10 Juni 2014

Tak Dimanfaatkan, Jadikan Rusunawa Lokalisasi KD

Hiero Bokilia

RUMAH susun sederhana sewa (Rusunawa) Oeba, Kelurahan Fatubesi yang hingga kini tak kunjung ditempati mendapat sorotan dari warga sekitar. Warga bahkan secara ekstrem meminta pemerintah menjadikan Rusunawa sebagai lokalisasi karang dempel (KD) jika tidak juga dimanfaatkan. Dengan menjadikan Rusunawa lokalisasi KD tidak saja dapat menambah pendapatan asli daerah (PAD), juga dapat dijaga dan dirawat dengan baik.

Demikian dikatakan warga Kelurahan Fatubesi Jarot kepada VN, Selasa (13/5). Menurutnya, dengan ditempati, setidaknya mereka dapat menjaga dan merawat gedung tersebut yang sudah mulai rusak setelah dibangun dan tak kunjung ditempati.

Ia mengatakan, Rusunawa yang dibangun jika tetap dimanfaatkan untuk pasar, juga lebih bermanfaat daripada dibangun Rusunawa dan akirnya dibiarkan telantar selama tiga tahun. "Kalau untuk pasar lebih baik, karena pedadagang bisa kasih kontribusi untuk pemerintah. Ini bangun sudah tiga tahun tidak juga dimanfaatkan. Lebih baik kasih orang pake untuk bangun KD saja," katanya.

Ketua RT 3/RW 1, Kelurahan Fatubesi Jhoni Olivai mengatakan, pembangunan Rusunawa sebenarnya sangat bagus untuk membantu masyarakat. Hanya saja disayangkan, setelah dibangun malah tidak dimanfaatkan. Waktu tiga tahun tanpa penghuni telah membuat Rusunawa tidak terawat. Padahal, kalau ditempati oleh warga, mereka bisa membantu merawat dan ada pemasukan untuk pemerintah.

Karena itu, dia meminta kepada pemerintah untuk secepatnya membagikan kepada warga yang sudah didata untuk ditempati.

Kepala Dinas Perumahan dan Tata Kota Benyamin Hendrik Ndapamerang mengatakan, sesuai ketentuan, pihaknya tengah mempersiapkan data untuk serahterima dari Dirjen Cipta Karya kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang sebagai pengelola. Karena Rusunawa dibangun di atas tanah Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTT dan salah satu syaratnya harus mengirimkan data sertifikat tanah, maka Pemkot berupaya memintanya kepada Pemprov.

Sambil menunggu sertifikat tanah dari Pemprov, Dinas Perumahan dan Tata Kota melakukan pembenahan, di antaranya membentuk Badan Pengelola Rusunawa. Sudah ada SK Wali Kota yang menunjuk Lurah Fatubesi sebagai Kepala Badan Pengelola Rusunawa Oeba. Selain pembentukan Badan Pengelola Rusunawa, telah pula didata warga yang akan menempati Rusunawa dan melengkapi sejumlah fasilitas yang kurang seperti penggantian pompa air dan memperbaiki pintu yang rusak. "Kalau tidak ada halangan, minggu depan sudah bisa ditempati untuk menjawab perintah Pak Wali Kota," kata Ndapamerang.

Ia mengatakan, karena Pemkot belum berpengalaman mengurus Rusunawa, maka sambil jalan akan dibenahi segala hal yang masih kurang. Apalagi, pengelolaan Rusunawa bukan untuk mencari keuntungan tetapi untuk membantu warga yang kurang mampu. Sewa yang dipungut dari para penghuni akan dimanfaatkan untuk membiayai klining service, pengamanan, biaya operasional, dan pemeliharaan gedung.

Kepala Badan Pengelola Rusunawa Oeba yang juga Lurah Fatubesi I Wayan G Astawa mengatakan, sebagai pihak yang dipercaya mengelola Rusunawa, bersama staf ia telah menggelar rapat persiapan untuk melakukan pengundian 20 warga yang akan menempati lantai dua, dan rencana launching.

Pada Jumat minggu depan, katanya, akan dilakukan pengundian 20 warga yang menempati lantai dua. Setelah pengundian, baru dijadwalkan waktu untuk dilaunching oleh Wali Kota. "Mudah-mudahan minggu depan sudah bisa ditempati," katanya.

Untuk penyewaan kamar, katanya telah ditetapkan tarif Rp 140 ribu per bulan. Sedangkan sewa los dilantai satu untuk kios ditetapka Rp 2 juta per tahun. "Ini tahap pertama jadi tentu ada yang puas dan ada yang tidak. Tapi kita akan tetap jalan sambil evaluasi kekurangan untuk benahi dan tempatkan warga di lantai yang lainnya," katanya.

Pantauan VN di Rusunawa, Selasa kemarin, dilantai satu tampak begitu jorok. Sampah berserakan tidak saja di halaman depan Rusunawa, tetapi juga di lantai satu. Bahkan ada pedagang tomat yang membiarkan tomat busuk berserakan di lantai Rusunawa dan menebarkan bau busuk. Sementara di lantai dua, terdapat dua daun pintu yang rusak. Sedangkan di lantai tiga, terdapat satu daun pintu yang rusak. Debu memenuhi seluruh kaca jendela. Tembok gedung juga mulai retak dan catnya pun mulai mengelupas. Jika dibiarkan semakin lama tanpa penghuni, kerusakan di gedung itu akan semakin parah.

Tidak ada komentar: