26 Oktober 2009

Mesin Kanan Rusak, Pesawat Kembali Didaratkan di Bandara Aroeboesman

* Agen, Pilot dan Pramugari Asyik Belanja di Toko

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Pesawat Riau Air yang dikelola PT Transnusa Air Services batal melakukan penerbangan dari Ende menuju Kupang. Pesawat yang sebelumnya take off dengan sempurna dari Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende dan sudah mencapai ketinggian 4000 kaki setelah terbang selama leih kurang lima menit, terpaksa harus kembali mendarat di bandara karena terjadi kebocoran pada engine sebelah kanan. Demi keselamatan bersama, pilot mengambil keputusan untuk kembali mendaratkan pesawat di Bandara Haji Hasan Aroeboesman Ende. Pesawat diperkirakan baru kembali diterbangkan pada Jumad setelah dilakukan perbaikan pada engine kanan pesawat.


Pilot Riau Air, Kapten Agus Ma’ruf kepada wartawan di Hotel Mentari, Kamis (22/10) mengatakan, pada ketinggian 4000 kaki lebih kurang perjalanan sudah ditempuh 30 km selama lebih kurang lima menit, terjadi kebocoran oli pada engine bagian kanan. Akibat kebocoran oli di engine kanan, dia sempat menghentikan laju baling-baling kanan. Dengan kondisi demikian, perjalanan tidak dapat dilanjutkan. Demi keselamatan bersama, kata Ma’ruf, dia mengambil keputusan untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Kupang dan kembali ke Ende. “Ini murni masalah teknis pada engine sebelah kanan. Tidak karena kelebihan muatan.”


Sesuai Prosedur

Secara prosedur, lanjut Ma’ruf, sudah menjalani prosedur dengan benar dengan mengambil keputusan kembali dan tidak melanjutkan perjalanan. Menurutnya, kondisi pesawat masih bagus dan laik terbang. Terhadap kerusakan itu, teknisi sedang melakukan upaya perbaikan dan diupayakan perbaikan sudah dapat selesai pada Jumad. Jika perbaikan berjalan baik, kata Ma’ruf maka Sabtu sudah dapat dilakukan penerbangan.

Agen PT Transnusa Air Service Ende, Heri Wongge kepada wartawan mengatakan, dalam penerbangan Ende-Kupang, pesawat mengangkut 48 penumpang. Semua seat yang disediakan terisi. Dikatakan, dengan tidak terbangnya pesawat ini maka bagi penumpang yang ingin memint akembali uangnya akan dikembalikan. Sedangkan bagi penumpang yang tetap ingin diberangkatkan maka akan diberangkatkan setelah pesawatnya diperbaiki. Pihaknya tidak dapat memberangkatkan penumpang saat ini karena dua pesawat yang dimiliki rusak.


Ditanya tanggung jawab perusahaan terhadap para penumpang dari Labuan Bajo, Ruteng, Ngada dan Nagekeo yang tidak jadi diberangkatkan, Wongge dengan enteng mengatakan pihaknya tidak bertanggung jawab. Hal itu karena para penumpang dianggap dari tempat asal dan tidak ada penumpang transit. “Kita bertanggung jawab terhadap mereka kecuali kalau mereka penumpang transit. Pesawat ini diberangkatkan dari Ende jadi tidak ada penumpang transit.” Dengan demikian, kata Wongge, bagi penumpang yang mau mengambil kembali uangnya pihak perusahaan akan mengembalikan. Namujn jika ada penumpang yang masih mau diberangkatkan, akan diberangkatkan setelah pesawat diperbaiki. Dengan kerusakan yang terjadi itu, kata Wongge maka tiga penerbangan Ende-Kupang semuanya dibatalkan. Para penumpang yang mau berangkat baru bisa diberangkatkan setelah pesawat diperbaiki.


Sangat Kecewa

Vincent Pata, salah satu penumpang yang batal diberangkatkan mengatakan, sangat kecewa dengan manajemen perusahaan penerbangan yang batal memberangkatkan mereka ke Kupang. Kondisi ini terjadi menurut Pata disebabkan karena sistim monopoli yang diterapkan selama ini. Kondisi itu mengakibatkan agen sesuka hati memperlakukan penumpang dan juga sesuka hati menaikan harga tiket. Dia membandingkan harga tiket Kupang-Surabaya yang hanya Rp400 ribu lebih sangat berbeda dengan harga tiket Labuan Bajo-Kupang yang hampir mencapai Rp900 ribu padahal lama penerbangan hanya 1,5 jam. Kendati kecewa, lanjut Pata, namun penumpang selalu berada pada posisi lemah karena sebagai konsumen tidak ada pilihan lain. “Sekarang transnusa satu-satunya pilihan.”

Terhadap insiden ini, pemerintah harus memanggil pihak pengelola untuk meminta pertanggungjawaban mereka secara moril. Hal itu terkait dengan pihak mana yang menanggung ongkos tambahan yang timbul akibat pembatalan ini. Untuk itu, kata dia, pemerintah harus mencarikan solusi untuk menghentikan sistim monopoli semacam ini. Sebagai anggota DPRD Provinsi dari PDI Perjuangan, kata Pata, persoalan ini akan dibicarakan di dalam sidang Dewan dan terutama akan disampaikan dalam sikap politik fraksi. Hal itu karena persoalan seperti ini bukan baru pertama kali terjadi namun sudah terjadi berulang-ulang. Apalagi sebagai representasi dari rakyat maka persoalan ini akan disuarakan di lembaga dewan.


Langgar MoU

Tidak adanya penerbangan yang melayani penumpang rite Ende-Kupang ini maka PT Trigana Air Service secara sadar telah melakukan pelanggaran terhadap memorandum of understanding (MoU) yang dibuat antara PT Trigana Air Service dengan Pemerintah Kabupaten Ende. Pada pasal 11 terkait kerusakan armada. Pada pasal ini mensyaratkan bahwa untuk mengurangi kerugian dan agar tidak menghambat para pihak dalam pelaksanaan isi perjanjian kerjasama ini, apabila terjadi kerusakan pada armada pesawat terbang sehingga mengganggu pelayanan jasa transportasi udara, pihak kedua (pt Trigana Air Services) bertanggung jawab memperbaiki atau mengganti dengan pesawat terbang lain yang dimiliki sehingga dapat terus melayani para pengguna jasa transportasi udara baik yang dari maupun yang akan ke Ende.


Terhadap mangkirnya pihak PT Trigana Air Services dalam memenuhi tuntutan pasal ii ini, Plt Sekda Ende, Bernadus Guru mengatakan sejauh ini pihaknya belum mendapatkan laporan terkait tidak adanya penerbangan dari dan ke Ende oleh PT Trigana Air Services. Namun, kata dia, jika tidak ada penerbangan maka hal itu menjadi tanggung jawab Trigana Air. Kendati rusak dan tidak beroperasi, lanjut Guru namun pemerintah harus tetap mendapatkan pembayaran bunga setiap tiga bulan dari Trigana Air.

Guru juga baru tahu bahwa pesawat yang melayani penerbangan Ende-Kupang ini bukan lagi Trigana Air melainkan pesawat Riau Air. Hal itu, kata Guru akan berpengaruh terhadap klaim jasa asuransi sekiranya terjadi kecelakaan pesawat. Menurutnya, itu disebabkan karena di dalam kontrak yang dibuat sebelumnya, pelayanan jasa dengan pesawat Trigana Air namun kemudian diganti dengan Riau Air.


Anggota DPRD Ende, Achmad Al Habsy kepada Flores Pos mengatakan, untuk mengetahui laik tidaknya pesawat Riau Air melakukan penerbangan melayani masyarakat di NTT maka setelah dilakukan perbaikan perlu ada pengecekan khusus dari tim KNKT. Karena jika tidak, dia khawatir ke depan insiden serupa akan kembali terjadi bahkan bisa sampai menimbulkan korban jiwa. Dengan kondisi pesawat yang selalu mengalami kerusakan seperti ini, seharusnya Pemerintah Kabupaten Ende yang telah menginvestasikan dana senilai Rp3 miliar perlu mengambil langkah. Menurut Al Habsy, pemerintah perlu meninjau kembali kerja sama tersebut mengingat uang yang diinvestasikan Pemkab Ende dan sejumlah pemerintah kabupaten lainnya di NTT itu tidak berdampak pada peremajaan pesawat. Hal itu nampak dari kondisi pesawat yang melayani penerbangan selama ini sering rusak karena tidak dilakukan peremajaan secara rutin.


Pantauan Flores Pos di Bandara Haji Hasan Aroeboesman, para penumpang yang tidak jadi diberangkatkan terpaksa mengambil kembali barang yang telah dimuat di pesawat. Para penu,pang nampak sangat kecewa karena tiga frekwensi penerbangan pada Kamis kemarin semuanya dibatalkan akibat terjadi kerusakan pesawat.

Pilot Agus Ma’ruf dan agen Heri Wongge saat diwawancarai di bandara enggan berkomentar. Bahkan terkesan hendak menghindar dari wawancara. Kondisi ini sempat menimbulkan ketegangan antara wartawan dengan Heri Wongge. Wongge yang sudah berada di dalam mobil bersama pilot dan pramugari ditahan para wartawan. Pintu yang hendak ditutup dipalang. Bahkan ada wartawan yang mengadang mobil dan berdiri pas di depan mobil. Wongge akhirnya meminta wartawan melakukan wawancara di Hotel Mentari. Namun saat wartawan tiba di Hotel Mentari ternyata Wongge bersama pilot dan pramugari tidak ada. Mereka malah sedang berbelanja di Hero Swalayan. Dari Hero Swalayan mereka lalu menuju pertokoan di Mbongawani dan kemudian ke Situs Bung Karno. Mereka lalu kembali berbelanja di toko busana Karunia. Wongge membantah kalau mereka menelantarkan penumpang dan mementingkan berbelanja. Menurutnya, karena harus menginap maka pilot dan pramugari harus belanja kebutuhan mereka selama berada di Ende.




Tidak ada komentar: