03 Juni 2011

Tarik Minat Wisatawan, Perlu Kemasan yang Berbeda dari Bali

· * Ketergantungan Tinggi terhadap Bali

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Wilayah NTT umumnya dan Flores khususnya memiliki potensi wisata yang tidak kalah menariknya dengan yang ada di Bali. Untuk bisa menarik semakin banyak wisatwan yang datang ke Flores maka diperlukan kemasan baru yang dibuat lebih berbeda dari kemasan pariwisata yang ditawarkan di Bali.

Patut diakui bahwa selama ini pariwisata Flores dan NTT umumnya masih memiliki ketergantungan yang sangat tinggi terhadap pariwisata Bali. Wisatawan yang berkunjung ke NTT dan Flores adalah wisatwan yang mengunjungi Bali baru menuju ke Flores dan NTT umumnya.

Hal itu dikatakan Kepala Bidang Perencanaan dan Hukum Kementerian Pariwisata da Kebudayaan, Frans Teguh kepada wartawan di Hotel Grand Wisata, Kamis (26/5). Frans Teguh mengatakan, indikator suksesnya suatu kegiatan pariwisata adalah dilihat dari banyaknya jumlah kunjungan, lama mereka menetap di suatu daerah wisata dan berapa besar uang yang mereka belanjakan. Flores berhasil atau tidak dalam pengelolaan pariwisata harus dilihat dari tiga indikator keberhasilan tersebut.

Potensi pariwisata memang diakui sangat bagus hanya untuk bisa menarik semakin banyak wisatawan yang berkunjung namun perlu dilakukan pembenahan baik dari segi kemasan pariwisata di mana seluruh aset pariwisata yang dimiliki dikemas secara lebih baik dan berbeda. Dalam pembenahan kemasan ini, perlu diperhatikan produk yang akan dijual dan kepada siapa produk pariwisata itu akan dijual. “Ini menjadi pekerjaan rumah yang perlu diperhatikan bersama seluruh staekholder pariwisata,” kata Frans Teguh.

Dalam mengemas produk pariwisata yang ada, lanjutnya, kelangkaan nilai-nilai dan tradisi yang dimiliki harus tetap dipertahankan keasliannya. Terkadang, ketika mengubah kemasan produk pariwisata yang hendak dijual dan keasliannya dirubah justru akan tidak lagi menjadi menarik dan membuat orang tidak lagi mau menikmatinya. Nilai-nilai ttradisi yang menjadi kekuatan untuk dijual harus tetap dipertahankan karena nilai-nilai tradisi asli ini menjadi kekuatan dan roh pariwisata seperti Bali yang kuat bukan karena kemasan namun karena budayanya yang tetap dipertahankan.

Dalam pengembangan pariwisata, lanjut Teguh, penyiapan sumber daya manusia juga tidak kalah penting untuk menjadi prioritas. Lembaga pendidikan khusus pariwisata perlu dibuka untuk menyiapkan sumber daya bidang pariwisata. Flores perlu siapkan SDM yang handal untuk mampu mengejar ketertinggalan. Pariwisata Flores membutuhkan pemain-pemain lokal yang dididik khusus dalam budaya Flores sehingga memahami benar dunia pariwisata Flores. Banyak orang Flores yang sekolah pariwisata di Bali dan Jogjakarta dan mereka lebih memahami pariwisata Bali dan Jogjakarta ketimbang pariwisata Flores.

Selama ini, kata Teguh, di Flores belum ada satupun diploma yang dibangun khusus untuk menyiapkan SDM pariwisata. Dengan demikian, pariwisata Flores dapat dodorong menjadi lokasi pariwisata andalan. Pemerintah pusat, lanjutnya memberikan dukungan untuk pariwisata NTT dan menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan dan Flores didorong menjadi destinasi masa depan setelah Bali dan Lombok. “pemerintah bersama Swisscontac berupaya memfasilitasi pertemuan dengan staekholder dan masyarakat untuk bangun pariwisata Flores,” kata Teguh.

Ruedi Nuetzi, Proyek Manajer Swisscontact Wisata mengatakan, wisatwan yang datang berkunjung ingin melihat program yang berbeda dari program yang ditawarkan pariwisata Bali. Wisatawan mau mencari tempat baru dan Flores menjadi salah satu pilihan alternatif para wisatawan yang memiliki potensi sangat besar menarik para wisawatan. Dalam upaya pengembangan potensi pariwisata Flores, kata Redi yang diperhatikan tidak saja pada promosi yang gencar terhadap pariwisata namun juga memperbaiki serfis kepada para wisatawan.

Swisscontact bekerjasama dengan pemeritnah daerah berupaya mengemabngkan potensi pariwisata yang dimiliki baik yang sudah tekenal maupun yang ada namun belum dikenal luas kalangan wisatawan. Selain itu juga mendorong petani di desa-desa untuk menyiapkan produksi pertanian yang dapat menjadi suplayer bagi kebutuhan pariwisata.

Kornelis Soi anggota DPRD Provinsi NTT mengatakan, kegagalan dalam pengembangan pariwisata Flores dan NTT umumnya disebabkan karena SDM. SDm menjadi kerihatinan terutama SDM di kalangan PNS. Mereka yang dipercayakan mengikuti bimbingan teknis penanganan pariwisata namun setelah kembali tidak algi ditempatkan di Dinas Pariwisata namun ditempatkan di dinas lain yang tidak ada keterkaitan kerja dengan pariwisata. Aspek politis masih dominan dalam penempatan pegawai. Perlu diperhatikan bahwa yang mengurus pariwisata adalah orang yang mengerti pariwisata dan diingatkan untuk jangan melihat dari sisi politik.

Terkait SDM, kata Soi, di Flores, Lembata dan Alor tidak ada satupun diploma pariwisata. Yang ada hanya SMK pariwisata sebanyak enam. Karena itu, hanya mampu melahirkan SDM pariwisata dengan kemampuan seadanya. Kondisi ril yang terjadi, pekerja pariwisata penampilannya tidak menarik dan sekolahnya pas-pasan. Ada juga yang kuliah di Bali dan mereka hanya mengerti budaya dan pariwisata di tempat belajar.

Selain itu, kurang majunya pariwisata karena infrastruktur penunjang yang tidak mendukung. Kendatipun anggaran terbatas namun harus ada komitmen untuk membangun pariwisata. Transportasi udara perlu dibenahi dan ini perlu bantuan pemerintah pusat. Dilarangnya pengoperasian Merpati MA-60 ke sejumlah daerah di Flores ikut membuat lesunya pariwisata Flores. Ini juga harus duiperjuangkan agar pemerintah pusat dapat memperhatikan hal ini. Kondisi ini diperparah lagi dengan kurangnya promosi dan lembaga-lembaga pengelola pariwisata di Flores. “Jadi untuk bisa benahi pariwisata Flores harus diperhatikan SDM, infrastruktur, objek pariwisata dan promosi,” kata Kornelis Soi.

Sekda Ende, Yoseph Ansar Rera mengatakan, pariwisata di Flores selama ini diurus masing-masing kabupaten. Belum ada kerjasama lintas kabupaten dalam mengurus pariwisata. Dulu, kata dia pernah dibangun kerjasama dimaksud namun kemudian tidak berjalan dan hanya Sikka yang tetap berjalan. Ke depan, perlu dibangun pemahaman bersama agar Flores menjadi satu kawasan pariwisata. Manajemen pariwisata harus diperkuat agar Flore sbisa menjadi satu destinasi pariwisata.

Tidak ada komentar: