05 Juli 2010

23 Balita di Kecamatan Detusoko Menderita Gizi Buruk

* Hingga Juni Tinggal Lima Penderita

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Sebanyak 22 balita di wilayah Kecamatan Detusoko yang tersebar di 12 desa pada bulan April lalu teridentifikasi menderita gizi buruk dan gizi kurang. Dari jumlah ini, setelah dilakukan intervensi oleh Dinas Kesehatan dibantu pemerintah di tingkat kecamatan berhasil menurunkan jumlah penderita hingga tinggal tiga orang pada bulan Mei. Namun memasuki bulan Juni, jumlah penderita bertambah menjadi lima orang dan di Desa Nuaone teridentifikasi tiga penderita gizi buruk sehingga total kasus gizi buruk yang terjadi di Kecamatan Detusoko menjadi 23 kasus gizi buruk.


Hal itu dikatakan Camat Detusoko, Emanuel Laba kepada Flores Pos, Sabtu (4/6). Eman Laba mengatakan, munculnya persoalan terkait gizi buruk dan terindentifikasinya 22 penderita gizi buruk ini terungkap pada pelaksanaan rapat koordinasi di tingkat kecamatan yang dilaksanakan di Desa Niowula.


Diakuinya, untuk Kecamatan Detusiko yang memiliki 23 desa dan satu kelurahan, terdapat 13 desa yang terindikasi ada pendeirta gizi buruknya. Sedangkan 10 desa dan satu keluarahan lainnya tidak diidentifikasi adanya kasus gizi buruk.


Dikatakan, penyebab gizi buruk dan gizi kuran pada balita sedikitnya ada tiga yakni kurang pangan atau asupan makanan, sakit dan pola asuh. Melihat kondisi ril yang terjadi di Kecamatan Detusoko dan berdasarkan hasil evaluasi di tingkat kabupaten beberapa waktu lalu, lanjut Laba, Detusoko tidak mengalami rawan pangan. Karena itu, kata Laba, penyebab terjadinya gizi buruk dan gizi kurang pada balita yang ada adalah karena sakit dan pola asuh dalam pemberian makanan kepada balita.


Menyikapi persoalan gizi buruk dan gizi kurang yang terjadi itu, lanjutnya, pihak kecamatan bersama ibu-ibu PKK, aparat Puskesmas dan PLKB langsung turun ke posyandu-posyandu yang ada di wilayah Kecamatan Detusoko guna memberikan penyadaran kepada para ibu hamil dan menyusui.


“Saya juga sudah koordinasi dengan Dinas Kesehatan,” kata Laba. Dari koordinasi dengan Dinas Kesehatan itu, kata dia, sempat bertemu dengan skeretaris dinas dan dia mengakui bahwa ada dana jaminan kesehatan masyarakat untuk perawatan balita gizi buruk dan dana pemberian makanan tambahan. Mengingat ada dana jamkesmas maka bagi balita yang mengalami gizi kurang langsung ditangani di Puskesmas dan menjalani rawat inap. Sedangkan untuk dana pemberian makanan tambahan (PMT) langsung dilakukan intervensi pemberian makanan tambahan. “Tapi karena dana PMT sedikit jadi belum bisa jangkau semua penderita gizi buruk,” katanya.


Pihak kecamatan, kata Laba juga sudah melakukan berbagai upaya untuk mengurangi jumlah penderita gizi buruk. Bahkan, kata dia, dalam rapat koordinasi tingkat kecamatan, sudah disampaikan kepada semua petugas untuk bekerja sama dalam rangka penuntasan gizi kurang dan gizi buruk. “Bahkan kita sudah mencanangkan gerakan ganyang gizi buruk di Detusoko,” kata Laba. Dari pencanangan ganyang gizi buruk itu, langkah konkrit yang dilakukan adalah melibatkan seluruh petugas baik dari aparat kecamatan, puskesmas, PLKB dan ibu-ibu PKK gencar turun ke posyandu untuk memberikan pemahaman kepada para ibu hamil dan menyusui untuk memperbaiki pola asuh dan pola pemberian makanan kepada balita.


Tabel Data Gizi Buruk di Kecamatan Detusoko

No.

Desa/Kelurahan

Jumlah Penderita

Keterangan

1.

Detusoko Barat

2

Sudah sembuh

2.

Sipijena

1

Sudah sembuh

3.

Dile

2

Sudah sembuh

4.

Wolomage

3

Sudah sembuh

5.

Ranga

4

Sudah sembuh

6.

Wologai

1

Sudah sembuh

7.

Wologai Tengah

2

Sudah sembuh

8.

Wologai Timur

1

Sudah sembuh

9.

Mukureku

2

Sudah sembuh

10.

Turunalu

2

Tingga 1 Penderita

11.

Saga

1

Sudah sembuh

12.

Wolotolo

1

Belum sembuh

13.

Nuaone

3

Kasus baru


Jumlah

23

5 balita belum sembuh

Tidak ada komentar: