26 Oktober 2009

Masyarakat Kompleks Bandara Minta Perhatian Pemerintah

* Bekas Gusuran Bandara Ancam Pemukiman Masyarakat

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Masyarakat yang berdiam di sekitar kompleks Bandara Haji Hasan Aroeboesman yang hingga kini belum pindah dari lokasi karena belum mendapatkan ganti rugi merasa khawatir. Gusuran yang pernah dibuat untuk memperpanjang landasan pacu bandara yang kini ditinggalkan begitu saja tanpa dibuat dengan tembok pengaman semakin mengancam perumahan yang ada. Bahkan akibat digerus air hujan, jalan setapak yang telah disemenisasi runtuh dan tinggal beberapa centimeter saja. Untuk itu warga meminta perhatian pemerintah untuk mengatasi persoalan yang dihadapi tersebut.

Blasius Reba, salah satu warga Dolog, Kelurahan Tetandara, Kecamatan Ende Selatan yang belum mendapatkan ganti rugi kepada Flores Pos, Sabtu (24/10) di kompleks bandara mengatakan, hingga saat ini mereka masih tetap bertahan di lokasi tersebut karena belum mendapatkan uang sebagai ganti kerugian atas tanah dan bangunan yang mereka miliki. Namun, kata dia, dengan kondisi saat ini, mereka sangat terganggu. Selain akibat debu yang timbul saat pesawat hendak take off, saat ini muncul lagi masalah baru.

Persoalan baru yang dihadapi masyarakat, kata Reba adalah bekas gusuran bandara yang tidak dibuat tembok pengaman mengakibatkan pada musim hujan terjadi banjir dan terjadi longsoran pada bekas gusuran bandara. Bahkan, akibat banjir itu telah membentuk dua alur banjir. Alur yang satunya saat ini telah merusak jalan setapak yang sebelumnya telah disemenisasi oleh warga. Jalan setapak tersebut saat ini tinggal sedikit saja. “Aji lihat ini. Kalau hujan satu kali lagi jalan ini putus,” kata Reba sambil menunjukan sisa semen jalan yang sudah tergantung karena tanah pada bagian bawahnya juga tinggal sedikit.

Menurutnya, jika tidak disikapi dalam waktu dekat ini, bila turun hujan, tidak saja jalan setapak yang putus namun akibat longsoran pada bekas gusuran itu, rumah warga juga akan menjadi rusak. Dikatakan, pemerintah hendaknya secepatnya turun ke lokasi untuk membicarakan persoalan ini dengan masyarakat. Jika pemerintah masih tetap berkeinginan melakukan perpanjangan landasan pacu bandara maka harus membicarakan ganti rugi dengan masyarakat. “Kami sudah ulang kali ketemu pemerintah. Tapi belum ada kesepakatan soal harga ganti rugi.” Dikatakan, harga ganti rugi tanah yang ditawarkan kepada pemerintah sebesar Rp250 ribu per meter. Hal itu didasari harga tanah di Ende saat ini yang mengalami kenaikan cukup tinggi. Namun dari pemerintah tetap menawarkan harga ganti rugi Rp100 ribu per meter. “Kami khawatir. Kalau terima harga pemerintah nanti tiodak bisa beli tanah lagi karena tanah sekarang harga mahal sekali.”

Namun, kata dia, jika pemerintah tetap memaksakan dengan harga Rp100 ribu per meter, mereka tetap tidak mau. Dengan demikian dia meminta jika penggusuran dihentikan pemerintah harus segera membangun tembok pengaman agar tidak terjadi lagi longsoran di bekas gusuran yang dapat membahayakan masyarakat sekitar. “Kalau sudah tidak ada dana untuk ganti rugi kami minta pemerintah buat tembok pengaman supaya tidak longsor dan rusak jalan dan rumah warga.” Dikatakan, jika pada pemeirntahan yang lalu, warga sempat diajak untuk membiacarakan masalah ganti rugi. Namun sejak pemerintahan yang baru ini warga belum diundang untuk membicarakan persoalan ganti rugi.

Ketua Dewan Pimpinan Kecamatan Partai Demokrasi Kebangsaan , Edy Goeta mengatakan, persoalan jalan setapak yang mulai rusak akibat longsoran dari bekas gusuran bandara hendaknya tidak dipandang remeh. Persoalan itu merupakan persoalan serius yang harus secepatnya disikapi oleh pemerintah. Jika tidak kerusakan jalan setapak tersebut akan semakin parah dan bukan tidak mungkin jika hujan kembali mengguyur maka jalan setapak itu akan putus. Putusnya badan jalan setapak itu juga, kata Goeta akan merusak pagar rumah milik warga yang berada di dekat jalan setapak. Dia berharap pemerintah menyikapi serius persoalan ini. Bila perlu dalam waktu dekat pemerintah turun ke lokasi untuk melihat kondisi yang dialami masyarakat.




Tidak ada komentar: