06 April 2009

Sembilan Rumah di Nioniba Rusak Akibat Abrasi

* Pemerintah Diminta Segera Ambil Langkah
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Sebanyak sembilan unit rumah warga Desa Nioniba Kecamatan Maukaro pada minggu yang lalu rusak parah. Kerusakan terjadi akibat abrasi yang timbul akibat gelombang pasang. Warga pemilik rumah terpaksa mengungsi ke tempat aman. Mereka sangat mengharapkan perhatian dan uluran bantuan dari pemerintah atas musibah yang menimpa mereka.
Hal itu dikatakan warga Nioniba Umar Ali per telepon ddari Nioniba, Rabu (4/2). Dikatakan, saat ini warga yang rumahnya rusak terkena abrasi air laut sudah memindahkan rumahnya ke tempat yang lebih aman. Warga yang rumahnya rusak masing-masing Laode Taibu, Elias, Abdul Hakim, Daeng Raja, Samarudin, Muhamad Umar dan Haji Asila. Kerugian akibat rusaknya sembilan rumah itu diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah. Sejauh ini, kata Ali belum ada bantuan yang diberikan pihak pemerintah kepada warga korban abrasi.

Pemerintah Turun ke Lokasi
Untuk itu, kata dia, warga korban sangat berharap pemerintah bisa turun langsung ke lokasi guna memantau kerusakan yang terjadi. Selain itu pemerintah diharapkan bisa memberikan bantuan dalam situasi darurat mengingat rumah warga mengalami kerusakan.
Anggota DPRD Ende dari wilayah Ende IV, Yustinus Sani kepada Flores Pos, Rabu (4/2) mengatakan, terkait kerusakan yang terjadi atas sembilan rumah warga akibat abrasi itu, pemerintah diminta untuk segera memberikan bantuan kepada para korban. Hal itu menurut dia sangat perlu dan secepatnya dilakukan mengingat sampai saat ini belum ada satupun bantuan yang diterima warga dan belum ada perhatian dari pemerintah. Apalagi, kata dia saat ini sembilan keluarga yang rumahnya mengalami kerusakan terpaksa harus ditampung di rumah warga sekitar di Desa Nioniba.

Gunakan Dana Tanggap Darurat
Pemerintah, kata Sani dalam mengatasi kondisi darurat yang terjadi di Desa Nioniba dapat menggunakan alokasi dana tak terduga sebesar Rp1,5 miliar. Dikatakan, kejadian yang menimpa warga di Nioniba merupakan kejadian yang perlu secepatnya ditanggapi agar kerusakan tidak meluas dan kesulitan warga bisa segera diatasi. Pemanfaatan dana tanggap darurat itu, kata dia tidak bakal dipersoalkan mengingat dana itu dialokasikan untuk mengatasi kondisi tanggap darurat seperti bencana dan kerusakan fasilitas umum. Hanya saja Sani berharap, dalam pengalokasian bantuan perlu dilakukan pendataan secara ril terlebih dahulu oleh aparat pemerintahan baik di desa dan kecamatan untuk selanjutnya diteruskan kepada bupati.

Alternatif Relokasi
Kejadian yang menimpa warga di Desa Nioniba Kecamatan Maukaro tersebut, kata Sani bukan baru terjadi kali ini. Kejadian yang sama juga pernah terjadi tahun 2008 yang lalu. Ke depan, kata calon legislative dari PDI Perjuangan untuk wilayah pemilihan Ende IV ini, diharapkan pemerintah untuk memikirkan alternative penyelesaian. Melihat kondisi lokasi permukiman warga di lokasi abrasi saat ini, pemerintah disarankan perlu memikirkan alternative relokasi. Selain upaya relokasi, pemerintah juga bisa membangun tembok penyokong guna mengamankan wilayah oitu dari gelombang pasang yang terjadi setiap tahun. Alternative lain yang disarankan adalah penanaman bakau di sepanjang bibir pantai.


Kerusakan Rumah Warga Akibat Abrasi Bertambah

* Warga Harapkan Bantuan Pemerintah
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Dua rumah warga di Dusun Nioniba Desa Kebirangga Kecamatan Maukaro kembali rusak akibat dihantam gelombang pasang yang terjadi dua minggu terakhir. Penambahan dua rumah warga ini maka rumah warga yang rusak akibat abrasi menjadi sebelas rumah. Warga yang masih bertahan di rumah mereka di pinggir pantai hanya berani berada di rumah pada saing hari sedangkan pada malam hari mereka tidak berani berada di rumah dan terpaksa mengungsi di rumah-rumah keluarga yang berada di tempat yang lebih aman. Warga yang rumahnya rusak akibat abrasi mengharapkan uluran tangan pemerintah untuk membantu mengatasi persoalan yang dihadapi.

11 Rumah Rusak
Kepala Dusun Nioniba, Abdullah Sani di lokasi abrasi di Dusun Nioniba, Sabtu (7/2) mengatakan, terdapat sebanyak 106 kepala keluarga yang menghuni Dusun Nioniba. Dari jumlah itu ada sebanyak sebelas rumah yang rusak akibat gelombang pasang. Jumlah ini merupakan akumulasi dari tahun lalu. Sedangkan dua rumah baru mengalami kerusakan akibat gelombang pasang yang terjadi dua minggu terakhir.
Dikatakan, para pemilik rumah yang rusak sampai saat ini belum mampu membangun kembali rumah mereka yang rusak. Sedangkan ada beberapa warga lainnya yang memperbaiki rumah mereka yang diangkat dan dipindahkan ke tempat yang lebih aman. Selain itu, ada beberapa warga yang rumahnya masih baik namun berada di pinggir pantai dan terancam abrasi belum berani tidur di rumah pada malam hari. Mereka, kata Abddulah hanya berani berada di rumah pada siang hari. “Kalau malam mereka tidur di rumah kelaurga yang agak aman. Gelombang masih terlalu besar.”

Belum Ada Bantuan
Abdullah mengatakan, sejak rusaknya rumah warga akibat abrasi air laut dan gelombang pasang setahun lalu hingga yang baru rusak sekarang ini, belum ada uluran tangan dari pemerintah untuk membantu warga yang susah. Untuk itu, katanya, warga sangat mengharapkan pemerintah bisa turun langsung ke lokasi untuk mendata kerusakan yang ada dan memberikan bantuan.
Ditanya soal kemungkinan pemindahan lokasi tempat tinggal warga, Abdullah mengatakan warga tidak memiliki lokasi di tempat lain. Yang dimiliki mereka hanya lokasi di tempat yang saat ini mereka tinggal. Soal kemungkinan pindah dari tempat itu sebenarnya sudah pernah ditawarkan namun lokasi yang disiapkan sampai sekarang belum diserahkan oleh pemilik tanah. Hanya saja mereka berharap, jika sampai dipindahkan agar tidak terlalu jauh dari lokasi tempat tinggal mereka sekarang. Dia beralasan, peralatan penangkapan ikan milik warga sudah berada di situ sehingga tidak bisa ditinggalkan.

Pasang Pemecah Gelombang
Menurut dia, sebenarnya warga masih bisa tinggal di lokasi sekarang. Hanya saja gelombangnya terlalu besar dan sangat mungkin merusak kembali rumah warga. Untuk mengatasi gelombang besar, kata Abdullah warga mengharapkan bantuan pemerintah untuk membuat tembok pengaman atau bronjong sepanjang lebih kurang 500 meter. Namuh, kata dia, jika hanya bronjong atau tembok pengaman saja tidak cukup sehingga diharapkan juga memasang pemecah gelombang di lokasi sekitar pantai. “Untuk bisa aman harus buang batu besar untuk pecah gelombang. Pemerintah kita harap bisa bangun bronjong agar bisa berlabuh.”
Waumi, salah satu warga yang rumahnya rusak kepada Flores Pos mengatakan, rumahnya sudah rusak sejak satu tahun yang lalu. Sekarang dia sudah pindah ke rumahnya yang baru yang dibangun secara darurat. Dia katakan, kalau pemerintah siapkan lahan mereka siap untuk pindah ke lokasi baru.

Pindahkan Rumah
Hal senada diungkapkan juga oleh Asrul. Dia merupakan pemilik rumah yang mengalami kerusakan paling parah. Sampai sekarang, kata Asrul rumahnya belum sempat diperbaiki. Dia masih tinggal di rumah lamanya yang diangkat warga dan dipindahkan dari lokasi abrasi secara bergotong royong. Dia berharap pemerintah daerah bisa memberikan bantuan terutama berupa bahan bangunan agar dia bisa memperbaiki rumahnya yang sekarang.
Dia juga menyatakan kesediaan untuk pindah dari lokasi sekarang jika pemerintah bersedia menyiapkan lahan yang baru. Hanya saja dia berharap jika memang pemerintah mau menyiapkan lahan untuk pemukiman baru agar tidak jauh dari pantai karena kehidupan mereka adalah nelayan.


Bupati Domi; Copot Sekda Tidak Semudah Itu

* Turunkan Tentara Tindakan Preventif
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Bupati Ende paulinus Domi mengatakan, tuntutan untuk memberhentikan Sekretaris Daerah Ende, Iskandar Mohamad Mberu tidak semudah iotu dipenuhi. Pencopotan sekda perlu tata cara yang harus dijalankan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Pergantian sekda, kata bupati juga harus melalui proses pengusulan yang semuanya tidak gampang karena harus melalui prosedur.
Hal itu dikatakan Bupati Domi dalam konferensi pers di ruang kerjanya, Kamis (5/2) usai aksi demonstrasi yang digelar GERAK Ende. Konferensi pers selain dihadiri Bupati Domi, juga dihadiri Sekretaris Daerah Ende, Iskandar Mohamad Mberu, Dandim 1602 Ende, Letkol Inf. M. Shokir, Asisten I Hendrikus Seni, Asisten III Bernadus Guru, Kepala Badan Kesbangpol, Gabriel Tobi Sona, Kepala Bagian Humas, Martin Kali, Kabag Otdes Marsel Roga dan Adi Dopo.

Praperadilan
Bupati Domi mengatakan, bila pencopotan dilakukan hanya atas dasar desakan dan tuntutan masa pendemo nantinya bisa berakibat pemerintah dipraperadilankan oleh Sekda yang dicopot. Sekda yang diberhentikan bisa mengajukan pemerintah ke peradilan Tatausaha Negara. Namun, katanya, karena demonstrasi atas perbuatan hukum yang dilakukan oleh Sekda Mberu maka menunggu sampai ada putusan hukum yang mempunyai kekuatan hukum tetap. Dari keputusan hukum itu, kata Bupati Domi dipelajari lagi dalam kaitannya dengan pencopotan. “Tapi copot atau tidak copot toh pak sekda pada 1 April 2009 nanti sudah pensiun. Saat ini SK sedang dalam proses dan hampir tiba.” Mengingat SK sudah dalam proses maka pada 1 April 2009, kata Bupati Domi, Sekda Mberu sudah bebas tugas.
Sementara terkait desakan massa pendemo agar DPRD segera memanggil bupati untuk memberikan penjelasan terkait penyegelan kantor Satpol PP, Bupati Domi katakan, sampai saat ini belum ada penyampaian baik lisan maupun tertulis untuk ke DPRD Ende. Namun jika atas tuntutan pendemo dan DPRD Ende memanggil untuk ke DPRD maka terlebih dahulu harus melihat substansi pemanggilan. Namun, katanya kapan saja Dewan memanggil akan selalu siap untuk memberikan klarifikasi.

Kantor Kosong
Pada kesempatan itu, bupati Domi juga menjelaskan latar belakang terjadinya penyegelan kantor Satpol PP oleh Sekda Mberu. Dikatakan, pada saat itu, sekda berada di kantor dan bekerja dari pagi sampai malam dan saat di kantor bupati tidak ada anggota Satpol PP yang melakukan penjagaan. Karena tidak ada anggota yang menjaga maka sekda lalu ke kantor Satpol PP. Namun saat tiba di kantor tidak ada satupun anggota Satpol PP yang berada di kantor itu. Pada saat itu pintu kantor dan pintu gerbang kantor dalam keadaan terbuka. Sekda sempat menunggu di kantor selama lebih kurang dua jam.
Karena tidak ada anggota yang muncul maka sikap yang diambil seorang kepala sekretariat yang membawahi seluruh kantor dan SKPD dan lembaga teknis daerah mengambil langkah menggembok pintu. Langkah itu dilakukan untuk menyelamaatkan seluruh aset daerah yang ada di dalam kantor yang tidak ada penjagaan. “Dan langkah itu tepat. Dari segi disiplin tidak ditolerir. Tidak hanya kantor Satpol PP. Kantor-kantor lainnya juga kalau demikian dilakukan.”

Lebih Hati-Hati
Melihat situasi yang terjadi seperti ini, Bupati Domi mengharapkan agar ke depan semua kantor lebh hati-hati. Langkah antisipatif sangat penting demi keselamayan.
Terkait penurunan anggota Kompi C dalam pengaman aksi ini, Komandan Kodim 1602 Ende, Letkol Inf. M. Shokir mengatakan, tindakan menurunkan satu satuan setingkat peleton dilakukan sebagai langkah preventif. Apalagi, kata dia di lokasi pada saat bersamaan ada dua kelompok. Dikatakan langkah yang dilakukan adalah bertindak cepat namun tetap sesuai prosedur yang berlaku. Langkah itu, kata dia adalah untuk membantu polisi dalam menciptakan keamanan dan demi lancarnya roda pemerintahan.

Personil Polisi Sedikit
Dikatakan pula, upaya menurunkan anggota tentara dalam aksi itu dilakukan mengingat pada saat aksi yang sudah mulai memanas jumlah personil polisi sangat sedikit. Apalagi pada saat bersamaan anggota Brimob belum diturunkan. Menurut dia, situasi pada saat itu memang belum rawan sekali namun jika dibiarkan bisa terjadi konflik komunal antar kedua kelompok.
Dikatakan, saat kejadian dia dan kapolres berada di tengah kedua kelompok. Karena itu, jika dia tidak secepatnya mengambil langkah sehingga terjadi konflik maka dia dapat dipersalahkan. Bahkan, dia akan dianggap membiarkan terjadinya konflik antar kedua kelompok. “Kalau seperti itu bisa kena pelangaran HAM.” *


Aliansi Gerakan Masyarakat Anti Kekerasan Desak Bupati Copot Sekda Mberu

* Situasi Demontrasi Sempat Memanas
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Aliansi Gerakan Masyarakat Anti Kekerasan (GERAK) Kabupaten Ende yang merupakan gabungan dari beberapa lemen antara lain GMNI Cabang Ende, PMKRI Cabang Ende, LMND Eksekutif Kota Ende, GMPI Cabang Ende, BEM Uniflor, BLM FKIP Uniflor, BEM STIPAR Ende, IMPAR dan IPELMAWAN menggelar aksi demo. Aksi ini digelar untuk menyikapi kasus pengancaman dan perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh Sekretaris Daerah Ende, Iskandar Mohamad Mberu terhadap anggota DPRD Ende, Heribertus Gani.
Dalam aksinya ini GERAK Kabupaten Ende mendesak Bupati Ende, Paulinus Domi untuk segera memberhentikan Sekda Iskandar Mohamad Mberu dari jabatan. Kepada DPRD Ende, GERAK Ende juga meminta segera memanggil Bupati Ende untuk menjelaskan persoalan yang terkait tindakan Sekda yang menyegel Kantor Satpol PP. Mereka juga meminta DPRD Ende untuk mendesak bupati untuk segera memberhentikan Sekda Ende Iskandar Mohamad Mberu dari jabatannya.
Mereka menyatakan dukungan terhadap langkah-langkah hukum yang sedang diambil dan mendesak Kepala Kepolisian Resor Ende, agar segera tangkap dan tahan tersangka Iskandar Mohamad Mberu. Sedangkan kepada Heribertus Gani, GERAK menilai langkahhukum yang diambil adalah langkah bijak untuk menghindari peradilan jalanan. GERAK meminta untuk tetap tegar, prinsip, komit dan tidak mundur dalam menghadapinproses hukum yang sedang ebrjalan.
Dalam aksinya yang dimulai dari Lapangan Pancasila, Kamis (5/2), massa terlebih dahulu berkumpul di bawa pohon sukun untuk mendengarkan arahan dari coordinator umum aksi, Vinsensius Sangu. Dari lapangan Pancasila, massa lalu bergerak menuju kantor polisi. Di kantor polisi, massa pendemo setelah bernegosiasi dengan Kabag Bina Mitra AKP Suka Abdhi lalu mengutus utusan sebanyak 17 orang untuk menyerahkan pernyataan sikap dan berdialog dengan Kapolres. Sangu pada kesempatan itu menyatakan dukungan GERAK Ende terhadap langkah-langkah hokum yang sudah dilakukan. Elemen yang tergabung di dalam DERAK, kata Sangu akan tetap berada di belakang polisi dan mendukung kerja aparat kepolisian. Dia meminta agar dalam penegakan hukum agar dilakukan tanpa pandang bulu. Menurutnya, tindakan-tindakan sudah begitu banyak yang dilakukan oleh Sekda Mberu baik yang terungkap maupun yang tidak terungkap. “Atas fakta-fakta perilaku itu apakah kita lantas terus diam tanpa beri hukuman agar bisa memberikan efek jerah? Saya tantang apakah bapak kapolres berani tangkap dan tahan Sekda Mberu atau tidak.”

Hukum Berlaku Sama
Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto pada kesempatan itu mengatakan, hukum dibuat untuk dilaksanakan dan ditegakan. Hukum berlaku bagi semua orang tanpa pandang bulu. Sejak berada di Ende, katanya sudah komit menegakan aturan sampai kapanpun dan akan berupaya semaksimal mungkin. “Saya tidak pernah main-main terhadap kasus apapun sesuai petunjuk pimpinan. Mohon dukungan. Jangan ragukan saya selama saya bekerja. Saya tidak pernah main-main dalam menangani kasus apapun.”
Terkait permintaan agar menangkap dan menahan Sekda Mberu, Kapolres Sugiarto mengatakan, pihaknya tetap bekerja sesuai aturan. Sejauh ini dalam menangani kasus yang dilaporkan oleh anggota DPRD Ende Heribertus Gani, polisi sudah memeriksa tiga orang masing-masing saksi korban, dan dua saksi lainnya masing-masing Dominikus Minggu Mere dan Frans Badhe. Sedangkan untuk Ketua DPRD Ende, Titus M Tibo nanti akan diperiksa. “Kalau dari hasil pemeriksaan memenuhi unsur untuk ditahan ya kita tahan. Saya tidak mau diperintah atau disuruh. Kami bekerja berdasarkan aturan.”

Jalan Kaki ke DPRD
Usai berdialog dan menyerahkan pernyataan sikap di kantor polisi, massa lalu bergerak menuju kantor DPRD Ende di Jalan El Tari dengan berjalan kaki. Di Jalan El Tari, sudah ada massa yang jumlahnya cukup banyak menanti. Diperkirakan, sejumlah massa yang katanya datang untuk menonton aksi demonstrasi yang digelar itu berasal dari kelompok yang mendukung Sekda Mberu. Namun hal itu saat dikonfirmasi kepada Sekda Mberu dia hanya menyatakan tidak mau berkomentar. Saat massa mulai bergerak menyusuri Jalan El Tari, massa yang sejak pagi sudah berada di depan kantor bupati mulai bergerak ke arah kantor DPRD Ende. Tampak juga dua orang anak Sekda Mberu masing-masing Hasbullah dan Mustakim di antara masa yang sejak pagi berada di depan kantor bupati. Kedua anaknya sempat memberikan reaksi namun kemudian bisa diredakan.
Situasi sempat memanas ketika massa pendemo dari GERAK Ende tiba di depan Kantor DPRD Ende. Massa yang berada di depan kantor bupati bergerak ke arah kantor DPRD Ende. Saat itu, Kapolres Ende, AKBP Bambang Sugiarto dan Komandan Kodim 1602 Ende, Letkol Inf. M Shokir juga nerada di tengah kedua kelompok massa. Komandan Kodim lalu menurunkan satu satuan setingkat pleton (SST) atau sebanyak 31 perseonil dari Kompi C. Tentara bersenjata lengkap langsung menghalau massa hingga turunnya tim dari Brimob Ende ke lokasi demonstrasi. Tim Brimob juga berpakaian lengkap untuk menghalau massa. Dua anggota Brimob juga membawa senjata penembak gas air mata yang disiapkan sebanyak dua dos.
Setelah situasi agak tenang, massa lalu masuk ke halaman kantor DPRD Ende dan kemudian membacakan tuntutan dan pernyataan sikap di hadapan anggota Dewan di dalam ruangan rapat Gabungan Komisi.

Jadi Persoalan Bersama
Ketua PMKRI Cabang Ende, Levi Padalulu dalam dialog di DPRD Ende mengatakan, kegelisahan aliansi sudah termaktub di dalam surat pernyataan yang telah dibacakan. Namun, kata Padalulu, Dewan hendaknya tidak hanya konsentrasi pada pernyataan sikap. Kehadiran forum untuk mengajak dan menyadarkan Dewan untuk melihat persoalan ini sebagai persoalan bersama. “Dewan harus merasa sakit kalau sebagian anggota tubuhnya disakiti. Tapi kalau tidak maka patut dipertanyakan.”
Dia juga meminta kepada lembaga Dewan untuk menyikapi persoalan tersebut tanpa harus menunggu proses hukum yang sedang berjalan. Dewan, kata Padalulu harus secepatnya memanggil bupati sesuai tuntutan aliansi.

Hormati Proses Hukum
Ruben Resi yang memimpin jalanya dialog di DPRD Ende mengatakan, tuntutan dari forum sudah diserahkan. Dewan secara kelembagaan akan menindaklanjuti. Dikatakan, Heribertus Gani telah memberikan kesaksian dalam proses hukum yang dilaporkan dan Dewan menunggu tahapan-tahapan tersebut dijalani sampai ada putusan pengadilan. “Berikan kesempatan kepada lembaga ini untuk membicarakan semua ini.”
Usai membacakan sikap dan menyerahkannya kepada pimpinan DPRD, massa GERAK lalu menghentikan aksi. Vinsen Sangu mengatakan, perjuangan yang dilakukan belum berakhir. Perjuangan sudah mencapai tujuan namun tujuan perjuangan belum berakhir. Massa kemudian diarahkan menuju Sekretariat PMKRI untuk melaksanakan efaluasi.*


Terjun ke Dunia Politik, Ingin Cetak Sejarah

Oleh Hieronimus Bokilia

Hujan baru saja berlalu. Gerimis masih enggan pergi dari kota Ende. Hawa sejuk menyelimuti Kota Ende Sabtu (14/2) sore itu ketika saya bertandang ke rumah seorang pengusaha muda Ende. Dunia otomotif Kota Ende sangat mengenal sosok yang satu ini. Betapa tidak, sosok Bob Matutina adalah satu dari keluarga Matutina yang telah menghidupkan dunia otomotif dengan mengelar berbagai efen perlombaan motocross dan drag race di Kabupaten Ende. Sosok Bob Matutina juga tidak asing lagi di dunia wirausaha Kota Ende. Sebagai pebisnis, Bob Matutina sangat akrab dengan siapa saja. Namun di tengah bisnisnya yang mulai menanjak Bob Matutina mengambil langkah ekstrim untuk terjun ke dunia politik. Dunia politik bagi pria kelahiran Ende 11 februari 1970 ini adalah dunia yang sangat asing. Pengalaman politik memang diakui tidak dimilikinya sama sekali. Tapi tekadnya sudah pasti terjun ke dunia politik untuk memutus birokrasi perijinan, membantu masyarakat kecil dan tak kalah pentingnya dia ingin mencetak sejarah.
Menempati nomor urut satu dalam daftar calon anggota DPRD Ende dalam pemilu legislatif 2009 dari Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) di daerah pemilihan Ende satu, bagi Bob Matutina merupakan satu berkat yang patut disyukuri. Betapa tidak. Dia menyadari banyak orang yang melihat selama ini dia bergerak di dunia usaha yang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan dianggap negatif. Namun sebagai seorang Kristen yang taat, dia mensyukuri atas jalan yang sudah ditunjukan oleh Tuhan Yesus kepadanya.
Dunia politik yang baru digelutinya ini memang bukan gampang. Tantangan besar sudah menghadang di depan mata. Banyak baliho yang dipasang rusak dirobek orang tak bertanggung jawab. Tempat usahanya di Pantai Bitta terbakar tanpa diketahui sebab musababnya. Tapi bagi “Gus Dur-nya” Ende ini, justru tantangan itu yang membuat dia semakin tertantang untuk mencapai tujuan akhirnya. Selangkahpun dia tidak akan mundur tetapi membuat langkahnya kian tegar mencapai tujuan menuju gedung parlemen di Jalar El Tari.
Ditemui di kediamannya di Lorong Solavide, Bob Matutina dengan santai bercerita soal hasratnya ingin membuat perubahan di segala bidang. Sebagai orang yang biasa bergelut di dunia usaha, ada hal yang dirasakan begitu mengganjal kemajuan bisnis di Ende yang digelutinya selama ini. Tegas dia katakan, proses perijinan untuk membuka usaha di Ende masih sangat sulit dan terlalu berbelit-belit. Birokrasinya masih sangat panjang. “Ini yang dorong saya terjun ke dunia politik dan berjuang menjadi anggota DPRD Ende agar bisa putusk biroksari perijinan yang menghambat kemajuan dunia usaha.” Apalagi, tegas ayah dari Kevin, Celine dan Asyer ini, mayoritas anggota DPRD Ende sekarang bukan datang dari latar belakang dunia usaha sehingga kurang memahami soal kesulitan pengusaha dalam memproses perijinan.
Mengusung visi misi “membuat perubahan di segala bidang, memberikan perhatian kepada masyarakat kecil khususnya masyarakat miskin,” Bob Matutina ingin berbuat banyak terutama bagi masyarakat miskin. Keinginannya tidak muluk-muluk. “Kalau yang di atas (Tuhan Yesus) merestui saya duduk di DPRD saya mau bantu masyarakat kecil terutasma masyarakat miskin.” Caranya? Bob Matutina tegas katakan, bila direstui duduk di DPRD Ende, separuh dari gajinya akan dimanfaatkan untuk membeli beras dan dibagikan kepada masyarakat miskin. Ini bukan lagi hal baru bagi Bob karena selama menjalani dunia bisnis dia selalu memberikan bantuan kepada masyarakat miskin secara rutin. Tapi Bob tidak mau kalau apa yang diberikan tangan kanan diketahui oleh tangan kiri. “Cukup mereka yang sudah pernah menikmati bantuan dari saya yang tahu. Tidak perlu diberitakan kapan, di mana dan kepada siapa.”
Keprihatiannya kepada masyarakat kecil yang selalu menjadi penikmat dari segala imbas kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, ikut menjadi daya dorong bagi Bob Matutina terjun ke dunia politik. Selama ini, setiap ada kebijakan pemerintah menaikan harga BBM imbasnya selalu masyarakat kecil yang rasakan. Masyarakat kecil yang sudah miskin dibuat semakin miskin. Tekadnya, kalau Tuhan Yesus merestui, Bob Matutina akan berjuang untuk rakyat kecil. Usaha-usaha kecil milik rakyat akan menjadi perhatiannya seperti usaha tenun ikat yang masih berskala industri rumah tangga dan para pedagang kecil yang selalu sulit maju karena keterbatasan sumberdaya.
Terhadap keputusannya terjun ke dunia politik, suami dari Eka Purwanti ini begitu mendapatkan dukungan penuh keluarga. “Keluarga begitu mendukung niat saya setelah tahu tujuan perjuangan saya memutus birokrasi perijinan yang sangat menyulitkan para pengusaha.”
Dia sangat menyadari memasuki dunia politik yang sangat asing baginya itu mendorongnya untuk kuliah. Menurut ayah tiga anak ini, pemahaman terhadap dunia politik harus dipadukan dengan pemahaman dunia hukum sehingga dia tekun mengikuti proses perkuliahan dan sebentar lagi akan meraih gelar sarjana di bidang hukum.
Selain perjuangan memotong birokrasi perijinan dan membantu masyarakat kecil masih ada motifasi lain yang turut mendorong dia terjun ke dunia politik. “Saya tidak muluk-muluk. Saya mau masuk ke dunia politik hanya untuk mencetak sejarah. Selama ini tidak ada yang berani seperti ini,” katanya mantap. Sejarah yang mau dia cetak adalah cita-cita kuat meraih suara mutlak yang bisa mengantarnya duduk di kursi Dewan. Bagi Bob, sejarah akan mencatat jika Bob Matutina bisa meraih suara sah yang signifikan sesuai ketentuan. Bagi dia bukan 30 persen suara yang dikejar tapi suara mutlak untuk meraih satu kursi. Tekad mencetak sejarah bukan tidak mungkin bagi seorang Bob Matutina. Sudah banyak yang dibuat di Ende ini. Apalagi dengan pergaulannya yang tak kenal sekat membuat dia semakin dikenal banyak kalangan. Bagi Bob tekadnya duduk di kursi DPRD Ende sudah di depan mata. “Itu soal garis tangan. Tujuan saya tidak muluk-muluk hanya mau bantu masyarakat kecil. Kalau Tuhan Yesus merestui dan garis tangan saya harus duduk di kursi Dewan tidak ada yang bisa menghalanginya,” kata Bob matutina mengakhiri obrolan dengan Flores Pos.

Diduga Akibat Makan Gado-Gado, Satu Keluarga Terkena Diare

* Bapak dan Dua Anak di Rawat Di Rumah Sakit
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Keluarga Hironimus Suki, guru pada SDLB Negeri Ende dan tiga anaknya yang tingal di Jalan gatot Subroto, Kelurahan Mautapaga mengalami keracunan dan mengakibatkan diare. Kerjadian itu diduga karena mereka sekeluarga makan gado-gado yang dibeli di salah satu rumah makan di Jalan Kelimutu. Akibatnya, Hironimus Suki dan dua orang anaknya masing-masing Hildegardis Suki (16) dan Florentina Suki (13)harus dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ende. Sedangkan anaknya yang lain Febronia Suki (18) yang juga menderita diare hanya dirawat di rumah.
Hironimus Suki saat ditemui di ruang perawatan penyakit dalam RSUD Ende, Sabtu (5/4) mengatakan, selama ini mereka sering makan gado-gado yang dibeli di tempat tersebut namun tidak pernah terjadi seperti itu. Saat kejadian yang dialami dia dan kelaurgannya, dia menduga mungkin karena kebersihan yang kurang terjaga terutama air yang tidak bersih. Air yang ada di rumah juga sudah dibersihkan dan sudah diberi kaporit.
Dikatakan, pada hari Rabu (1/4), mereka sekeluarga makan gado-gado yang dibelikan istrinya dari rumah makan di Jalan Kelimutu tepatnya di depan Kantor Telkom. Setelah dibeli, istrinya langsung membawanya pulang dan diberikan kepada anak-anaknya untuk dimakan. “Saya hanya makan lontong waktu itu.sedangkan istri saya tidak kena karena dia langsung makan di tempat beli dan tidak makan lagi di rumah.” Salah seorang anaknya yakni Hildegardis langsung muntah dan menceret pada Rabu malam. Sedangkan dia dan dua anak lainnya mulai terkena diare pada Jumad pagi. Ada anak yang munta dan menceret, ada yang hanya muntah, sedangkan dia hanya menceret dan tidak muntah.

Kira Hanya Sakit Biasa
Semula, katanya dikira kejadian itu hanya biasa-biasa saja. Namun merasa kondisinya dan anak-anak yang terus diare mulai lemas, kata Hieronimus, dia akhirnya menghubungi keluarga dan meminta untuk dihantar ke rumah sakit. Setelah dirawat sejak Jumad pagi, kondisinya dan kedua anaknya mulai membaik. “kalau awal hampir tiap 5-10 menit sudah harus ke belakang. Kalau sekarang sudah agak jarang.”
Dikatakan, ada kelurga yang meminta agar hal itu dilaporkan ke polisi dan sisa makanan yang dikonsumsi di bawa sebagai bukti untuk diperiksa di laboratorium. Namun, katanya, mereka tidak mau menuduh bahwa mereka keracunan dan diare karena konsumsi makanan. Sejauh ini, katanya, mereka hanya menduga mengalami diare karena mengkonsumsi gado-gado. Lagipula, gado-gadi yang dibeli itu sudah dimakan habis dan tidak ada sisa yang bisa dijadikan contoh untuk dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Padahal, kata dia, selama ini mereka sering makan gado-gado yang dibeli dari tempat itu dan tidak pernah mengalami kejadian seperti itu. Selain itu, katanya, selain makan gad-gado, pada hari itu mereka tidak makan makanan lain di luar rumah. “Kami tidak mau curiga macam-macam. Kami juga sering makan di tempat itu dan tidak kenapa-kenapa. Mungkin hari itu kami lagi sial.”

Mual-Mual dan Mencret
Hildegardis Suki yang dirawat berdampingan dengan ayahnya di ruang perawatan penyakit dalam RSUD Ende, mengatakan, setelah mengkonsumsi gado-gado yang dibawa ibunya, pada malam dia langsung merasa perutnya mual-mual. Setelah itu, dia langsung menceret dan muntah-muntah. Sebelum di bawa ke rumah sakit, kondisinya sudah sangat lemah karena seringnya buang air besar. Namun diakui, setelah menjalani perawatan di rumah sakit, kondisinya sudah agak membaik.
Felixia Delfina, istri Hironimus Suki tidak dapat ditemui. Dia sedang sibuk mengurus salah satu anaknya Florentina yang dirawat di ruang perawatan anak RSUD Ende.

Kantor Pos Mulai Lakukan Pembayaran Dana Bantuan Langsung Tunai

* Prioritas Wilayah Kota Ende
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Sejak Jumad (4/4), Kantor Pos Ende mulai melakukan pembayaran dana bantuan langsung tunai (BLT) kepada rumah tangga miskin yang berhak menerima dana bantuan dimaksud. Pembayaran selama Jumad-Sabtu ini hanya diprioritaskan bagi RTM yang terdapat di dalam wilayah Kota Ende. Sedangkan untuk penerima di luar kota pelaksanaannya baru dilakukan setelah pemilu legislatif 9 April 2009 nanti.
Hal itu dikatakan Kepala Kantor Pos Ende, Kadek Sumardana kepada Flores Pos di ruang kerjanya, Sabtu (5/4). Suardana mengatakan, pembagian dana BLT kepada penerima sudah dilakukan sejak Jumad (4/4) kepada empat kelurahan masing-masing Paupanda, Mbongawani, Rukun Lima dan Tetandara. Sedangkan untuk Sabtu (5/4) pembayaran dilakukan kepada tujuh kelurahan. Pembayaran di wilayah kota semuanya dipusatkan di Kantor Pos Ende.
Dikatakan, penjadwalan pembagian BLT ini hanya sampai hari Sabtu. Berkaitan dengan pelaksanaan pemilu legislatif maka pelaksanaan selanjutnya belum dapat dilanjutkan. Jadwal pembagian untuk wilayah-wilayah lainnya di luar Kota Ende baru dibuat setelah selesai pelaksanaan pemilu. “kemungkinan setelah 14 April baru kita mulai kembali lakukan pembayaran.” Apalagi, katanya, Kantor Pos Ende wilayah cakupannya cukup luas yakni membawahi Kantor Pos Cabang Ngada, Nagekeo hingga Manggarai Barat. “Tapi kita prioritaskan yang dekat Ende lebih dahulu.”

Gunakan Data 2008
Dalam pembagian BLT tahun ini, masih menggunakan data penerima yang lama yakni data tahun 2008. pembagian diberikan kepada 29.148 rumah tangga miskin. Total dana yang disalurkan sebanyak Rp5,829 miliar. Pembayaran yang dilakukan katanya, untuk dua bulan dan setiap RTM berhak menerima Rp100 ribu ber bulan sehingga dalam pembagian kali ini setiap RTM menerima Rp200 ribu. Pembagian ini, kata Sumardana juga tidak ada kartu baru. Penerima hanya menunjukan kartu lama yang pernah dibagikan tahun 2008 lalu. Jika kartu tidak ada, katanya penerima harus menunjukan bukti diri yang resmid an sah seperti KTP, SIM atau surat keterangan dari aparat pemerintah yang sah.
Kepada penerima, dia mengimbau agar dalam setiap jadwal pembayaran mengikuti setiap aturan yang ditetapkan. Langkah itu perlu agar pembayaran dapat berjalan aman, tertib dan lancar dan mempermudah pelaksanaan pembayaran.

Untuk Beli Makan
Ibu Yuliana Nggula, salah seorang penerima BLT dari Keluarahan Onekore kepada Flores Pos mengatakan, sangat berterima kasih dengan bantuan yang diberikan oleh pemerintah itu. Bantuan dimaksud, katanya akan dimanfaatkan untuk beli makanan. Ketika diinformasikan bahwa pembagian tahun ini hanya untuk dua bulan dan selanjutnya tidak ada lagi bantuan serupa, Ibu Yuliana Nggula katakan dia tidak tahu kalau bantuan ini hanya dua bulan. Yang dia tahu, setelah dibagikan untuk jatah dua bulan ini, nanti akan ada lagi bantuan di bulan-bulan mendatang. Menurutnya, mereka sangat berharap bantuan dari pemerintah. “Kalau bantuan yang baik-baik kami terima yang begini ini. Asal jangan yang jelek-jelek.”

Logistik Pemilu Legislatif Mulai Didistribusikan

* Paling Lambat H-1
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Kabupaten Ende sejak Sabtu (5/4) mulai melakukan pendistribusian logistic pemilu ke panitia pemilihan kecamatan (PPK). Pendistibusian awal ini diprioritaskan pada kecamatan-kecamatan yang jauh dan sulit jangkauan trapsortasinya seperti Kota Baru, Maukaro, Maurole dan Ndona serta Ndona Timur.
Hal itu dikatakan anggota KPUD Ende Divisi Logistic Pemilu, Djamal Umar kepada Flores Pos di Sekretariat KPUD Ende, Sabtu (5/4). Dikatakan, pendistribusian logistik pemilu yang dilakukan oleh KPUD sudah dikoordinasikan dengan PPK untuk menerima logistik pemilu.
Djamal Umar katakan, prioritas pendistribusian saat ini adalah PPK yang terjauh dan sulit dari jangkauan transportasi. Pada Sabtu kemarin, logistik yang sudah siap dan langsung didistribusikan adalah untuk PPK Kota Baru, Maukaro, Ndona dan Pulau Ende. KPUD, katanya, hanya mendistribusikan logistik pemilu sampai di tingkat PPK. Pendistribusian selanjutnya ke PPS oleh PPK. “Untuk distribusi lanjutan ini kita sudah koordinasi dengan PPK. Lagian ada dana untuk distribusinya.”

Khawatir Terlambat
Dia mengakui, dengan sisa waktu yang ada jika tidak dimaksimalkan dikhawatirkan logistik pemilu belum dapat didistribusikan sampai hari pelaksanaan pemilu. Bahkan, katanya, hingga Sabtu, logistik pemilu untuk wilayah pemilihan Ende I belum dikemas dan dipak. Jika hanya memanfaatkan tenaga yang ada, dia yakin distribusi logistik pemilu bisa terhambat. Direncanakan akan dilakukan penambahan tenaga untuk membantu mengepak logistik yang ada agar dapat secepatnya didistribusikan ke PPK.
Paling lambat, kata Umar, satu hari sebelum pelaksanaan pemilu semua logistik pemilu sudah tiba di PPK dan didistribusikan ke PPS. Menyangkut daerah-daerah yang sudah menerima logistik pemilu, sudah dikoordinasikan untuk melanjutkan distibusi. Sedangkan menyangkut penjagaan selama berada di PPK dan PPS sudah diatur untuk pengamanan logistik pemilu tersebut. Sedangkan dalam proses distribusi, setiap kendaraan yang membawa logistik pemilu dikawal oleh dua anggota polisi demi keamanan sampai ke tempat tujuan.

Dana Monitoring Sudah Cair
Sekretaris KPUD Ende, Yoseph Woge mengatakan, dana monitoring untuk PPK dan PPS dalam kaitan dengan pelaksanaan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah Kabupaten Ende yang sebelumnya belum dicairkan pemerintah sudah dicairkan. Dana tersebut, katanya telah diterima pihak KPUD Ende dan selanjutnya didistribusikan kepada PPK dan PPS. Dia sangat berterima kasih atas dicairkannya dana itu sehingga dengan pencairan dana itu segala kekhawatiran menyangkut terhambatnya proses pemilu legislatif tidak lagi terjadi.
Berakhirnya pelaksanaan masa kampanye pemilu legislatif di Kabupaten Ende tanpa melalui suatu seremoni seperti pada pelaksanaan pemilu kepala daerah dan wakil kepala daerah yang lalu. Namun memasuki masa tenang pemilu legislatif ini, partai politik dan para calon legislatif secara sukarela mulai menurunkan atribut partai dan alat peraga calon legislatif. Namun ada satu dua bendera partai dan alat peraga calon legislatif yang terpasang di beberapa ruas jalan utama di dalam Kota Ende.