10 April 2011

Mochtar Wanda, Jangan Buka Kembali Luka Lama

  • Terkait Permintaan Kembalikan Warga Korban Roworeke

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Permintaan pemerintah melalui camat Ende Timur agar warga korban kerusuhan berdarah Roworeke kembali menetap di lokasi konflik dinilai pemerintah kembali membuka luka lama yang sudah mulai sembuh. Warga Roworeke dari persekutuan adat sudah sepakat menolak kembalinya warga korban karena sudaha da keputusan oleh para mosalaki pasca terjadinya konflik berdarah.

“Jangan buka kembali luka lama yang sudah sembuh. Kami tidak mau mereka kembali lagi ke lokasi sekarang,” kata Mochtar Wanda, mewakili Embu Wanda saat mendatangi kantor Redaksi Flores Pos, Senin (31/1). Wanda mengatakan, persoalan itu sudah selesai dan mereka sudah bertegur sapa dengan para korban seperti biasa. Dalam kasus ini juga sudah ada kesepakatan yang dibuat. Bahkan sudah ada penegasan kepemilikan tanah dari para mosalaki. Karena itu, dia meminta pemerintah untuk tidak lagi membuka persoalan yang akan menimbulkan persoalan baru.

Dia menjelaskan, beberapa waktu lalu, camat Ende Timur Damianus Frayalus mendekati suku Oja dan meminta agar mereka bersedia menerima kembali warga korban yang saat ini masih di tampung Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Camat Frayalur meminta agar warga yang berjumlah lebih kurang 80 orang itu bisa kembali lagi ke Roworeke.

Hal itu, kata Wanda jelas tidak disetujui oleh suku Oja dan Wanda karena dalam kesepakatan awal pasca konflik mereka dinilai telah melakukan pelecehan terhada keluarga Oja dan Wanda. Karena itu, mereka tidak diperbolehkan lagi untuk kembali dan tinggal di lokasi yang dipersoalkan dulu. Apalagi, kata dia, sudah ada penegasan dari moasalaki yang menegaskan soal kepemilikan tanah itu.

Dikatakan, jika pemerintah melalui camat terus mendesak suku Oja dan Wanda untuk menerima kembali warga korban konflik maka warga Roworeke akan turun menemui langsung bupati. Dia bahkan mengatakan, harusnya jika saat ini mereka sudah ditampung Dinas Nakertrans, dinas dan pemerintah harusnya dapat mengupayakan agar mereka dapat dikirim mengikuti program transmigrasi dan bukannya malah mengembalikan mereka di lokasi konflik dulu. “Kalau memang camat dan Pak Don simpati dengan mereka kasih saja mereka tanah untuk tinggal. Saya dengar Pak Don punya tanah banyak,” katanya.

Dia bahkan mengancam jika pemerintah terus mendesak dan kembali membuka persoalan Roworeke, suku Oja dan Wanda akan menutup terminal. Hal itu mengingat persoalan jual beli tanah lokasi terminal itu juga tidak jelas dijual oleh siapa. Karena itu dia mengharapkan agar pemerintah tidak lagi menungkit kasus itu dan meminta warga korban untuk kembali ke Roworeke.

Camat Ende Timur, Damianus Frayalus ditemui di kantor bupati Ende, mengatakan saat ini dia belum dapat menjelaskan soal itu. Saat ini, mreka sedang melakukan pendekatan-pendekatan. Dia baru mau menjelaskan jika persoalan itu sudah ada titik terang dan dilaporkan kepada bupati.

Tidak ada komentar: