09 November 2013

Terperosok di Jalan Pintas

Budaya instan ini juga merambah ke dunia pendidikan. Banyak siswa yang ingin lulus ujian nasional (UN) tapi bukan dengan belajar keras, melainkan membeli lembaran jawaban dan bocoran kunci jawaban. Lebih parah lagi, orangtua kerap proaktif memfasilitasi jalan pintas ini.

SEBULAN terakhir masyarakat Flores Timur dan sekitarnya dihebohkan dengan mangkirnya manajemen Lembaga Kredit Finansial (LKF) Mitra Tiara dari kewajiban membayar bunga dan pokok simpanan para nasabah. Ribuan warga mengantre tanpa kejelasan menunggu pembayaran. Namun, manajemen LKF Mitra Tiara tak kunjung membayar hak para nasabah.

Lembaga keuangan itu menjanjikan bunga menggiurkan kepada nasabah. Setiap bulan, nasabah  berhak atas 10 persen bunga dari pokok simpanan. Jika menabung Rp 5 juta, maka setiap bulan berhak menerima bunga sebesar Rp 500 ribu. Sepuluh bulan, modal simpanan sudah kembali dan bulan ke-11 sudah menikmati keuntungan. Sungguh menggiurkan. Tanpa butuh kerja keras, bisa menerima uang demikian besar setiap bulan.

Tak heran begitu  banyak masyarakat Flores Timur, Lembata, dan Sikka  berbondong-bondong menyimpan uangnya di LKF Mitra Tiara tanpa mempertimbangkan risiko. Namun apa yang terjadi belakangan ini menjawab kekhawatiran banyak kalangan. Manajemen raib menggondol uang nasabah.

Modus penipuan gaya LKF Mitra Tiara sesungguhnya bukan pola baru. Sudah terlalu banyak kasus seperti itu terjadi di banyak daerah. Sayangnya masyarakat tidak pernah belajar, bahwa meraup keuntungan besar dengan jalan pintas seperti itu senantiasa penuh risiko. Budaya instan yang ingin segalanya diraih serba cepat telah mematikan rasionalitas masyarakat. Ujung-ujungnya, masyarakat sendiri yang harus menanggung risiko dirugikan.  

Budaya instan yang menghalalkan jalan pintas memang menjadi penyakit masyarakat hari ini.  Hampir segala lini kehidupan dijajah dengan pola hidup serba gampang ini. Ambil contoh, di dalam kehidupan rumah tangga saja budaya instan ini sudah jauh merasuk. Ibu-ibu rumah tangga yang "malas" memasak, kerap memilih membeli makanan siap saji yang rentan berbagai bahan kimia berbahaya untuk sajian harian keluarga.

Budaya instan ini juga merambah ke dunia pendidikan. Banyak siswa yang ingin lulus ujian nasional (UN) tapi bukan dengan belajar keras, melainkan  membeli lembaran jawaban dan bocoran kunci jawaban. Lebih parah lagi, orangtua kerap proaktif memfasilitasi jalan pintas ini.

Budaya instan juga sudah jauh merambah di dunia politik. Untuk mencapai tujuan politik, para politisi sudah terbiasa menempuh jalan pintas. Politik uang dan jual beli suara pun dihalalkan demi meraih kursi idaman. Dampak ikutannya, begitu duduk di tampuk kekuasaan mereka memaknai jabatan itu sebagai alat memupuk kekayaan pribadi bukan sarana pengabdian kepada masyarakat.

Kasus LKF Mitra Tiara seharusnya membuka mata kita bahwa kesuksesan sejati hanya bisa diraih melalui proses dan kerja keras. Kesuksesan yang dicapai dengan cara instan dan jalan pintas tidak akan pernah langgeng. Percayalah!

Editorial HU Victory News edisi 31 Oktober 2013

Tidak ada komentar: