06 April 2009

Terjun ke Dunia Politik, Ingin Cetak Sejarah

Oleh Hieronimus Bokilia

Hujan baru saja berlalu. Gerimis masih enggan pergi dari kota Ende. Hawa sejuk menyelimuti Kota Ende Sabtu (14/2) sore itu ketika saya bertandang ke rumah seorang pengusaha muda Ende. Dunia otomotif Kota Ende sangat mengenal sosok yang satu ini. Betapa tidak, sosok Bob Matutina adalah satu dari keluarga Matutina yang telah menghidupkan dunia otomotif dengan mengelar berbagai efen perlombaan motocross dan drag race di Kabupaten Ende. Sosok Bob Matutina juga tidak asing lagi di dunia wirausaha Kota Ende. Sebagai pebisnis, Bob Matutina sangat akrab dengan siapa saja. Namun di tengah bisnisnya yang mulai menanjak Bob Matutina mengambil langkah ekstrim untuk terjun ke dunia politik. Dunia politik bagi pria kelahiran Ende 11 februari 1970 ini adalah dunia yang sangat asing. Pengalaman politik memang diakui tidak dimilikinya sama sekali. Tapi tekadnya sudah pasti terjun ke dunia politik untuk memutus birokrasi perijinan, membantu masyarakat kecil dan tak kalah pentingnya dia ingin mencetak sejarah.
Menempati nomor urut satu dalam daftar calon anggota DPRD Ende dalam pemilu legislatif 2009 dari Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU) di daerah pemilihan Ende satu, bagi Bob Matutina merupakan satu berkat yang patut disyukuri. Betapa tidak. Dia menyadari banyak orang yang melihat selama ini dia bergerak di dunia usaha yang masih dipandang sebelah mata oleh masyarakat dan dianggap negatif. Namun sebagai seorang Kristen yang taat, dia mensyukuri atas jalan yang sudah ditunjukan oleh Tuhan Yesus kepadanya.
Dunia politik yang baru digelutinya ini memang bukan gampang. Tantangan besar sudah menghadang di depan mata. Banyak baliho yang dipasang rusak dirobek orang tak bertanggung jawab. Tempat usahanya di Pantai Bitta terbakar tanpa diketahui sebab musababnya. Tapi bagi “Gus Dur-nya” Ende ini, justru tantangan itu yang membuat dia semakin tertantang untuk mencapai tujuan akhirnya. Selangkahpun dia tidak akan mundur tetapi membuat langkahnya kian tegar mencapai tujuan menuju gedung parlemen di Jalar El Tari.
Ditemui di kediamannya di Lorong Solavide, Bob Matutina dengan santai bercerita soal hasratnya ingin membuat perubahan di segala bidang. Sebagai orang yang biasa bergelut di dunia usaha, ada hal yang dirasakan begitu mengganjal kemajuan bisnis di Ende yang digelutinya selama ini. Tegas dia katakan, proses perijinan untuk membuka usaha di Ende masih sangat sulit dan terlalu berbelit-belit. Birokrasinya masih sangat panjang. “Ini yang dorong saya terjun ke dunia politik dan berjuang menjadi anggota DPRD Ende agar bisa putusk biroksari perijinan yang menghambat kemajuan dunia usaha.” Apalagi, tegas ayah dari Kevin, Celine dan Asyer ini, mayoritas anggota DPRD Ende sekarang bukan datang dari latar belakang dunia usaha sehingga kurang memahami soal kesulitan pengusaha dalam memproses perijinan.
Mengusung visi misi “membuat perubahan di segala bidang, memberikan perhatian kepada masyarakat kecil khususnya masyarakat miskin,” Bob Matutina ingin berbuat banyak terutama bagi masyarakat miskin. Keinginannya tidak muluk-muluk. “Kalau yang di atas (Tuhan Yesus) merestui saya duduk di DPRD saya mau bantu masyarakat kecil terutasma masyarakat miskin.” Caranya? Bob Matutina tegas katakan, bila direstui duduk di DPRD Ende, separuh dari gajinya akan dimanfaatkan untuk membeli beras dan dibagikan kepada masyarakat miskin. Ini bukan lagi hal baru bagi Bob karena selama menjalani dunia bisnis dia selalu memberikan bantuan kepada masyarakat miskin secara rutin. Tapi Bob tidak mau kalau apa yang diberikan tangan kanan diketahui oleh tangan kiri. “Cukup mereka yang sudah pernah menikmati bantuan dari saya yang tahu. Tidak perlu diberitakan kapan, di mana dan kepada siapa.”
Keprihatiannya kepada masyarakat kecil yang selalu menjadi penikmat dari segala imbas kebijakan pemerintah yang tidak pro rakyat, ikut menjadi daya dorong bagi Bob Matutina terjun ke dunia politik. Selama ini, setiap ada kebijakan pemerintah menaikan harga BBM imbasnya selalu masyarakat kecil yang rasakan. Masyarakat kecil yang sudah miskin dibuat semakin miskin. Tekadnya, kalau Tuhan Yesus merestui, Bob Matutina akan berjuang untuk rakyat kecil. Usaha-usaha kecil milik rakyat akan menjadi perhatiannya seperti usaha tenun ikat yang masih berskala industri rumah tangga dan para pedagang kecil yang selalu sulit maju karena keterbatasan sumberdaya.
Terhadap keputusannya terjun ke dunia politik, suami dari Eka Purwanti ini begitu mendapatkan dukungan penuh keluarga. “Keluarga begitu mendukung niat saya setelah tahu tujuan perjuangan saya memutus birokrasi perijinan yang sangat menyulitkan para pengusaha.”
Dia sangat menyadari memasuki dunia politik yang sangat asing baginya itu mendorongnya untuk kuliah. Menurut ayah tiga anak ini, pemahaman terhadap dunia politik harus dipadukan dengan pemahaman dunia hukum sehingga dia tekun mengikuti proses perkuliahan dan sebentar lagi akan meraih gelar sarjana di bidang hukum.
Selain perjuangan memotong birokrasi perijinan dan membantu masyarakat kecil masih ada motifasi lain yang turut mendorong dia terjun ke dunia politik. “Saya tidak muluk-muluk. Saya mau masuk ke dunia politik hanya untuk mencetak sejarah. Selama ini tidak ada yang berani seperti ini,” katanya mantap. Sejarah yang mau dia cetak adalah cita-cita kuat meraih suara mutlak yang bisa mengantarnya duduk di kursi Dewan. Bagi Bob, sejarah akan mencatat jika Bob Matutina bisa meraih suara sah yang signifikan sesuai ketentuan. Bagi dia bukan 30 persen suara yang dikejar tapi suara mutlak untuk meraih satu kursi. Tekad mencetak sejarah bukan tidak mungkin bagi seorang Bob Matutina. Sudah banyak yang dibuat di Ende ini. Apalagi dengan pergaulannya yang tak kenal sekat membuat dia semakin dikenal banyak kalangan. Bagi Bob tekadnya duduk di kursi DPRD Ende sudah di depan mata. “Itu soal garis tangan. Tujuan saya tidak muluk-muluk hanya mau bantu masyarakat kecil. Kalau Tuhan Yesus merestui dan garis tangan saya harus duduk di kursi Dewan tidak ada yang bisa menghalanginya,” kata Bob matutina mengakhiri obrolan dengan Flores Pos.

Tidak ada komentar: