14 Oktober 2009

Minta Bangun Jalan, Warga Watumite Datangai Kantor DPRD Ende

* Baru Diaspal Lima Kilometer

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Masyarakat Desa Watumite dan Desa Persiapan Romarea di Kecamatan Nangapanda pada Selasa (13/10) kemari mendatangi gedung DPRD Ende. Mereka bertemu anggota DPRD Ende dan meminta agar Dewan memperhetikan aspirasi masyarakat untuk membangun jalan jalur Nangaboa-Watumite sepanjang 12 kilometer. Sejauh ini, jalur jalan ini baru dibangun sampai di km 7 dan baru diaspal sepanjang lima kilometer. Padahal di Watumite dan Desa Persiapan Romarea begitu banyak komoditi masyarakat yang karena kesulitan transportasi sulit dipasarkan.

Hal itu mengemuka dalam dialog antara warga Desa Watumite dan Desa Persiapan Romarea Kecamatan Nangapanda dengan anggota DPRD Ende di ruang sidang Gabungan Komisi, Selasa (13/10). Dialog dipimpin Ketua Sementara DPRD Ende, Marselinus YW Petu dihadiri sejumlah anggota Dewan antara lain, Philipus Kami, M Liga Anwar, Yulius Cesar Nonga, Sudrasman Nuh dan sejumlah anggota Dewan lainnya.

Kepala Desa Persiapan Romarea, Lukas Lami diawal dialog mengatakan, ruas jalan Nangaboa-Watumite sepanjang 12 kilometer sampai saat ini baru dibangun sampai di KM 7 di batas Desa Ondorea Barat. Namun dari KM 7-KM 21 belum dikerjakan. “Kondisi jalan sangat jelek walau sudah ada upaya swadaya dari masyarakat.” Padahal, kata Lami, di Watumete dan Romarea begitu banyak potensi komoditi seperti kakao dan cengkeh. Namun, komoditi masyarakat yang begitu banyak itu sulit dipasarkan karena sulitnya sarana dan prasaranan transportasi dari dan ke Watumite. “Pada musim tertentu masyarakat harus pikul komoditi ke Nangapanda.”

Dia berharap, DPRD Ende dalam pembahasan di Dewan dapat melirik dan melihat kesulitan yang dialami oleh masyarakat di Watumite dan Romarea terutama menyangkut pembangunan jalan.

Senada dengan Lukas Lami, Ketua Badan perwakilan Desa (BPD) Watumite, Fransiskus Rema pada kesempatan itu mengatakan, kondisi jalan di sana sangat sulit. Bahkan masyarakat mengatakan bahwa mereka belum merdeka dan baru merdeka tahun 1997 saat ada pekerjaan jalan oleh CV Sulinda Jaya ke daerah Watumite.

Selama ini kata Rema, pembangunan jalan berupa pengaspalan baru sepanjang lima kilometer dan tiga kilometer berupa pekerjaan teflor. Juga pernah dikerjakan berupa perkerasan jalan agregat sepanajng 10 kilometer. Ruas jalan ini lalu dipending dan baru direalisasikan lagi sepanajng satu kilometer berupa pengaspalan. Penanganan jalan sepanjang 12 kilometer itu baru sepanjang tujuh kilometer.

Persoalan jalan ini, kata Rema, sudah sering diangkat dalam setiap musyawarah perencanaan pembangunan baik di tingkat dusun maupun di tingkat desa. Hal itu dilakukan karena jalan sangat dibutuhkan oleh masyarakat namun persoalan itu tidak pernah dijawab dalam setiap tahun anggaran. “Kalau musim hujan masyarakat harus dorong oto. Jalan seperti kali mati. Hasil bumi juga sulit dipasarkan. Pikul berapa kuat. Lemon dan buah-buahan banyak yang mubasir karena tidak bisa dipasarkan.”

Marsel Petu pada kesempatan itu mengatakan, kendala yang disampaikan adalah mobilisasi hasil-hasil panen di mana kemampuan pikul hasil panen komoditi untuk dijual di pasar sudah tidak mampu lagi. Masyarakat mengharapkan dukungan Dewan untuk memperjuangkan aspirasi agar dalam pembahasan APBD 2010 ada pembangunan infrastruktur jalan ke dan dari Watumite. “Maknanya memohon dengan sangat agar aspirasi ini dapat ditindaklanjuti.”

Dikatakan, sejarah pembangunan jalan di Watumite tahu persis di mana pada tahun 1996 oleh CV Sulinda Jaya dilakukan pembukaan dan dilanjutkan pada tahun angaran 1997 dalam proyek inpres pembangunan jalan kabupaten yang didanai dari DAK. Pengerjaan juga baru sepanjang tujuh kilometer dan masih tersisa lima kilometer pada jalur jalan Nangaba-Watumite sepanjang 12 kilometer.

Dalam pembangunan jalan, kata Petu ada dua program yang harus dilaksanakan yakni pemeliharaan rutin dan pemeliharaan periodik. Untuk pemeliharaan rutin harusnya dilaksanakan setiap dua tahun namun karena kondisi kemampuan keuangan daerah yang terbatas sehingga tidak dilakukan. Kondisi ini mengakibatkan jalan menjadi rusak. Untuk pemeliharaan periodik juga jarang dilakukan dan hanya berupa pembersihan rumput di sepanjang jalan. “Jalan dikerjakan dari tahun 1999 tentu sampai sekarang jalan sudah rusak. Upaya pembangunan berkelanjutan tetap enjadi pemikiran bersama.”

Watumite, kata Petu adalah daerah tapal batas dan masyarakat tentu akan membandingkan kondisi pembangunan di kabupaten tetangga di daerah perbatasan Kabupaten Nagekeo. ada karakteristik khusus masyarakat di daerah tapal batas dan hal semacam ini harus menjadi perhatian. “Kami tidak janji tapi aspirasi diterima, dicatat dan akan diperjuangkan.” Secara pribadi dan sebagai pimpinan Dewan, kata Petu menghendaki agar di wilayah timur dari Watuneso sampai Kota Baru yang merupakan daerah perbatasan dengan Sikka dan di barat dari Watumite sampai Kamubheka harus ditata dengan baik.

Philipus Kami, anggota DPRD Ende dari Partai Demokrat mengatakan, Dewan berpikir untuk memperjuangkan pembangunan infrastruktur di wilayah Watumite yang masyarakatnya sudah datang menyampaikan aspirasi. Namu, kata Kami, kehadiran masyarakat menyampaikan aspirasi ini hendaknya tidak menurunkan semangat masyarakat untuk membangun namun hendaknya selalu mendorong masyarakat untuk terus bersemangat untuk melakukan perubahan, pertumbuhan ekonomi dan peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Pembangunan di daerah perbatasan, kata dia memang harus diperhatikan. Karena jika tidak akan terjadi ketimpangan kalau daerah tetangga justru lebih maju. Pembangunan, kata dia tidak saja dari sektor infrastruktur namun dari semua sektor pembangunan harus diperhatikan. , tidak dilakukan pemeliharaan secara

Sudrasman Nuh, anggota Dewan dari Partai Bulan Bintang mengatakan, kondisi jalan di wilayah Watumite memang sangat memprihatinkan mengingat dahulu dia sering keluar masuk di daerah tersebut. Untuk itu, kata dia, kondisi jalan di jalur Nangaba-Watumite memang harus diperhatikan namun masyarakat juga hendaknya bisa memahami kemampuan keuangan daerah. Mengingat kemampuan keuangan daerah terbatas maka pembangunan harus dilakukan secara bertahap dan berdasarkan prioritas. Menurut dia, jalur jalan Nangaba-Watumite harus menjadi prioritas pembangunan pada waktu-waktu mendatang. APBN.




Tidak ada komentar: