14 Oktober 2009

Mgr. Sensi Tahbiskan Tiga Imam di Gereja Mautapaga

* Dua Imam Projo dan OCD

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Uskup Keuskupan Agung Ende, Mgr. Vincentius Sensi Potokota bertempat di gereja Paroki St Joseph Freinademetz Mautapaga mentahbiskan tiga imam baru masing-masing Romo Agustinus Hani Wadhi, Pr, Romo Feliksianus Stevenson Nara, Pr dan Romo Anianus Markus Adam, OCD. Pentahbisan ketiga imam baru ini dilaksanakan dalam misa yang semarak dipimpin Mgr. Vincentius Sensi Potokota didampingi lebih kurang 25 imam konselebrantes.

Mgr Sensi dalam khotbahnya saat memimpin misa tahbisan tiga imam baru di gereja Mautapaga, Kamis (8/10) mengatakan, penyangkalan diri demi injil adalah kemutlakan seorang imam. Tanpa upah duniawi pun tanpa kebahagiaan. Imam yang berpikir soal upah adalah gagal. Hanya dengan kerohanian dan hidup rohani berakar dalam Tuhan seorang Imam dapat melakukan segala-galanya karena injil.

Memilih menjadi imam maka maju dengan kesadaran penuh sesuai refleksi, dengan bebas maju pada pentahbisan maka dengan bebas pula melakukan semuanya karena injil. “Yakinlah Yesus dan Tuhan akan dengan setia berjalan bersamamu ke depan dan agar anda juga setia.”

Di bagian lain khotbahnya, Mgr Sensi juga mengatakan, urgensi keterdesakan adalah mewartakan kepada segala bangsa supaya mereka karena hanya untuk kepentingan urgensi ini dipanggil dan ditempah bertahan dengan bantuan roh Kudus, berani maju untuk diurapi sebagai imam dan mengambil peran untuk mewartakan kabar gembira. Seorang imam tidak boleh tinggal diam ketika melihat situasi sosial yang terjadi di dalam umatnya. Pesan iman, kata Mgr Sensi tanpa perbuatan adalah mati, khotbah tanpa aksi belum sempurna karena itu tidak boleh egois dan egosentris.

Sementara dalam sambutannya Mgr Sensi mengatakan, tahbisan imam baru merupakan momen menegaskan mana imam yang sah dan mana imam yang gadungan. Lebih dari pada itu supaya peristiwa pentahbisan ini menjadi motifasi manusiawi bagi para imam ketika dimaklumatkan dan diumumkan secara moral merasa didukung dalam mengemban tugas ini. Pada tahun 2009 ini, kata Mgr Sensi di Flores merupakan tahun panen raya imam-imam baru. Tetapi berapapun imam baru yang ditahbiskan tidak pernah akan mencukupi kebutuhan gereja sejagad.

Beberapa waktu lalu, kata Mgr Sensi, sempat bertemu dengan uskup dari Albania yang mendesak agar karena punya banyak imam untuk bantu di Albania. Telah pula dibuat kontrak kerja dengan Swis untuk mengirimkan para imam bertugas di Swis. Flores, katanya menjadi dapur imam gereja sejagad. Kondisi ini mau menggambarkan bahwa berapapun imam yang ditahbiskan dari tahun ke tahun, kebutuhan gereja sejagad tidak akan tercukupi. Satu tahun ke depan menjadi tahun imam untuk merefleksi penguatan-penguatan tenaga-tenaga imam dan panggilan-panggilan imamat. Bagi para imam yang ditahbiskan pada tahun khusus dan meberikan semangat baru bagi para imam untuk komit pada janji-janji imamat agar setia pada apa yang dijanjikan. Gereja juga dimotifasi untuk meningkatkan pengkaderan imam secara kualitatif dan kuantitatif.

Kepada umat, Mgr Sensi berharap untuk terus mendoakan agar para imam sungguh-sungguh setia pada apa yang telah diikrarkan dan memberi diri seutuhnya tanpa menoleh lagi ke belakang. Dalam setiap diskusi dan doa, agar umat selalu mendoakan para imam. Kepada orang tua yang telah merelakan ketiga anak untuk ditahbiskan, Mgr Sensi menyampaikan terima kasih karena telah mempersembahkan yang terbaik. Namun diharapkan, penyerahan itu secara tulus tanpa mengharapkan apapun dari mereka. “Jangan pernah berhenti mendukung mereka dengan doa. Mereka dan para imam sangat membutuhkan. Berikan kami kelepasan yang utuh. Jangan menjadi rintangan bagi kehidupan kami para imam.” Menurut Mgr Sensi, banyak imam yang menjadi gagal karena ikatan keluarga yang tidak mendukung tetapi sebaliknya. “Anda sudah memberi mereka dengan rendah hati jangan pernah mengganggu dengan apapun tapi hanya dengan doa.”

Bupati Ende, Don Bosco M Wangge mengatakan, pemerintah menyambut gembira peristiwa pentahbisan dan ketiga imam yang ditahbiskan berkarya bagi umat dan masyarakat. Panggilanmenjadi imam, kata Don Wangge adalah anugerah yang diberikan pada orang-orang tertentu bukan karena lebih baik atau suci tapi agar orang-orang itu bisa melayani secara lebih khusus. Imam adalah pelayan umat Allah dan pemimpin dalam melayani umat ketiga imam juga melayani masyarakat tanpa melihat agama, suku dan ras. Kepada ketiga imam yang ditahbiskan, Wangge berharap kemanapun mereka diutus dan ditugaskan agar melaksanakan tugas pelayanan, perutusan dengan setia demi memuliakan tuhan dan kesejahteraan umat dan rakyat.

Romo Feliksianus Stevenson Nara, Pr, imam baru yang ditahbisan mewakili dua imam lainnya mengatakan, imamat adalah cinta yang tercurah yang dialami dari uluran tangan berbagai pihak. Kekuatan cinta ini membuat selalu berseru Tuhan Engkau sungguh mengenal aku. Rahmat kasih mempertegas bawa Ia menjadi keselamatanmu. Meminjam kata WS Rendra, dalam kebersamaan dengan orang lain, seorang imam adalah penjaga roh. tiaanmu.

Dikatakan, menyadari tanggung jawab dan pengorbanan orang tua, dan semua yang berjasa maka terima kasih kepada semuanya. “Doa bapak ibu mengiringi kami dalam melaksanakan tugas pelayanan agar sebagai imam baru selalu perbaharui diri kami dari hari ke hari.”

Usai upacara pentahbisan yang dipimpin Mgr Vincentius Sensi Potokota didampingi puluhan imam pendamping, acara dilanjutkan dengan ramah tamah sederhana di aula paroki Mautapaga. Hadir dalam upacara misa pentahbisan ini, bupati Ende, Don Bosco M Wangge, Bupati Mangarai Barat, Wilfridus Fidelis Pranda, Wakil Ketua DPRD Ende, Fransiskus Taso, orang tua dan keluarga besar dari ketiga imam yang ditahbis dan undangan lainnya.




Tidak ada komentar: