28 Juni 2010

Rantai Hidrolik Dermaga Ferry Nangakeo Putus

* KMP Uma Kalada Bongkar Muat di Tengah Laut

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Dua rantai hidrolik pada mobile brigde (dermaga bergerak) yang terdapat di Pelabuhan Ferri Nangakeo putus saat dilakukan bongkar muat barang dan penumpang dari KMP Uma Kalada. Kapal dari Waingapu tujuan Ende ini juga tidak bisa sandar di dermaga karena kondisi laut yang beralun yang dapat membahayakan aktifitas bongkar muat. Putusnya rantai hidrolik MB ini mengakibatkan pelabuhan tidak dapat digunakan dan ke depan akan dialihkan ke Pelabuhan Ende atau Pelabuhan Ipi.


Koordinator Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM) Pelabuhan Ferry Nangakeo, Rafael Djata kepada Flores Pos di Pelabuhan Nangakeo, Minggu (6/6) mengatakan, KMP Uma Kalada tiba di Nangakeo sekitar pukul 08.00. kapal tidak bisa sandar di pelabuhan karena menurut kapten kapal, kondisi laut beralun dan dapat membahayakan pada saat bogkar muat. Akhirnya kapal ferry hanya berlabuh di tengah laut. Aktifitas naik turun penumpang dibantu sejumlah perahu dan para penumang harus membayar Rp5000 per orang. Sedangkan bongkar muat barang berdasarkan kesepakatan harga dengan TKMB dan pemilik barang.

Pada saat dilakukan bongkar muat barang dari kapal ke dermaga, lanjut Djata, tiba-tiba dua rantai hidrolik dermaga bergerak itu putus. Sejumlah penumpang nyaris terjatuh ke dalam air. Putusnya rantai hidrolik itu sekitar pukul 09.30. “Untung tadi kapal tidak sandar. Kalau kapal sandar pintu kapal bisa pecah,” kata Djata. Nmun diakui, kendati rantai hidrolik putus namun karena dermaga tidak ambruk mengingat ada beton penahannya maka aktifitas kembali normal.


Hanya saja, kata Djata, kondisi ini sangat mengganggu aktifitas bongkar muat di pelabuhan. Apalagi, kata dia, fasilitas pelabuhan yang dibangun dengan dana lebih kurang Rp24 miliar ini fakta di lapangan tidak sebanding dengan dan ayang dikeluarkan. Sejumlah fasilitas yang ada sudah mulai rusak karena kurang diperhatikan.

Romo Domi Nong, Pr, salah seorang pengguna jasa mengaku sangat kecewa dengan adanya insiden tersebut. Menurutnya, dengan tidak sandarnya kapal ferry di dermaga maka sebagai pengguna jasa harus mengeluarkan ongkos atau biaya tambahan yang cukup besar. Untuk menurunkan 11 ekor babi dari kapal, kata Romo Domi, dia harus mengeluarkan uang sebesar Rp500 ribu. “Sebenarnya tidak perlu keluarkan biaya sebesar itu kalau kapal sandar,” kata Romo Domi.


Romo Domi berharap, persoalan seperti ini ke depan harus secepatnya dibenahi. Pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya jangan terlalu lama membiarkan kondisi ini terus terjadi. Menurutnya, kerusakan seperti itu terjadi karena kurang perhatian dari pemerintah dalam mengurus barang-barang publik. “Sebenarnya ini tidak jadi parah kalau pemeliharaan rutin dermaga benar-benar diperhatikan. Ini persoalan perhatian terhadap barang untuk publik sangat kurang.”


Victor Wahyudi, pemilik Hotel Mentari yang juga menurunkan barang dari KMP Uma Kalada mengatakan, dia sangat menyesalkan kejadian tersebut. Dengan tidak sandarnya kapal di dermaga sudah banyak menyita waktu dan biaya. Untuk menurunkan barang dari kapal dia harus mengeluarkan biaya tambahan. Biasanya dia hanya mengeluarkan Rp150 ribu namun karena kapal tidak bisa sandar dia harus mengeluarkan biaya sapai Rp350 ribu untuk ongkos perahu dan buruh.


Pemerintah diharapkan segera memperbaiki fasilitas pelabuhan untuk mendukung aktifitas bongkar muat di pelabuhan tersebut dan kapal bisa sandar kembali di dermaga.


Supervisor ASDP Cabang Ende, Ebas A Syarif mengatakan, fasilitas yang ada di pelabuhan semuanya merupakan tanggung jawab Dinas Perhubungan Provinsi NTT. Putusnya rantai hidrolik MB ini menyebabkan dermaga bergeraknya tidak bisa lagi dinaikan atau diturunkan jika tidak segera diperbaiki. Kondisi kerusakan itu terjadi karena kurang perhatian dan perawatan.


Diakui, KMP Uma Kalada pada saat itu tidak bisa sandar karena laut beralur sehingga turun naik penumpang dan bongkar muat barang terpaksa di lakukan di laut. Dengan kerusakan yang terjadi ini maka kapal tidak bisa lagi sandar. Ke depan, akan dipindahkan sandar kapal ke Pelabuhan Ipi atau Pelabuhan Ende berdasarkan kondisi laut.

Tidak ada komentar: