03 Juni 2011

Tuju Siswa SMAN I Ende Wakili Ende ke Olimpiade Sains

· Sa * Satu Diantaranya Pernah Tembus ke Tingkat Nasional

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Sebanyak tuju siswa SMAN I Ende yang lolos dalam seleksi olimpiade sains tingkat Kabupaten Ende ditunjuk mewakili Ende ke ajang olimpiade sains tingkat provinsi di Kupang. Empat dari tuju siswa ini meraih juara satu tingkat kabupaten masing-masing Raulia Riski siswi kelas XI IPA 1 (mata pelajaran Matematika), Florisma AR Teguh siswa kelas XI IPA 1 (Fisika), Anjelina Natashya Putri siswa kelas XI Ipa2 (Biologi) dan Claudia EM Bambut siswi kelas XI IPA1 (Astronomi). Sedangkan Margareta Yuniari, siswi kelas XI IPA2 meraih juara tiga bidang studi fisika dan Fani Fasya Arinda juara dua dan Andi Asnawi meraih juara tiga bidang studi ekonomi.

Demikian dikatakan Kepala SMAN I Ende, Peta Amatus didampingi guru pendamping Fransiskus Bambut di ruang kepala sekolah, Jumad (27/5). Ketuju siswa ini, lanjut Amatus, sebelumnya mewakili sekolah mengikuti olimpiade sains yang dilaksanakan di SMAN I Ende. Dari 19 SMA/MA yang berpartisipasi dalam olimpiade sains ini, empat siswa SMAN I Ende meraih juara pertama. Sedangkan tiga siswa lainnya meraih juara dua dan tiga untuk pelajaran yang mereka ikuti. Namun demikian, ketuju anak ini tetap mewakili Ende untuk ajang olimpiade saind di tingkat provinsi awal Juni mendatang.

Dikatakan, dari tuju siswa ini, satu diantaranya yakni Anjelina Natashya Putri tahun 2010 lalu pernah menjadi wakil NTT ke tingkat nasional. Di tingkat nasional dia berada pada posisi 35 dari 106 peserta. Sedangkan Claudia Bambut pernah juga mewakili Ende ke tingkat provinsi pada tahun lalu. Dia berharap, dari pengalaman mereka yang sudah pernah mengikuti kegiatan ini bisa memacu mereka untuk lebih berprestasi terutama Natashya yang pernah mewakili NTT ke tingkat nasional diharapkan tahun ini juga bisa melaju sampai ke tingkat nasional.

Frans Bambut mengatakan, para siswa yang diikutsertakan dalam lomba sains mewakili sekolah ini prekrutannya diserahkan kepada guru mata pelajaran masing-masing. Para guru sudah mengikuti perkembangan para siswa sehingga tidak sulit dalam penentuan peserta. Siswa-siswa berpotensi ini kemudian dibimbing dan mengikuti program menuju olimpiade sains (MOSI) bekerjasama dengan Lembaga Olimpiade Sains Indonesia (LOSI). Materi-materi bimbingan juga diperoleh sekolah dari LOSI.

Bimbingan kepada para siswa peserta olimpiade sains ini, lanjut Bambut dilakukan seminggu sekali dan intensitas bimbingan ditingkatkan menjelang pelaksanaan. Menjelang keberangkatan ke Kupang ini, para siswa juga tetap dibimbing. Pelaksanaan bimbingan juga didukung pasokan buku terkait olimpiade sains dari pemerintah provinsi melalui bantuan dana blogrand. “Kita juga bisa jalan berkat bantuan dari orangtua siswa melalui Komite Sekolah,” kata Bambut.

Dia mengakui, kendala yang sering dihadapi dalam proses bimbingan jangkauan materinya bukan saja materi SMA namun jangkauan materinya cukup tinggi. Hal ini cukup menyulitkan bagi para guru. Ke depan, dia ebrharap agar pemerintah dapat memikirkan bimbingan terhadap para guru pendampingi seperti yang dilakukan Kota Kupang dan Sabu Raijua. Kedua kabupaten ini mendatangkan pembimbing dari Universitas Indonesia. Pemerintah daerah perlu memikirkan ini agar bisa bekerjasama mendatangkan pembimbing ke Ende agar para guru di Ende seluruhnya dapat dibimbing. Pemerintah juga dapat memikirkan membangun laboratorium umum dengan fasilitas memadai yang dapat dimanfaatkan semua sekolah terutama membantu dalam bimbingan bagi peserta olimpiade sanins.

Anjelina Natashya Putri, peserta olimpiade sains mata pelajaran biologi mengataka, tahun lalu dia menjadi wakil NTT ke tingkat nasional. Pengalaman pertama itu sempat membuatnya gugup apalagi dari NTT waktu itu hanya dirinya yang lolos untuk mata pelajaran biologi. Sehingga, dia mengalami kesulitan ketika belajar karena tidak adanya teman. Selain itu, pada pelaksanaan olimpiade sains di tingkat nasional yang dilakukan dalam dua tahap yakni tes tertulis berupa piluihan ganda dan analisa dan ujian praktik. Khusus untuk ujian praktik, kata Natashya, dia mengalami kesulitan karena peralatan praktikl yang dipakai semuanya baru dan tidak pernah digunakan di Ende.

Belajar dari pengalaman tersebut, kata Natashya, dia akan berupaya lebih maksimal agar dalam olimpiade sains tingkat provinsi bisa lolos mewakili NTT ke tingkat nasional. Jika lolos ke tingkat nasional dia akan berupaya memperbaiki prestasinya pada tahun 2010 lalu di amna saat itu dia hanya berada di posisi 35 dari 106 peserta. “Saya yakin tahun ini bisa lebih baik dari tahun lalu,” kata Natashya.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Untuk mendapatkan materi MOSI dan LOSI bagaimana?