja di Malaysia. Selain memulangkan 37 tenaga kerja, polisi uga memulangkan dua orang penyalur yang membawa mereka.

Namun, kata Jumhana, itu hasil penyelidikan sementara. Hasil itu bisa berkembang tergantung penyelidikan polisi lebih lanjut. “Kalau nanti ada indikasi ke arah lain, penyidikan akan berkembang.” Dia berkomitmen jika nanti ternyata ada tindakan pidana tenaga kerja akan ditindaklanjuti lebih lanjut.

Dikatakan, para tenaga kerja yang diamankan itu pada malam kemarin diinapkan di gedung Bhayangkari Polres Ende. Karena tidak memiliki dokumen lengkap maka tenaga kerja yang ada akan dipulangkan. Untuk pemulangan mereka polisi telah berkoordinasi dengan Dians Sosial untuk membantu memulangkan mereka ke kampung halaman masing-masing.




Pemuda Katolik Gelar Muscab

* Semua Kader Berpeluang Pimpin Pemuda Katolik
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Menurut rencana, Jumad (4/9) hari ini, Pemuda Katolik Komisariat Cabang Ende menggelar Musyawarah Cabang (Muscab) untuk memilih pengurus baru periode 2009-2013. untuk kegiatan muscab ini, semua kader Pemuda Katolik memiliki peluang yang sama untuk maju mencalonkan diri menjadi calon Ketua Pemuda Katolik.

Hal itu dikatakan Ketua Panitita Muscab Pemuda Katolik, Cornelis M Wenggo kepada Flores Pos, Kamis (3/9) didampingi Sekretaris Panitia, Wilhelmus Wono. Wenggo mengatakan, kesiapan panitia pelaksana muscab untuk menggelar kegiatan ini sudah dilaksanakan dan panitia sudah sangat siap mengelar muscab. Seluruh persiapan untuk mensukseskan muscab telah dilaksanakan termasuk mendistibusi undangan kepada 25 paroki yang ada di wilayah Keuskupan Agung Ende.

Dikatakan, dalam muscab ini karena bertujuan untuk memilih kepengurusan yang baru maka diharapkan ketua terpilih nantinya bisa menjalin kerja sama dengan seluruh kepengurusan yang terbentuk agar roda organisasi ke depan dapat berjalan sebagaimana diamanatkan AD/ART organisasi. Panitia juga mengharapkan agar ketua terpiluih nanti mampu mengemban amanat AD/ART, menjalin kerja sama dengan pengurus dan kader partai sehingga roda organisasi beenar-benar digerakan.

Sekretaris Panitia Muscab, Wilhelmus Wono mengatakan, dalam msucab ini, semua kader Pemuda katolik memiliki hak yang sama untuk mengajukan diri sebagai calon ketua. Hal itu menanggapi pernyataan Gabriel Dala Ema yang menyatakan siap maju sebagai calon ketua. Menurutnya, panitia tidak berpihak kepada kader manapun dan membuka diri terhadap semua kader Pemuda Katolik yang memenuhi syarat untuk mencalonkan diri. “Kita buka pintu lebar-lebar untuk semua kader yang mau maju jadi ketua. Kita tidak anak emaskan kader tertentu.” Panitia kata Wono bersikap objektif atas kehadiran semua kader Pemuda Katolik.

Panitia, kata dia bersifat netral dan tidak mendukung kader manapun. Menurutnya, semua kader punya hak mencalonkan diri dan forum muscab yang menentukan siapa kader terbaik yang mampu memimpin organisasi ke depan. Hanay saja diharapkan agar siapapun yang nanti terpilih hendaknya mampu menjalankan roda organisasi sehinga kerja panitia dalam muscab ini tidak terkesan sia-sia. Ketua terpilih harus mampu menjalankan amanat AD/ART organisasi dan mampu merangkul semua unsur dalam membesarkan organisasi ini ke depan.




Tempati Rumah Dinas, Anggota Dewan Diminta Ajukan Permohonan

* Prioritaskan yang Tidak Miliki Rumah
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Anggota DPRD Ende yang hendak menempati perumahan dinas Dewan diminta untuk mengajukan permohonan kepada pimpinan Dewan. Langkah itu perlu dilakukan mengingat jumlah rumah dinas yang disediakan saat ini hanya sebanyak 14 unit. Bagi anggota Dewan yang belum menempati rumah dinas maka kepada mereka akan tetap diberikan tunjangan perumahan.

Hal itu dikatakan Ketua Sementara DPRD Ende, Marselinus YW Petu kepada Flores Pos di ruang kerjanya, Selasa (2/9). Marsel petu mengatakan, pengajuan permohonan dari anggota Dewan yang mau menempati rumah dinas itu perlu dilakukan agar pimpinan dapat mengatur penempatan rumah dinas tersebut. Apalagi, kata Petu, rumah dinas yang disediakan saat ini hanya 14 unit sehinga perlu diatur pendistribusiannya. Dalam pendistribusian penempatan rumah dinas kepada anggota Dewan, perlu diatur dengan memprioritaskan anggota Dewan yang belum memiliki rumah di Ende.

Menurut Petu, jika rumah dinas yang disediakan sebanyak 27 unit maka tidak ada permasalahan dalam pendistribusian karena tinggal masing-masing anggota Dewan memilih rumah mana yang mau ditempati. “Tapi karena jumlahnya hanya 14 jadi perlu kita atur pendistribusiannya.” Pengajuan permohonan, kata dia ditujukan kepada semua anggota Dewan dan sejauh ini hampir semua anggota Dewan mengajukan permohonan untuk menempati rumah dinas.

Bagi anggota Dewan yang tidak menempati rumah dinas, kata Petu maka anggota Dewan dimaksud akan mendapatkan tunjangan perumahan. Namun dia belum tahu pasti apakah dana tunjangan perumahan itu sudah langsung dialokasikan sejak anggota Dewan dilantik atau belum. Kemungkinan, kata dia setelah alat kelengkapan Dewan terbentuk baru jelas pengalokasian dana itu. Hal itu mengingat menyangkut tunjangan-tunjangan bagi anggota Dewan sejauh ini belum dianggarkan.

Namun dikatakan, sebagai anggota Dewan, sejak dilantik hak-hak protokolrenya sudah harus dilayani atau dipenuhi. Tetapi karena kondisi-kondisi itu masih bisa dipahami oleh anggota Dewan.

Kepala Bagian Keuangan, Sekretariat DPRD Ende, Gregorius Gadi kepada Flores Pos di ruang kerjanya mengatakan, sesuai kesepakatan rapat DPRD yang baru dilaksanakan menetapkan bahwa anggota Dewan yang mau menempati rumah dinas harus mengajukan surat permohonan kepada pimpinan Dewan. Dari surat permohonan itu, kata Gadi baru pimpinan mendisposisikan penempatannya kepada anggota Dewan.

Bagi anggota Dewan yang tidak menempati rumah dinas, kata Gadi, akan dialokasikan kepada mereka dana tunjangan perumahan. Dana perumahan yang dialokasikan selama ini sebesar Rp1 juta per bulan. Dan untuk anggota Dewan periode 2009-2014 ini dana tunjangan perumahan mereka dihitung sejak bulan September. Sedangkan untuk rumah dinas yang ditempati itu, dialokasikan juga dana rehabilitasi dengan melihat kondisi rumah yang ada. Pengalokasian dana rehabilitasi itu juga dengan memperhatikan kondisi rumah yang ada baik yang sudah ditempati maupun yang belum ditempati selama ini. “Kita tetap alokasikan dana untuk rehab-rehab ringan 14 unit rumah di perumahan dinas Dewan.”



Polisi Gagalkan Pemberangkatan 37 Tenaga Kerja Tanpa Dokumen ke Kalimantan

* Dicurigai Diberangkatkan ke Malaysia
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Aparat Kepolisian Resor Ende berhasil menggagalkan pemberangkatan 37 tenaga kerja yang direkrut dari daratan Timor yang hendak diberangkatkan ke Kalimantan. Ke-37 tenaga kerja ini diberangkatkan menumpang KM Awu tanpa dilengkapi dokumen ketenagakerjaan yang resmi dari Dinas Tenaga Kerja. Kemungkinan besar mereka akan diberangkatkan ke Malysia. Para tenaga kerja ini akan dikembalikan ke tempat asalnya masing-masing setelah polisi mengambil keterangan dari mereka dan berkoordinsai dengan Dinas Sosial Ende.

Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Ende, Iptu Nugraha Pamungkas di Kantor Polres Ende, Rabu (2/9) mengatakan, keberhasilan Polres Ende mengagalkan keberangkatan 37 tenaga kerja bersama dua orang perekrut mereka itu berkat informasi salah seoarang anggota polisi yang sedang dalam perjalanan untuk cuti ke Sumba. Informasi yang diperoleh menyebutkan, anggota polisi itu mengenali salah satu dari sejumlah tenaga kerja dimaksud dan saat ditanya katanya mereka mau ke Kalimantan. Mendapatkan informasi seperti itu, dia lalu menghubungi Polres Ende untuk mengecek keberadaan tenaga erja dimaksud mengingat kapal yang ditumpangi akan menyinggahi Pelabuhan Ende. Para tenaga kerja yang berhasil diamankan itu rata-rata berasal dari Kabupaten Timor Tengah Selatan dan Timor tengah Utara. Ada juga tenaga kerja dari Kabupaten Alor dan negara tetangga Timor Leste.

Dari informasi tersebut, kata Pamungkas, aparat baik dari intel, reskrim dan samapta diturunkan ke Pelabuhan Ipi guna melakukan pengecekan. Dari pengecekan didapati sejumlah tenaga kerja yang hendak diberangkatkan ke Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat namun tidak memiliki dokumen resmi. Menyikapi hal itu polisi segera melakukan tindakan pengamanan terhadap para tenaga kerja. Dua orang perekrut yang membawa mereka juga berhasil diamankan sedangkan satu orang lainnya berhasil meloloskan diri. Setelah diamankan, para tenaga kerja langsung dibawa ke Polres Ende guna diambil keterangannya.

Dikatakan, melihat tenaga kerja yang jumlahnya begitu banyak, dia tidak yakin kalau mereka akan dibawa untuk dipekerjakan di Kalimantan. Dia mencurigai kalau mereka akan dibawa ke Malaysia. Apalagi dari keterangan salah seorang tenaga kerja yang semula ditanyai mengaku mereka seolah didoktrin agar mengatakan kepada siapapun yang bertanya bahwa mereka akan dipekerjakan di Kalimantan. Namun sebenarnya tujuan mereka diberangkatkan adalah ke Malysia untuk bekerja di kebun kelapa sawit. Untuk itu, lanjut Pamungkas, pihaknya akan intensif memeriksa para tenaga kerja agar mereka bisa memberikan keterangan yang sebenarnya.

Jika ternyata mereka direkrut untuk bekerja di Malaysia maka jelas sudah menyalahi ketentuan undang-undang PJTKI. Jika memang menyalahi ketentuan, kata dia maka jelas pelaku perekrutan para tenaga kerja ini akan dikenai sanksi. “Untuk sanksi jelas mereka melangar UU PJTKI dengan ancaman hukuman paling rendah satu tahun dan paling tinggi lima tahun.”

Thomas Edison, warga Wewaria, salah satu perekrut para tenaga kerja itu kepada Flores Pos di Polres Ende mengatakan, dia bekerja di kalimantan Barat di salah satu perusahaan kelapa sawit bernama PT Horap Sawit Lestari. Dia diminta manajemen perusahaan untuk merekrut tenaga kerja. Namuns aat ditanya soal dokumen para tenaga kerja dia mengatakan bahwa saat ditanyakan dokumen pihak generam manager di perusahaannya mengatakan bahwa jika ada kendala di Dinas Tenaga Kerja pihak perusahaan yang langsung mengontak. Oleh karena itu mereka tidak lagi mengurus surat-surat untuk memberangkatkan para tenaga kerja dimaksud.

Diakui Edison, 10 tenaga kerja yang dia rekrut dari wilayah TTU dan TTS itu akan dipekerjakan ke kebun kelapa sawit tempat dia bekerja. Dia membantah keras jika para tenaga kerja yang dia rekrut itu akan dipekerjakan ke Malaysia. Dia mengakui, tenaga kerja yang dia bawa sempat ditahan di Pelabuhan Tenau Kupang oleh petugas intel dan Satuan KP3 laut Tenau Kupang. Namun setelah dijelaskan bahwa mereka akan dipekerjakan di Kalimantan Barat akhirnya diijinkan naik ke kapal.

Sementara perekrut tenaga kerja lainnya, Sabnat isu mengatakan, dia membawa sebanyak 13 orang namun dari jumlah itu hanya 10 orang tenaga kerja yang dia rekrut sedangkan yang lainnya adalah keluarga yang hendak dibawa ke Kalimantan Tengah. Para tenaga kerja yang dia rekrut, kata Sabnat akan dipekerjakan di kebun kelapa sawit sebagai pemetik buah di kebun kelapa sawit milik PT Mina Mas di kebun Pemantan Estate Kabupaten Waringin Kalimantan Tengah.

Pantanau Flores Pos di Polres Ende, para tenaga kerja sebanyak 37 orang bersama dua orang perekrut didata oleh polisi di halaman Polres Ende. Sejumlah tenaga kerja sempat dipanggil oleh Kasat Reskim Nugraha Pamungkas untuk diinterogasi secara khusus. Namun mereka tetap mengakui bahwa mereka direkrut untuk dipekerjakan di Kalimantan bukan ke Malaysia. Berulang kali Pamungkas mencoba menanyai mereka soal keberangkatan mereka ke Malaysia namun mereka tetap mengatakan bahwa mereka diberangkatkan untuk bekerja di Malaysia.

Namun salah seorang tenaga kerja Arno Neinabu mengaku bahwa mereka akan diberangkatkan bekerja ke Malaysia. Namun oleh para perekrut mereka diminta untuk mengaku kepada siapapun yang bertanya kepada mereka bahwa mereka akan diberangkatkan untuk bekerja di Kalimantan. Terhadap pengakuan Neinabu ini, pamungkas mengatakan bahwa modusnya memang biasanya demikian. Para tenaga kerja didoktrin untuk mengaku kepada siapapun bahwa mereka diberangkatkan untuk bekerja di Kalimantan bukan untuk ke Malaysia. Namun diakuinya, polisi akan terus melakukan pemeriksaan terhadap para tenaga kerja yang diamankan itu. Jika nantinya ternyata mereka memang hendak diberangkatkan ke Malysia maka para perekrut dapat dikenai sanksi hukum sesuai aturan perundang-undangan yang berlaku terutama UU PJTKI.



Dewan Kembali Diminta Batalkan Rencana Orientasi ke Jakarta

* Dahulukan Pembentukan Alat Kelengkapan DPRD
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
DPRD Ende kembali diminta untuk membatalkan rencana keberangkatan ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan orientasi. Dewan diminta untuk lebnih memprioritaskan hal-hal yang diangap lebih mendesak seperti membahas pembentukan alat kelengkapan Dewan juga mengutamakan kepentingan-kepentingan masyarakat yang sangat membutuhkan air minum bersih dan jalan.

Hal itu dikatakan salah seorang pengurus Partai Serikat Indonesia (PSI) Ende, Silvester Siwa saat mendatangi Kantor Redaksi Flores Pos di Jalan El tari, Rabu (2/9). Dia mengatakan, masuknya 25 wajah baru di lembaga Dewan telah memberikan harapan baru bagi masyarakat untuk bisa membuat sesuatu yang lebih berarti bagi masyarakat. Namun harapan itu seolah sirna dengan rencana keberangkatan 17 anggota Dewan dari 30 anggota Dewan pada gelombang pertama ini ke Jakarta hanya untuk mengikuti orientasi. Padahal, kata dia, sebagai seorang anggota DPRD tentu mereka sudah memiliki sejumlah kemampuan yang tidak diragukan lagi oleh masyarakat sehingga mempercayakan mereka duduk di kursi Dewan. “Apalagi mereka jalan di saat mereka belum pernah melakukan aktifitas rutin kedewanan.”

Namun dengan rencana orientasi seperti itu, kata Siwa, anggota Dewan tidak ubahnya seperti calon mahasiswa baru yang perlu mengiktui orientasi pengenalan kampus (ospek) agar lebih mengenal kampus yang akan menajdi tempat kuliahnya. Kegiatan orientasi yang akan diikuti anggota Dewan, kata dia memang bisa mmebantu mereka dalam melaksanakan tugas namun seharusnya dipertimbangkan lebih dahulu memprioritaskan hal-hal yang lebih urgen untuk dilaksanakan saat sekarang ini. Saat ini, kata Siwa, banyak warga masyarakat terutama di wilayah Penggajawa yang minum air yang sebenarnya tidak layak diminum yang butuh perhatina. Selain itu warga di Lio Timur yang butuh jalan yang layak.

Untuk itu, kata Siwa, orientasi yang mau dilaksanakan pada waktu dekat ini agar ditangguhkan terlebih dahulu. Menurut dia, keberangkatan lebih kurang 30 anggota Dewan jelas membutuhkan anggaran yang besar. Padahal, dana itu bisa dimanfaatkan untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang selama masa kampanye telah dijanjikan untuk dipenuhi apa yang dibutuhkan mereka. “Ini uang rakyat jadi perlu dibicarakan dan dipikirkan matang-matang pemanfaatannya,” kata Siwa mengkritik Wakil Ketua Sementara DPRD Ende, Frans Taso yang mengatakan soal uang tidak perlu dibahas.

Menyinggung keberangkatan anggota Dewan juga untuk kepentingan konsultasi ke Jakarta, Siwa katakan, jika hanya untuk kepentingan konsultasi seharusnya cukup unsur pimpinan bersama staf sekretariat saja yang berangkat. “Knapa mesti banyak-banyak orang ke sana hanya untuk konsultasi?” tanya Siwa. Menurutnya, jika hanya unsur pimpinan dan pihak sekretariat dewan yang konsultasi ke Jakarta tentu sangat menghemat biaya. Selain itu, kata Siwa, dia lebih memilih jika orientasi semacam itu dilaksanakan di Ende atau di Kupang dengan mendatangkan pembicara dari Depdagri. Langkah itu menurut dia akan lebih menghemat biaya yang dikeluarkan.

Anggota DPRD Ende dari Partai Bulan Bintang, Sudrasman Nuh di gedung Dewan mengatakan, secara pribadi dia sepakat jika orientasi cukup dilaksanakan di Ende dengan mendatangkan pembicara dari Departemen Dalam Negeri. Menurutnya, langkah seperti itu justru lebih efektif dan efisien ketimbang harus seluruh anggota Dewan yang berangkat ke Jakarta untuk mengikuti orientasi. Diakuinya, orientasi merupakan amanat aturan yang harus dijalankan. Namun kalau ada alternatif yang lebih efisien dan efektif hendaknya dipertimbangkan karena di dalam aturan toh tidak mengharuskan bahwa orientasi harus dilaksanakan di Depdagri di Jakarta. Namun, kata Nuh, karena hal itu sudah diputuskan oleh pimpinan secara kelembagaan maka sebagai anggota Dewan dia juga harus mengikutinya.

Dikatakan, sejak pelantikan pada 27 Agustus lalu, banyak harapan masyarakat yang ada di pundak anggota DPRD Ende. Harapan-harapan itu harusnya diwujudnyatakan dengan tindakan nyata anggota Dewan. Salah satunya adalah dengan mulai bersidang dan membentuk alat kelengkapan Dewan agar lembaga Dewan sudah bisa menunjukan eksistensinya. Soal aturan lama atau aturan baru yang diberlakukan tidak ajdi soal yang penting dilakukan pembahasan terlebih dahulu. “Kenapa tidak bentuk alat kelengkapan Dewan agar bisa berbuat sesuatu dan agendakan apa yang bisa dibuat? Selama beberapa hari ini kita hanya datang, duduk dan dengar lalu pulang. Tidak ada kegiatan apa-apa.”

Dikatakan, Dewan harus berpikir jauh ke depan mengingat pelantikan dilakukan di masa-masa akhit rahun anggaran. Agenda pembahasan APBD 2010 sudah di depan mata dan jika tidak dipikirkan secara bijak maka akan terjadi keterlmabatan dalam pembahasan ini. Padahal, dengan pembahasan itu, apa yang menjadi harapan masyarakat kepada anggota Dewan setidaknya dapat diwujudnyatakan dalam APBD 2010. “Secara politik di awal ini kita harus bisa buat sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.”

