13 Desember 2008

Partai Republikan Tetap Lakukan Pendekatan ke Partai Golkar

· * Calonkan Sultan Hamengku Buwono X

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Partai Republikan sebagai partai yang mendorong Sultan Hamengku Buwono X menjadi calon presiden dalam pemilu presiden mendatang terus melakukan pendekatan ke Partai Golkar untuk bersama mencalonkan Sultan. Perjuangan mewujudkan keinginan masyarakat yang begitu tinggi agar Sultan maju menjadi calon diharapkan bisa terwujud. Untuk itu Partai Golkar diharapkan bisa membuka pintu untuk mengakomodir Sultan.

Hal itu dikatakan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Partai Republikan, Yus Sudarso di Bandara Haji Hasan Aroeboesman sesaat sebelum bertolak ke Kupang, Rabu (26/11). Dikatakan, saat ini, Partai Republikan menjadi kendaraan utama Sultan menuju calon presiden dan mengingat Sultan adalah milik masyarakat maka diharapkan Partai Golkar juga masih mau mengakomodir Sultan setelah dilakukan pendekatan-pendekatan tersebut.

Harga Mati

Soal pencalonan Sultan menjadi presiden, kata Sudarso merupakan harga mati. “Untuk bisa mengabdi maka tidak ada kata lain selain merebut kursi nomor satu.” Dikatakan, beberapa waktu lalu, ada tiga provinsi hadir di Yogyakarta dan mendesak agar Sultan menyatakan kesediaan untuk dicalonkan menjadi calon presiden. Mereka juga memberikan surat mandate yang bersifat final bahwa Sultan dicalonkan menjadi calon presiden.

Dia berharap, ke depan masih ada partai politik lain yang bisa bergabung untuk mengusung Sultan. Partai Golkar merupakan pintu utama yang diharapkan dan Partai Republikan sebagai pelengkap. Tim Pelangi Perubahan yang selama ini bekerja untuk pencalonan Sultan menjadi calon presiden masih terus melakukan pendekatan dengan partai lain selain Partai Golkar. Jika nantinya Golkar ternyata sudah memiliki calon lain maka tim akan berupaya mendekati sayap kanan yakni PDI Perjuangan.

Partai Fenomenal

Ditanya majunya Megawati sebagai calon presiden dan jika Sultan juga menjadi calon presiden, Sudarso mengatakan, bagi Sultan menjadi calon presiden tidak bisa dirubah lagi. Pendekatan ke PDI Perjuangan memang akan dilakukan namun Sultan akan tetap didorong menjadi calon presiden. Namun, kata Sudarso, Sultan dalam pencalonan ini tidak untuk mengejar kekuasaan tetapi pengabdian sehingga untuk bisa mengabdi maka harus menjadi pemegang kekuasaan. “Prinsip pengabdian adalah harus menjadi top leader.” Sudarso juga berkeyakinan Partai Republikan yang telah mencalonkan Sultan akan menjadi partai fenomenal kedua setelah Partai Demokrat.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Republikan Provinsai NTT, Felix Jos Pullu mengatakan, Partai Republikan akan tetap mendorong Sultan menjadi calon presiden. Figur Sultan adalah figur yang sangat baik dan sangat diterima oleh masyarakat. Partai akan tetap berjuang dan perjuangan itu akan diwujudkan dengan bekerja keras agar dapat meraih kemenangan dalam pemilu legislative 2009 mendatang agar dengan suara yang signifikan Partai Republikan bisa mengusung calon presiden.

Berani Tinggalkan Golkar

Dia berkeyakinan 20 DPC yang ada di NTT yang dalam proses awal membawa tema membawa perubahan berani tampil untuk menangkan pemilu legislative mendatang. Bahkan, kata Pullu, melihat semangat partai yang bertekad membawa perubahan ini dia berani mengambil langkah mundur dari partai yang selama ini dia geluti yakni Partai Golkar. Namun, kata dia, kemenangan dan keberhasilan dia di Partai Republikan juga merupakan bagian dari kemenangan Partai Golkar.

Partai Republikan yang mengutamakan empat segmen utama yakni pendidikan, kesehatan, UKM dan pertanian serta tambahan yang kelima adalah ketokohan maka yakin benar bahwa partai ini akan besar di kemudian hari. Dalam setiap pencalonan bagi calon dari Partai Republikan selalu dalam setiap alat peraga mencantumkan gambar Sultan sebagai bentuk dukungan terhadap ketokohan Sultan agar dikenal dikalangan masyarakat.

Kanjeng Ratu; Pahami UU Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan

· * Mendidik Anak Tanpa Kekerasan

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Setiap produk undang-undang yang dihasilkan oleh DPR dan pemerintah hendaknya oleh masyarakat dapat membaca dan memahaminya sehinga bisa tahu persis eksistensi yang ada di dalan undang-undang tersebut. Terkait Undang-Undang Perlindungan Anak dan Perempuan harus dipahami agar bisa mengetahui apa isi persis Undang-Undang Perlindungan anak tersebut.

Hal itu ditegaskan Gusti Kanjeng Ratu Hemas saat berdialog dengan aktifis perempuan Ende di aula SMP dan SAMK Frateran Ndao, Selasa (25/11). Kanjeng Rsatu mengatakan, perempuan dan kaum ibu hendaknya tidak saja menonton sinetron dan membaca majalan Kartini. Undang-Undang Perlindungan Anak perlu dibaca agar tahu berapa banyak undang-undang yang dibuat oleh DPR yang berpihak terhadap anak dan perempuan.

Korban Kekerasan Anak

Pendampingan terhadap anak korban kekerasan selama ini masih dirasakan sangat kurang. Bahkan, anak yang mengalami kekerasan seksual pada saat disidangkan di pengadilan masih mengalami hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dialami. Kanjeng ratu mengambil contoh saat mengiktui sidang kasus pemerkosaan yang melibatkan anak di bawah umur yakni yang baru berusia lima tahun. Pada saat disidangkan hakim pengadilan menanyakan apakah pada saat diperkosa badan korban ikut bergiyang atau tidak.

Pertanyaan semacam itu, kata Kanjeng Ratu sangat tidak sesuai dengan Undang-Undang Perlindungan Anakl dan sangat tidak dipahami oleh anak yang baru berusia Sembilan tahun. Menurutn kanjeng Ratu, aparat penegak hokum juga harus membaca dan memahami Undang-Undang Perlindungan Anak agar dalam mengajukan pertanyaan juga tidak membingungkan anak yang menjadi korban. “Tapi penegakan hukum di negara ini pun belum dijalankan dengan benar.”

Terkait perlindungan anak, kata Kanjeng Ratu, pendampingan terhadap anak korban kekerasan juga harus terus dilakukan. Untuk itu, katanya, tidak boleh ada institusi manapun yang melakukan pelangaran terhadap UU perlindungan Anak yang telah dibuat.

Masih Dirotan

Dalam mendidik anak tanpa kekerasan, katanya harus diperhatikan secara benar. Jika memperhatikan system pendidikan pada masa lalu, anak-anak masih dirotan dan dibina dengan tegas. Kanjeng Ratu mengatakan, saat anaknya disekolahkan saat mau ditegakan disiplin kepada anaknya guru terlebih dahulu meneleponnya. Saat itu, katanya kepada guru diminta agar jika mau menegakan disiplin terhadap anaknya harus dilakukan tanpa harus terlebih dahulu meneleponnya.

Kanjeng Ratu juga mengatakan, pada jaman sekarang, saat [ara guru bertindak tegas dan memberikan sanksi kepada anak didik, masih saja ada orang tua yang tidak terima dan menyalahkan para guru. Padahal, katanya, jika memperhatikan pendidikan di masa lalu para guru menjatuhkan sanksi kepada para siswa jika melakukan pelanggaran. Kanjeng Ratu juga menceritakan pengalamannya ketika tidak hisa mengerjakan soal penghapus papan tulis sering melayang ke punggungnya oleh guru.

Disiplin Sangat Penting

Bagi Kanjeng ratu, penegakan disiplin sangat penting bagi anak-anak sekarang. Selain itu, antara anak laki-laki dan perempuan juga bharus ditegakan disiplin yang sama dan hendaknya jangan ada perbedaan. “Sekarang malah kalau anak yang tidak disiplin dan diberi sanksi malah tidak diterima oleh orang tua.Dulu kalau saya tidak bisa kerja soal matematika suster lempar saya dengan pegnhapus di punggung.”

Yulita, salah seorang Guru pada kesempatan dialog mengatakan, guru sangat dekat dengan para siswa. Terkait Undang-Undang Perlindungan Anak yang telah disosialisasi, para guru harus memperhatikannya karena jika mendidik anak dengan kekerasan anak dianggap melanggar undang-undang dimaksud. Padahal, masih ada dan dikenal filosofi di ujung rotan ada ada emas. Filosofi itu, katanya menjadi kendala dalam penerapan UU Perlindungan Anak.

Parpol Tidak Siap Lakukan Pendidikan Politik Terhadap Perempuan

• Perempuan Harus Bersatu
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Partai politik (parpol) yang ada saat ini dinilai belum siap dalam melakukan pendidikan politik terhadap perempuan. Bahkan, tidak saja tidak siap melakukan pendidikan politik terhadap perempuan, parpol juga bahkan tidak mampu melakukan pendidikan politik terhadap laki-laki juga kader partai itu sendiri.
Penegasan ini disampaikan Gusti Kanjeng Ratu Hemas di hadapan perempuan Ende dalam dialog di aula asrama SMPK-SMAK Frateran Ndao, Selasa (25/11) malam. Kanjeng Ratu mengatakan, ketidakmampuan dan ketidaksiapan parpol dalam memberikan pendidikan politik ini mengakibatkan timbulnya kekecewaan masyarakat terhadap parpol dan kepercayaan terhadap parpol menjadi hilang.
Selama ini, kata Kanjeng Ratu, parpol hanya mengambil perempuan tanpa melihat apakah mereka berpengalaman atau tidak, siap atau tidak yang terpenting untuk memenuhi kuota 30 persen. Namun, katanya, perempuan harus saling mendukung dan mendorong untuk bisa memenuhi kuota tersebut siapapun dia entah berpengalaman atau tidak. Selama ini orang selalu mempersoalkan kualitas perempuan untuk memenuhi kuota 30 persen. Padahal, kondisi saat ini di mana rata-rata lebih banyak laki-laki yang duduk di lembaga legislative toh kualitasnya tidak sama. Apalagi sekarang ini, sudah ada artis, pelawak yang merambah ke dunia politik dan duduk di lembaga legislative.

Perempuan Pilih Perempuan
“Perempuan siapapun dia kita dorong. Ini tahun di mana perempuan harus berjuang bersama. Perempuan harus pilih perempuan.” Perempuan, kata Kanjeng Ratu tidak boleh lagi hanya dijadikan alat untuk memenangkan calon laki-laki mengingat masih banyak yang memanfaatkan perempuan pada saat kampanye.
Adanya peraturan 30 persen perolehan suara untuk menduduki lembaga legislative, katanya memang dirasakan tidak gampang bagi perempuan. Namun, hal itu bisa menjadi gampang bagi perempuan jika bisa memanfaatkan hal-hal kecil seperti kelompok arisan untuk bisa meraih suara terbanyak. Perempuan harus lebih banyak aktif dan terlibat di berbagai kegiatan karena dengan aktif perempuan akan semakin dikenal.
Kanjeng Ratu berharap, pada tahun 2014 nanti, minimal 20 persen perempuan di Flores mampu mengisi kursi di DPRD. Perempuan menurutnya harus bisa memainkan peran dan kesempatan itu untuk masuk di lembaga legislative.
Lebih Banyak Korupsi
Dikatakan, kondisi saat ini di DPR di mana mayoritasnya laki-laki lebih banyak korupsi. Masuknya perempuan yang dikenal jujur dan disiplin setidaknya dapat mengurangi korupsi baik di legislative maupun di eksekutif karena perempuan lebih jujur.
Maria Imakulata dari Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI) Cabang Ende mengatakan merasa bangga dengan kuota 30 persen perempuan di legislative. Namun dia juga merasa sedih karena rata-rata perempuan yang direkrut untuk menjadi calon legislative adalah perempuan yang baru tamat sekolah menengah atas dan belum pernah bergelut di dunia politik sehingga minim pengalaman. Kondisi ini, katanya mungkin perempuan hanya dimanfaatkan untuk mendukung laki-laki agar bisa lolos.

Bangkitkan Semangat
Nur Aini Rodja di hadapan Kanjeng ratu mengatakan, pada pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah di Ende beberapa waktu lalu dia tampil mencalonkan diri menjadi calon wakil bupati. Namun pada saat itu dia merasakan bahwa perempuan belum bersatu dan belum saling mendukung sesama calon perempuan. Menurut dia, sekarang saatnya untuk kembali membangkitkan semangat perempuan untuk saling mendukung jika ada perempuan yang tampil menjadi calon. Hal itu menurutnya sangat penting agar ada perempuan yang lolos dan bisa duduk di lembaga legislative. “Kalau tidak kompak Ende kali ini bakal tidak ada anggota DPRD perempuan.”
Anastasia Reo, guru pada SMAK Syuradikara mengatakan, selama ini hambatan perempuan untuk maju untuk dicalonkan adalah karena sumberdaya manusia perempuan yang masih rendah, prempuan kurang berani dan kurang percaya diri untuk tampil di arena politik. Selain itu hambatan lain yang dirasakan adalah factor budaya yang masih menganggap perempuan sebagai nomor dua. Hambatan-hambatan ini sebenarnya yang harus diatasi agar perempuan bisa setara dengan laki-laki. Untuk itu, kata dia, perlu adanya pendidikan politik bagi perempuan khususnya yang selama ini tidak pernah dilakukan oleh partai politik.

Pendidikan Jadikan Siswa Pandai dan Beradab

*Kata Sultan Hamengku Buwono X

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Para pendidik diharapkan tekun dan bersungguh-sungguh dalam mentransfer ilmu pengetahuan kepada anak didik agar mereka tidak saja menjadi pandai tetapi juga beradab. Sistem pendidikan nasional yang selalu berubah menjadi problem tersendiri. Beban pelajaran yang harus dipelajari siswa untuk menjadi pandai tetapi pemahaman menyangkut budi pekerti dan peradaban menjadi kurang diperhatikan.

Hal itu disampaikan Sri Sultan Hamengku Buwono X saat berkunjung ke lembaga pendidikan Santa Ursula dan SMAK Syuradikara, Rabu (26/11). Sultan mengatakan, lembaga Santa Ursula yang dikelolah suster-suster diharapkan dapat mengawinkan antara upaya mentransfer pengetahuan kepada anak didik untuk menjadi pandai dan mempunyai peradaban yang baik agar kesemimbangan antara pandai dan beradab itu dapat dicapai.

Menurutnya, keseimbangan dalam mentransfer ilmu dan budi pekerti itu sangat perlu agar dapat mencapai pendewasaan dan menjadikan anak didik menjadi lebih baik. Akhir-akhir ini, kata Sultan, aksi demo-demo di kampus dan yang keluar adalah kekerasan bukan pada dialog, sharing untuk mencari jalan keluar.

Sementara saat berkunjung ke SMAK Syuradikara, Sultan mengatakan, Syuradikara merupakan lembaga pendidikan yang bertugas membangun peradaban anak bangsa untuk masa depan Indonesia. Sultan juga menyampaikan selamat ulang tahun bagi para guru yang merayakan ulang tahun pada Selasa (25/11). Menjadi guru, kata Sultan, tidak saja untuk mencapai kesejahteraan tetapi mencerdaskan dan membangun peradaban. “Guru dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa tapi di sini saya mau katakan bahwa guru adalah pahlawan untuk membangun manusia unggul untuk bangsa ini.” Guru sebagai profesi akan semakin jelas dalam proses membangun masa depan dan untuk membangun masa depan merupakan tantangan berat bagi anak-anak sekolah.

SistemTeknologi

Sultan mengatakan, sistem teknologi yang ada semakin mendekatkan negara dan benua yang terasa tanpa sekat. Kondisi ini memaksa semua kita untuk mengalami loncatan besar dari tidak siap ke siap. Sistem informasi dan teknologi ini sangat dekat dengan anak bangsa dan merupakan pilihan yang tidak bisa dihindari. “Anak bangsa tidak boleh gagap teknologi.”

Sultan juga menyampaikan kekhawatirannya dengan globalisasi yang kian merubah pola pendekatan yang lebih mengutamakan materi. Teknologi lintas negara dan benua membawa konsekuensi tumbuhnya nilai dan budaya baru dalam pergaulan anak bangsa yang global. Semua menikmati perubahan termasuk gaya hidup. Namun kekhawatiran juga muncul di mana perubahan oleh masyarakat tetap dalam konteks berpikir lokal. “Berpikir lokal tetapi berperilaku global. Saya khawatir akhirnya menjadi masyarakat yang ambigu.”

Di hadapan pendidik dan pelajar Syuradkara Sultan menyampaikan gagasannya seputar undang-undang pornografi. Menurutnya, lahirnya Undang-Undang Pornografi merupakan contoh ketidaksiapan Indonesia menghadapi perubahan global dan berupaya menghindari tantangan global. Justru dengan lahirnya UU Pornografi akan menghancurkan bangsa ini. Tantangan global harusnya disikapi bukannya mengucilkan diri dalam proses perkembangan dan perubahan zaman. “UU Pornografi adalah contoh dari sebuah kepicikan cara berpikir dalam menghadapi tantangan global.”

Ketua Yayasan Nusa Taruni Bhakti, Suster Kristofora Nou, OSU saat menyapah kehadiran Sultan Hamengku Buwono X dan Gusti Kanjeng Ratu Hemas di Santa Ursula mengatakan, seluruh anggota Santa Ursula tidak pernah membayangkan Sultan dan Kanjeng Ratu sebagai orang yang dibanggakan hadir di Santa Ursula. Di hadapan Sultan dan Kanjeng Ratu, suster berjanji ingin menumbuhkan keseimbangan dalam mentransfer ilmu pengetahuan dan budi pekerti seperti yang Sultan harapkan agar tumbuh ilmu dan budi pekerti. Lembaga pendidikan Santa Ursula ingin menjadi bagian penting dari bangsa dengan pikiran dan seluruh jiwa raga. Seluruh anggota lembaga pendidikan Santa Ursula berjanji di tempat ini menjadi bagian dari bangsa yang terbaik.

Pencipta Pahlawan Utama

Kepala SMUK Syuradikara, Pater kanis Bhila, SVD saat menyambut kehadiran Sultan dan Kanjeng Ratu di SMAK Syuradikara mengatakan, nama Syuradikara diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti pencipta pahlawan utama. Pater Kanis juga menceritakan awal mula pendirian SMAK Syuradikara yang bermula dari maklumat pimpinan SVD untuk mendirikan sekolah menengah atas di Flores. Pada 1 September 1953 SVD membuka SMA di Kota Ende dengan nama Syuradikara.

Pater Kanis juga menyatakan kebanggaannya terhadap para alumni SMA Syuradikara yang mau berjalan bersama Sultan untuk mewujudkan Indonesia Baru. Pater juga mengatakan rasa hormatnya atas kunjungan Sultan dan Kanjeng Ratu ke Suradikara. “Kami menyertai Sri Sultan dalam merebut kursi nomor satu di Republik Indonesia ini.” *

Sultan dan Ratu Hemas Disambut Hangat Warga Ende

*Mayoritas Mengayomi Minoritas

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Kedatangan Sri Sultan Hamengku Buwono X dan Sri Ratu Hemas di Ende disambut hangat masyarakat Kota Ende. Ribuan warga turun ke jalan mengelu-elukan Sri Sultan dan Sri Ratu Hemas saat berpawai menuju Lapangan Pancasila setelah tiba dan dijemput di Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende. Sri Ultan Hamengku Buwono X dan Sri Ratu Hemas saat berkunjung ke museum Tenun Ikat di Jalan Soekarno juga dinobatkan sebagai warga kehormatan masyarakat Ende Flores yang ditandai pengenaan pakaian adat lawo lambu dan luka lesu kepada Sri Sultan dan Sri Ratu Hemas.

Dalam kunjungan ke Ende, Selasa (25/11) ini, Sri Sultan bersama rombongan terlebih dahulu mengunjungi situs Bung Karno. Sultan menitipkan pesan di dalam buku tamu yang berbunyi mohon untuk tetap dijaga sejarah Bung Karno yang dapat memberi inspirasi sifat kejuangan untuk bangsa Indonesia.

Bukan Tempat Pembuangan Saja

Sultan Hamengku Buwono X dalam orasinya di hadapan ribuan warga Kota Ende mengatakan, Ende bukan hanya sebagai tempat pembuangan dan sejarah bagi Bung Karno tetapi menjadi motivasi bagi semua. Dari rumah yang sederhana, kata Sultan, tumbuh roh dan jiwa di dalamnya untuk bangsa guna menatap ke depan. Dari pengasingan ke Ende itu, perjuangan bangsa dilanjutkan.

Sultan mengatakan, di Yogyakarta, beliau sebagai pemuka adat dan selain sebagai kepala adat juga merangkap sebagai Gubernur DI Yogyakarta. Dikatakan, pada tanggal 28 Oktober 2008 lalu, masyarakat Yogyakarta dan masyarakat dari provinsi lain datang ke Yogyakarta dan meminta supaya bersedia mencalonkan diri untuk tahun 2009 pada waktu pemilihan presiden. “Saat itu saya sampaikan kesediaan untuk jadi calon presiden.”

Namun, katanya, kehadiran di Ende bukan untuk kampanye apalagi telah dikenakan kepadanya pakaian adat sebagai bentuk kearifan lokal masyarakat. “Ini roh dan identitas budaya dan saya pakai maka saya menjadi bagian dari anda semua. Ini identitas budaya bukan identitas politik.”

Dijaga dan Dilestarikan

Menurut Sultan, kearifan local wajib dijaga dan dilestarikan serta dihargai agar tetap tumbuh dan berkembang dalam membangun karakteristik anak bangsa. Sebelum republik ini ada, masyarakat telah memiliki tradisi, etnik sudah ada termasuk Ende dengan tradisi budaya yang dilahirkan oleh para pendahulu. Pada masa itu, para pendahulu termasuk pendahulu di Ende telah berjuang dan menyatakan diri sebagai satu bangsa dan berbahasa satu bahasa Indonesia.

Dikatakan, Indonesia memiliki roh perbedaan tetapi roh perbedaan ini bukan menjadi kelemahan tetapi sebagai kekuatan bangsa untuk bersatu. Pancasila di dalam salah satu silanya menyatakan Persatuan Indonesia yang di dalamnya ada pemahaman perbedaan. Sebagai bangsa, kata Sultan, tidak ada etnik manapun yang mendominasi bangsa ini. Tidak ada agama yang mendominasi dan menjadi mayoritas. “Karena begitu ada dominasi akan ada konflik. Perbedaan harus dihargai dan yang mayoritas harus mengayomi yang minoritas dan dalam pluralisme yang terpenting adalah menghargai hak-hak orang lain, etnik dan agama lain. Sekali lagi tidak ada yang mendominasi.”

Menurutnya, etnis bangsa tidak ada yang mayoritas dan minoritas namun kebetulan ada etnik tertentu yang jumlah penduduknya lebih banyak dibanding etnik lain yang lebih sedikit. Yang lebih sedikit, kata Sultan, akan merasa aman, damai dan tenteram karena yang besar melindungi dan mengayomi.

Potensi Luar Biasa

Terkait keberadaannya di Ende, Sultan mengatakan, sepintas saat hadir di Ende ia melihat kondisi alam yang ada memiliki potensi yang luar biasa, potensi yang terpendam. Dengan potensi yang demikian besar, katanya, tidak semestinya pesimistis untuk mensejahterakan masyarakat yang adalah anak bangsa. Potensi yang ada harus ditumbuhkan untuk menggapai kesejahteraan. Namun untuk mencapai itu pemerintah dan masyarakat tidak bisa bekerja sendiri tetapi dibutuhkan kerja sama. “Kerja sama tidak mesti dengan investor. Saya berharap Bapak bupati mau bekerja sama dengan Yogyakarta.”

Dikatakan, sudah ada 17 provinsi yang telah menjalin kerja sama dengan Yogyakarta yang rata-rata menyangkut perbantuan tenaga ahli untuk menggali potensi dan membuat produk yang ada menjadi lebih berdayaguna. Sultan mengambil contoh, Ende memiliki banyak lontar dan kelapa. Kelapa banyak yang dibuat kopra dan minyak goreng. Namun air kelapanya masih dibuang padahal masih dapat dimanfaatkan untuk nata de coco serta tempurung kelapa yang masih dapat dimanfaatkan untuk souvenir. Tenaga-tenaga ahli dan terampil tersebut dapat dikirim untuk memberdayakan masyarakat agar tumbuh kelompok-kelompok baru dan diharapkan agar potensi yang ada bisa dimanfaatkan oleh masyarakat.

Komit Terhadap Nilai Bangsa

Ketua Panitia Jakarta, Thobias Djadji pada awal kegiatan mengatakan, Sultan Hamengku Buwono X adalah pemimpin yang komit terhadap Pancasila dan nilai-nilai bangsa, pro kebhinekaan dan pluralis. Sultan juga merupakan tokoh yang komit terhadap rakyat kecil. Berangkat dari kondisi itu, masyarakat NTT di perantauan berpikir searah untuk mencari pemimpin yang bisa merasakan kegetiran dan penderitaan masyarakat NTT dan peduli terhadap nasib masyarakat NTT yang perkembangannya sangat jauh dari daerah lain. Bahkan NTT diselorohkan sebagai bukan saja daerah tertinggal tetapi daerah yang ditinggalkan.

Dikatakan, pernyataan yang pernah dikumandangkan putra NTT di perantuan yang mengatakan bahwa berangkat dari Flobamora lewat Yogyakarta untuk Indonesia tercinta maka bersama masyarakat Ende ingin berucap kepada Sultan Hamengku Buwono X “Kami semua bersamamu wujudkan Indonesia baru.”

Gaspar Parang Ehok, Koordinator Umum NTT mengatakan, berbicara soal NTT tidak ada bahasan lain selain persoalan kemiskinan, keterbelakangan. Dalam perspektif ini, kata Ehok, kehadiran Sultan Hamengku Buwono X bersama Sri Ratu Hemas lebih berarti lagi karena kehadiran ini sebagai bentuk kepedulian terhadap persoalan masyarakat NTT dan Ende khususnya. Kepedulian semacam itu hanya milik orang-orang tertentu yang empati terhadap kehidupan masyarakat.

Menurutnya, masyarakat NTT merindukan kehadiran seorang pemimpin yang mampu memberikan jawaban kepada masyarakat dan peduli terhadap yang lemah. “Kami juga datang untuk memawa dukungan kami bagi Sultan Hamengku Buwono X menjadi presiden RI.”

Bupati Ende, Paulinus Domi dalam sekapur sirihnya memperkenalkan kabupaten Ende dengan potensi yang dimiliki. Danau kelimutu, kata Bupati Domi, bukan saja satu-satunya di Indonesia namun juga menjadi satu-satunya di dunia dan itu kendati di Yogyakarta merupakan daerah yang unik tetapi itulah keunikan Ende yang tidak dimiliki Yogyakarta.

Bupati Domi pada kesempatan itu juga menyampaikan terima kasih kepada Sultan yang telah mengulurkan bantuan kepada segenap mahasiswa asal kabupaten Ende pada saat Ende diguncang gempa tahun 1992 lalu. Selain itu Bupati Domi juga mengucapkan terima kasih atas bantuan Sultan kepada mahasiswa Ende saat terjadi gempa Yogyakarta beberapa waktu lalu.

Pada acara di lapangan Pancasila, Sultan Hamengku Buwono X juga memberikan bantuan berupa bibit padi varietas unggul yang diproduksi oleh Yogyakarta. Kepada Bupati Domi, Sultan berpesan agar benih padi itu dicoba terlebih dahulu dan jika ternyata berhasil agar dikontak cukup per telepon untuk diberikan tambahan bibit bagi masyarakat petani Kabupaten Ende.*