09 November 2013

Bahaya Politisasi Olahraga

YABES Roni Malaifani, putra Alor menjadi fenomenal dan terkenal dalam seminggu terakhir di Indonesia terutama di NTT. Gol yang diciptakannya ke gawang Filipina dalam debut perdananya di timnas U-19 Piala AFC U-19 membuat Yabes dielu-elukan ibarat selebriti.
Lolosnya Yabes masuk tim nasional U-19 di tengah lesunya kompetisi di NTT harus menjadi cambuk bagi semua pihak terkait dalam membangun olahraga terutama sepakbola NTT. Apalagi, jika prestasi yang belum seberapa yang diraih Yabes mulai dipolitisasi segelintir orang untuk mendongkrak ketenaran. itulah yang harus dihindarkan karena langkah panjang masih menanti Yabes. Apakah tenggelam di tengah euforia, ataukah terus berprestasi di timnas U-19.
Prestasi mengenakan kostum timnas dan menciptakan gol untuk seorang Yabes bolehlah dibanggakan. Namun, hendaknya kebanggaan itu tidak membuat Yabes lupa daratan. Ia harus terus giat berlatih untuk mengasah kemampuannya yang belum apa-apa itu. Prestasi masuk timnas dan mencetak gol di debut pertamanya jangan menjadi puncak prestasi bagi Yabes. Namun, ia harus tetap mengasah kemampuan mengolah bola, dan melatih ketajamannya membobol gawang lawan. Ia harus mempertahankan kepercayaan sang pelatih Indra Syafri agar tidak hanya sebagai kartu truf timnas Indonesia U-19, namun harus menjadi pilar utama di timnas U-19. Yabes tidak saja menjadi pemain pengganti, namun harus masuk line up utama dalam setiap laga.
Karena, jika terlena dengan euforia, pujian, dan banjir hadiah, maka selepas semua itu justru membuat Yabes tenggelam dan terlupakan. Belajar dari pengalaman seorang Irfan Bachdin yang setelah melejit dan tenar lalu tenggelam tak tahu rimbanya, maka jangan sampai nasib Yabes pun demikian. Apalagi, politisasi olahraga akan membuat Yabes terlena dan justru dicoret dari timnas U-19. Jangan sampai Yabes semakin tenggelam dan orang lain yang kian melejit karena numpang tenar di balik sukses Yabes. Sukses seorang Yabes membuat banyak orang menjadi pahlawan, dan untuk membayar itu semua, Yabes harus dikorbankan untuk mendongkrak nama besar dan popularitas mereka.
Bonus dan apapun namanya yang diberikan untuk Yabes bolehlah diberikan sebagai penghargaan atas prestasi yang diraih. Namun, hendaknya tidak berlebihan. Jangan sampai fokus perhatian hanya kepada Yabes seorang. Tetapi, yang paling utama adalah bagaimana menciptakan iklim olahraga yang kondusif untuk bisa melahirkan Yabes-Yabes yang lain yang mampu mengharumkan nama NTT di kancah nasional dan internasional.
Karena itu, siapapun yang berniat baik di balik suksesnya Yabes agar tidak pukul dada saat ini. Tapi, ia haruslah mampu membangun olahraga secara utuh mulai dari bawah. Ibarat seorang petani, agar hasil panennya melimpah, ia tidak mungkin mulai dengan memupuk. Tetapi ia harus memulai dengan menyiapkan lahan dan bibit yang unggul disertai perlakuan khusus selama proses tumbuh kembang tanaman baru bisa memanen hasil yang melimpah. Demikian pula sebuah prestasi, tidak dapat diraih hanya melalui pembinaan setengah-setengah, tetapi harus dibangun dari dasar yang kokoh yakni membentuk karakter diri seorang atlet lewat latihan rutin dan ditempa dalam sebuah kompetisi yang kondusif untuk melahirkan atlet handal di NTT. Semoga. (editorial HU Victory News edisi 17 Oktober 2013

Tidak ada komentar: