25 Maret 2014

Pesona Tenun Ikat NTT Menggoda Dunia

Hiero Bokilia

DESAINER nasional Oscar Lawalata ketika menggelar fashion show dan pameran tenun ikat di Kota Kupang awal bulan Maret lalu mengakui 10 tahun lalu, ia hanya tahu bahwa di NTT hanya ada motif Sumba yang sudah sangat populer. Namun, ketika berkunjung ke Alor, barulah dia mengetahui bahwa ternyata di NTT memiliki begitu banyak motif sehingga mendorongnya untuk mulai menjajakinya. Tenun ikat NTT menurutnya begitu beragam dan indah.

Menurutnya, walau indah, namun karena kain tenun ikat NTT begitu tebal, sehingga hanya dibeli untuk koleksi. Kalaupun digunakan, hanya pada saat-saat tertentu saja, atau pada saat upacara adat. Tebalnya kain tenun ikat NTT karena bahan dan proses pewarnaan.

Memang tidak banyak yang tahu tentang tenun ikat NTT. Tenun ikat adalah tenun dari daerah NTT dan masing-masing daerahnya mempunyai ciri khas tenunan. Proses menenun adalah merupakan kegiatan memasukkan benang secaraa horisontal dengan peralatan kayu, sedemikian sehingga benar-benar tersebut melalui tangan seorang penenun, mampu berkolaborai menjadi sebuah kain yang sangat indah. Menurut referensi, menenun dalam pembuatannya tiak bisa sembarangan, dengan proses ritual (doa sakral), sehingga kain tenunan itu bukan sekadar kain biasa, melainkan kain yang mempunyai ‘jiwa’.
Kain tenun ikat warnanya sangat menarik! Semua warna ada di sana, dengan motif khas dari daerah di NTT.

Tak Sembarang Dipakai
Jaman dahulu, tenunan ini tidak bisa dipakai dengan sembarangan, seperti juga tenunan dari daerah lainnya di Indonesia. Kain-kain itu hanya bisa dipakai oleh kalangan tertentu disertai ritual. Bahkan, waktu itu bagi orang-orang yang bisa memakai tenun, juga motifnya tidak sembarangan, karena si pemakai dengan motif tertentu menunjukkan kepribadiannya berwibawa dan pastinya berkepribadian yang baik.
Tenui ikat di NTT secara keseluruhan, bermotif binatang seperti komodo.
Jika Tenunan lain dari Nusa Tenggara, khusus untuk tenun ikat dari NTT dan Tenun Bima (dari NTB), desain dan warnanya sangat menarik hati. Untuk tenun yang lainnya berlatar belakang warna tanah dan natural, dengan kombinasi desain kesenian. Tetapi untuk tenun ikat dan tenun Bima, latar belakang warna adalah warna cerah. Dikombinasi dengan paduan semua warna. Pun jika latar belakang warna hitam, maka kombinasi desainnya adalah warna warni.

Motifnya lebih sederhana cenderung klasik konteporer. Sedikit modern jika kita lihat motif garis, segitiga, lingkaran ataupun bunga beraneka warna.

Tenun ikat benar-benar maju pesat, walau tetap tidak bisa menirunya, paling tidak Tenun Buna mampu bersaing.

Jika Songket Bali membuat mata menjadi ’silau’ dengan kemewahannya, tenun ikat membuat mata cerah ceria karena warna warninya yang luar biasa.

Tetapi, tenun ikat desainnya lebih konteporer, cenderung modern, dengan warna yang sangat menarik dan cantik. Harga kain tenun NTT  sekarang memang lebih mahal dibandingkan tenun Nusa Tenggara yang lain, tetapi masih di bawah Songket Bali.

Tiga Jenis
Konsultan tenun ikat NTT Teddy Foeh mengatakan, tenun tradisional NTT terdiri atas tiga jenis yakni tenun ikat, tenun sotis, dan tenun buna. Tenun ikat melalui proses pengikatan untuk memberi motif saat benang dicelup. Tenun Ikat jelas sekali dengan ikatan-ikatan memanjang, dengan detail-detail kontemporer kotak-kotak. Ukurannya pun berlainan, tergantung dengan kemampuan penenun. Tetapi, semuanya berkisar antara 1 m x 2 meter. Warnanya sangat menarik hati, apalagi kesan etnis benar-benar membuat kecintaan akan Indonesia bertambah besar.

Tenun sotis benangnya sudah diwarnai. Motif terbentuk dari pertemuan benang yang memanjang dan melebar. Tenun jenis ini terdapat di Rote, Sabu, Sikka, dan Ende. Tenun Buna Sotis, alurnya memanjang, lebih cocok untuk selendang atau rok panjang serta untuk kain kebaya. Kombinasi dengan atasan dan kebaya Jawa, akan menambah keindahan Indonesia.

Sedangkan tenun Buna merupakan tenun tradisional NTT paling khas, rumit dan lama proses pengerjaannya. Tenunan jenis ini terdapat di TTU, TTS, sedikit di Kupang, dan Belu. Tenun Buna, motifnya besar-besar, sepeti kotak bertumpuk. Jika dibuat baju panjang seperti jas pangjang atau tas, akan sangat bagus.

Sekretaris Dekranasda NTT Bunga Annie Marlyn dalam talk show bertajuk Menenun Masa Depan NTT di Restoran Grand Mutiara, Kupang beberapa waktu lalu mengatakan, kekhasan tenun ikat NTT yang eksotik sangat beragam motif dan tampilannya. Namun, keberagaman motif itu hingga kini belum dilindungi. Di NTT baru tiga kain tenun ikat yang mendapatkan hak cipta yakni dari Sumba Timur, Ende, dan TTU. Hak cipta yang ada juga atas nama bupati dan Dekranasda, bukan atas nama para pengrajin.

Dia mengatakan, sejak awal Dekranasda terus mengawal upaya pengembangan dan pemberdayaan pengrajin tenun ikat di NTT.

Kesulitan mendapatkan hak cipta karena tidak ada yang tahu sejarah awal siapa yang pertama memproduksi motif tersebut, dan sejak kapan diproduksi.

Hak cipta, kata dia, dilakukan sebagai bentuk proteksi agar kain tenun ikat NTT tidak mudah dibajak. “Ini tantangan, karena motif NTT seperti ini ada juga di Thailand dan India,” katanya.

Karena itu, kepada para pengrajin tenun ikat diimbau untuk selalu mencantumkan nama pengrajin pada produk kain tenun ikat yang dihasilkan. Selain itu, kain tenun yang dihasilkan hasur difoto untuk dijadikan dokumentasi.

Rata-rata setiap kabupaten memiliki 100-an motif. Sehingga untuk NTT terdapat 2.000-an motif .
Upaya moderninasi kain tenun ikat NTT yang tengah dirancang Oscar Lawalata memang patut didorong. Karena, upaya itu untuk kian memperkenalkan tenun ikat NTT ke kancah dunia. Namun, upaya membuat kain tenun ikat NTT menjadi lebih halus justru menjadi kekhawatiran tersendiri dari para pengrajin tenun ikat tradisional NTT. Mereka khawatir, proses pembuatan tenun motif NTT yang dimodifikasi akan menghilangkan motif asli NTT. Karena itu, walaupun ada upaya yang dilakukan untuk membuat kain tenun asal NTT menjadi lebih tipis, namun tidak sampai menghilangkan identitas dan motif tenun ikat NTT. Semoga.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

artikel yang bagus gan <a title="toko tenun" href="http://tokotenunikat.com"