Anggota Dewan dari Partai Kebangkitan Bangsa, Anwar Liga mengatakan, orientasi merupakan kegiatan yang sudah diatur di dalam aturan dan bukan asal dilaksanakan. Pelaksanaan orientasi juga memiliki arti penting terutama bagi anggota Dewan agar ke depan dalam melaksanakan tugas dan fungsi berjalan sesuai aturan yang telah digariskan. Menurut dia, kegiatan orientasi seperti ini tidak saja untuk Ende tetapi seluruh Indonesia dilaksanakan kegiata yang sama. Berbicara soal kemampuan, kata Anwar, adalah merupakan hal yang relatif. Setiap orang terutama anggota Dewan memiliki kemampuan namun kemampuan yang ada sesuai bidang tugas masing-masing. Soal keahlian menyangkut keberadaan di lembaga Dewan adalah hal yang baru karena itu butuh orientasi untuk bisa lebih memahami peran dan fungsi dan kerja-kerja di lembaga Dewan.



Pemuda Katolik Segera Gelar Musyawarah Cabang

* Gaby Ema Siap Maju Pimpin Pemuda Katolik Ende
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Pemuda katolik Komisariat Cabang Ende dalam waktu dekat segera menggelar musyawarah cabang (Muscab) untuk memilih kepengurusan yang baru periode 2009-2013. Muscab merupakan amanat anggaran dasar/anggaran rumah tanga (AD/ART) organisasi yang harus dilaksanakan oleh kepengurusan yang mau berakhir masa kepengurusannya.

Ketua Panitia Muscab Pemuda Katolik Komisariat Cabang Ende, Cornelis M Wenggo kepada Flores Pos, Rabu (2/9) mengatakan, panitia sudah mempersiapkan segala sesuatu untuk kelancaran dan mensukseskan pelaksanaan muscab dimaksud. Muscab direncanakan dilaksanakan pada Jumad-Minggu (4-6/9) bertempat di alula Olangari. Penyelenggaraan muscab merupakan amanat AD/ART Pemuda Katolik yang harus dilaksanakan oleh kepengurusan yang akan berakhir masa jabatannya.

Muscab akan dihadiri perwakilan dari 25 paroki yang ada di Ende dan setiap paroki mengutus dua orang. Selain itu, muscab akan dihadiri juga oleh pengurus dari provinsi. Dalam muscab ini, kata Wenggo, sebelum dilakukan pemilihan kepengurusan baru, terlebih dahulu diisi dengan pandangan umum dari Ketua Pemuda Katolik periode 2004-2009 Abraham Badu. Selain itu, dalam rangkaian muscab diisi pula dengan kegiatan siraman rohanidan pemaparan materi dari Romo Stef Atawolo tentang kepemudaan.

Dia mengatakan, ada sejumlah nama yang akan maju sebagai calon ketua diantaranya Gabriel Dala Ema dan Erikos Rede. Wenggo mengatakan, jika kepengurusan sudah dipilih selanjutnya akan dikukuhkan. Pengukuhan kepengurusan terpilih, kata dia akan dilaksanakan dalam perayaan ekaristi.

Gabriel Dala Ema kepada Flores Pos mengatakan, sebagai salah seorang kader Pemuda Katolik dia siap untuk mencalonkan diri sebagai salah satu kandidat ketua. Namun untuk terpilihnya atau tidak semuanya diserahkan kepada para peserta yang akan hadir dalam muscab nanti. Namun jika nanti dipercayakan memimpin Pemuda Katolik, dia akan menjalankan amanat AD/ART Pemuda Katolik dan segala program kerja ayng disepakati dalam muscab. Selanjutnya, kata dia, akan bekerja keras membentuk komisariat anak cabang di setiap paroki yang sampai saat ii belum terbentuk seluruhnya.

Dia juga berjanji jika terpilih akan berupaya membenahi kembali organisasi baik dari tingkat komisariat anak cabang yang ada di setiap paroki maupun yang ada di komisariat cabang. “intinya kalau saya terpilih akan bekerja sama dengan pastor moderator, deaan pembina dan teman-teman pengurus untuk membenah organisasi ini sesuai amanat gereja dan tidak keluar dari visi dan misi serta AD/ART Pemuda Katolik.”