19 Desember 2009

Bayi Lima Bulan Meninggal Diduga Akibat Oxigen Dipindahkan

* Keluarga Korban Kecewa Atas Pelayanan RSUD Ende

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Jeronimus Mari, bocah berusia lima bulan ini diduga meninggal akibat oksigen yang sedang digunakan dibuka dan dipindahkan untuk digunakan pasien lain yang sedang dalam kondisi gawat yang juga membutuhkan penanganan. Pihak keluarga menduga, tabung oksigen yang digunakan kemudian untuk mengantikan tabung yang dibuka dan dipindahkan merupakan tabung kosong sehingga menyebabkan Mari tidak dapat tertolong dan meninggal dunia. Pihak keluarga sangat menyesalkan tindakan petugas medis di Rumah Sakit Umum Daerah Ende yang membuka dan memindahkan tabung oksigen ketika Mari sedang dalam kondisi kritis dan sangat membutuhkan penanganan.

Hal itu disampaikan Yohanes Rua, ayah Jeronimus Mari kepada Flores Pos di rumah duka, Lingkungan Paupire Bawah, Kelurahan Paupire, Kecamatan Ende Tengah, Jumad (11/12). Rua mengatakan, pada Kamis (10/12), anak mereka sakit panas dingin sehingga dia dan istrinya memutuskan untuk membawa Mari ke rumah sakit sekitar pukul 10.30. Setibanya di rumah sakit, Mari mendapatkan penanganan dari tim medis RSUD Ende. Setelah menjalani perawatan, pada malam harinya ada petugas yang datang untuk meminta memindahkan tabung oksigen yang sedang digunakan untuk digunakan pasien lain di ruangan yang lain. Permintaan itu sempat ditolak istrinya dengan alasan anak mereka sangat membutuhkan oksigen. Namun oleh petugas tersebut dikatakan tidak apa-apa dan kemudian mencabut selang infus yang digunakan korban dan memindahkan tabung oksigen ke ruangan lain.

Rua mengakui, setelah tabung oksigen dipindahkan, lebih kurang satu jam kemudian petuga kembali membawa satu tabung oksigen ke ruangan perawatan Mari. Beberapa saat kemudian, petugas meminta keluarga untuk bersiap-siap karena Mari hendak dipindahkan ke ruang instalasi care unit (ICU). Namun dalam perjalanan menuju ICU Mari meninggal dunia.

Rosa Nae, salah seorang kerabat yang ikut menjaga Mari waktu dirawat mengatakan, pada saat petugas mencabut selang oksigen dan memindahkan tabung oksigen ke ruangan lain dia ada di ruangan tersebut. Sebelum oksigen dilepas, kondisi Mari agak baik. Dia melihat tangan dan kaki kanan Mari masih bisa digerakan. “Waktu itu kami lihat infus juga tetes pelan-pelan. Waktu kami panggil bidan untuk lihat dia bilang tidak apa-apa. Sengaja distel pelan-pelan. Waktu itu selang oksigen juga dipasang.”

Diakui Nae, pada waktu itu dia sempat melihat petugas mendorong tabung oksigen masuk ke salah satu ruangan di sebelah ruang perawatan Mari. “Mungkin pasang tidak baik jadi ke ruang kami dan mau cabut. Waktu itu mama Mari sempat tanya, bagaimana dengan saya punya anak.” Namun, lanjut Nae, waktu itu petugas katakan anak ibu tidak apa-apa dan mereka langsung mencabut selang oksigen dan memindahkan tabung oksigen yang digunakan. “waktu ereka cabut kami empat orang ini protes. Taspi mereka tetap cabut. Waktuitu saya langsung pulang ke sini (rumah duka) untuk panggil bapak Mari,” kata Nae.

Nae mengatakan, sewaktu kembali ke rumah sakit, ternyata tabung yang dikembalikan ke ruangan perawatan Mari untuk digunakan adalah tabung yang sebelumnya sempat dimasukan ke ruangan sebelahnya. “Padahal kami sempat dengar ada petugas yang bilang tabung itu tidak baik.” Setelah tabung oksigen tersebut kembali dipasang oleh petugas, kepada pihak keluarga diminta untuk bersiap-siap karena Mari hendak dipindahkan ke ICU. Saat dipindahkan, korban digendong oleh ibunya dan selang oksigen juga tetap digunakan. Namun dalam perjalanan menuju ICU, Mari sudah meninggal. “Waktu itu saya lihat bisa mulai keluar. Saya bilang ke dia punya mama, lihat anak sudah tidak ada.”

Ayah korban, Yohanes Rua sangat menyesalkan tindakan petugas medis yang memindahkan tabung oksigen ke ruangan lain sementara anaknya juga sangat membutuhkan. Bahkan mereka menduga bahwa tabung oksigen yang digunakan merupakan tabung kosong yang tidak lagi digunakan di ruang sebelah dan dipindahkan ke ruangan untuk digunakan anaknya. “Kalau anak saya meninggal saya terima. Tapi saya tidak terima cara pelayanan rumah sakit seperti itu,” kata Rua.

Penyesalan yang sama juga disampaikan Ketua Ikatan Keluarga Kelitei, Waibela, Ruto dan Pali (IKE), Mateus Lalubebi. Menurut Lalubebi, soal meninggalnya mari keluarga iklas menerimanya. Hanya saja pihak keluarga sangat menyayangkan mekanisme pelayanan yang dilakukan petugas medis di RSUD Ende yang telah memindahkan tabung oksigen yang sedang digunakan korban. Kejadian seperti ini, kata Lalubebi agar tidak lagi terjadi pada orang lain di kemudian hari. “Kita keluarga terima meninggalnya anak kami ini. Tapi yang perlu diperhatikan manajemen rumah sakit agar tidak terulang kepada orang lain,” kata Lalubebi mengingatkan.

Direktur RSUD Ende, E Yayik Pawitra Gati di ruang kerjanya, Jumad kemarin mengatakan, sejauh ini persoalan tersebut belum dilaporkan sehingga dia belum tahu duduk persoalan yang sebenarnya. Namun menurutnya, karena keterbatasan fasilitas yang dimiliki rumah sakit maka dalam pelayanan pihak rumah sakit lebih memprioritaskan kepada orang yang sangat membutuhkan tindakan medik. “Kita punya prioritas. Yang gawatlah yang ditolong lebih dahulu. Kalau dia mau meninggal maka dia sangat membutuhkan,” kata dokter Yayik sambil menghubungi Kepala Unit Rawat Inap, Wayan Arnama.

Kepada Flores Pos, Wayan Arnama menjelaskan, pasien Jeronimus Mari masuk rumah sakit dengan keluhan panas dingin dan kejang. Sebelum masuk rumah sakit, kata Wayan, korban sebelumnya sempat dirawat di poliklinik dan disarankan untuk dirawat di rumah sakit. Dikatakan, korban dibawa masuk rumah sakit pada pukul 14.00 dan langsung diberikan tindakan medik. Kondisi korban juga sudah dikonsultasikan dengan dokter jaga dan dokter menginstruksikan untuk dirawat di ICU.

Wayan mengatakan, pemindahan tabung oksigen yang digunakan korban dilakukan karena kondisi korban pada waktu itu sudah agak membaik. Lagi pula, di ruangan tersebut ada tiga pasien yang dalam kondisi gawat dan membutuhkan penanganan. Karena kondisi korban sudah agak tenang maka tabung oksigen yang digunakan dipindahkan untuk menolong pasien lain yang dalam kondisi gawat. Sedangkan tabung oksigen yang dibawa untuk digunakan korban memang tabung yang lain. Namun dia membantah jika tabung yang digunakan merupakan tabung kosong. “Semua tabung yang kita bawa ke ruangan untuk dipakai dan itu jelas ada oksigennya. Tidak mungkin tabung kosong,” kata Wayan.

Dikatakan, pada saat dipindahkan dari ruang perawatan ke ruang ICU, korban juga didampingi oleh perawat. Pada saat itu, oksigen juga tetap dipasang pada korban dan oksigennya berfungsi baik. Hanya saja dalam perjalanan menuju ICU, korban dalam kondisi gawat. “kita sudah berupaya memberikan tindakan tapi tidak bisa dan korban meninggal dunia.”




Tidak ada komentar: