02 Agustus 2009

Junjung Tinggi Sportifitas


Oleh Hieronimus Bokilia

Memasuki daerah Solorowa Kecamatan Golewa yang merupakan daerah perbatasan antara Kabupaten Ngada dan Kabupaten Nagekeo, hawa sejuk mulai terasa. Dingin kian terasa saat memasuki Mataloko dan perjalanan terus menyusuri jalan negara menuju Watujaji tempat semua kontingen El Tari Memorial Cup XXV 2009 Bajawa Kabupaten Ngada dijemput oleh panitia penyelenggara. Sabtu (18/7) saat pertama saya menginjakkan kaki di Watujaji bersama romgongan tim Perse Ende, hawa dingin terasa menusuk sampai ke tulang sumsum. Hawa dingin semakin terasa saat arak-arakan rombongan kontingen ETMC dari Kabupaten Ende yang merupakan tim paling terakhir tiba di Kota Bajawa dan tanpa penjemputan dari panitia tuan rumah ETMC Bajawa. Namun rombongan Perse Ende sedikit terhibur berkat kehadiran Ikatan Pemuda Asal Ende di Bajawa yang datang menjemput. Dengan spanduk bertuliskan Ikatan Pemuda Ende Bajawa mendukung Perse Ende, Ende Lio Sare Pawe, mereka menyambut kehadiran tim kebanggaan masyarakat Kabupaten Ende dan berpawai keliling Kota Bajawa.

Saat berpawai, di pintu masuk Kota Bajawa, ada sebuah spanduk berwarna orange yang merupakan warna kostum kebesaran PSN Ngada terpampang dengan tulisan yang tidak kalah menariknya. “Persaudaraan Sejati Lebih Berharga dari Sebuah Piala.” Membaca tulisan itu saya sedikit mengernyitkan dahi. Berupaya menyelami makna dari tulisan spanduk tersebut. Saya lalu kembali mengingat tujuan dari penyelenggaraan ETMC yakni untuk membina persaudaraan, persahabatan dan kekelurgaan diantara semua kabupaten peserta turnamen juga untuk mengenang almarhum mendiang El Tari.

Tulisan itu semakin bermakna, ketika pada acara welcome party di Aula Jhon-Thom, Sabtu (18/7) malam itu suasana keakraban dan persaudaraan begitu nampak. Tampilnya master of seremony (MC) yang selalu memberikan komentar-komentar miring setiap pimpinan kontingen menyampaikan kata-kata penyambutan dan menerima selendang dari panitia penyelenggara namun kata-kata yang kalau didengar dengan emosi akan membuat telinga merah itu justru semakin menghangatkan suasana malam penyambutan di tengah dinginnya Kota Bajawa yang begitu menusuk.

Tampilnya Bupati Ngada Piet Jos Nuwa Wea kembali mengangkat dan mengingatkan persaudaran sejati yang dipampang di pintu masuk Kota Bajawa. Di awal sapaannya, dia mengucapkan selamat datang kepada seluruh kontingen dari 17 kabupaten yang hadir di Kota Bajawa. Di awal sapaannya, Bupati Nuwa Wea sempat menyampaikan apresiasinya atas suasana keakraban dan kekeluragaan yang begitu tinggi pada malam penyambutan itu. Pada malam keakraban itu, Bupati Nuwa Wea juga kembali mengingatkan semua yang hadir soal pesa-pesan mendiang El Tari. Sebagai mantan ajudan yang begitu dekat dengan El Tari Bupati mencoba kilas balik pemikiran-pemikiran El Tari.

Penyelenggaraan ETMC, kata Bupati Ngada kala itu, dilaksanakan sepeninggal mendiang El Tari. Pelaksanaanya bukan sekedar puncak olahraga bergengsi dan tertinggi di NTT. Namun lebih dari itu, penyelenggaraan ETMC dengan sengaja dilaksanakan dan dicanangkan untuk pererat persatuan, kesatuan, kebersamaan dan kekeluargaan sesame warga Flobamor. Mendiang El Tari kala itu menyebut NTT sebagai Flobamor yang kemudian ditambah a menjadi Flobamora untuk mengakomodir Alor yang katanya belum masuk di dalamnya. Padahal makna kata dari Flobamor itu sendiri artinya bunga cinta. Itu berarti bahwa NTT adalah bunga cinta, cinta ke dalam, cinta kepada sesama sehingga di sana tidak ada Sabu, Sumba, Rote, Timor, Alor dan Flores tetapi dia adalah bunga cinta.

Kembali kepada penyelenggaraan turnamen ETMC, bukan sekedar kompetisi bermain bola. Bukan sekedar puncak sepakbola tertingi di NTT. Tetapi lebih dari pada itu, even ini adalah even memupuk bunga cinta, even mempersatukan, mempererat dan memperkokoh persahabatan, persaudaraan dan kekeluargaan, persatuan dan kesatuan sesama warga NTT. Trofi piala ETMC bukan sekedar piala yang diperebutkan di dalam turnamen ETMC tetapi yang diperebutkan adalah piala persatuan, persaudaraan, kebersamaan dan piala kekeluargaan. Maka dari situ, makna spanduk yang terpampang di pintu masuk Kota Bajawa “Persaudaraan Sejati Lebih Berharga dari Sebuah Piala” akan lebih bermakna. Itu artinya hasrat dan nafsu untuk membawa pulang piala harus diimbangi dengan hassrat dan nafsu membangun dan menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan sejati. Segala intrik dan trik serta taktik bermain bola boleh saja dilakukan di dalam lapangan tetapi di luar lapangan kita tetap bersaudara. Itu artinya siapapun yang berpartisipasi di ajang kjejuaraan turnamen EL Tari Memorial Cup XXV tahun 2009 Bajawa dia harus membawa pulang piala persatuan, kesatuan dan kebersamaan. Karena piala tidaklah lebih berharga dari sebuah persaudaraan sejati.

Sportifitas itu juga begitu nampak dalam setiap pertandingan. Kalah menang, setiap tim saling menyalami demikian pula para pelatih dengan sportifitas yang tinggi mengakui keunggulan dari tim lawan. Paling nampak ketika PSN Ngada ditaklukan Persim Manggarai di babak perdelapan final. Saya sempat membayangkan akan ada kerusuhan tatkala PSN Ngada kalah di hadapan suporter tuan rumah. Ternyata ketakutan saya itu sangat berlebihan. Ketika pertandingan usai dan Persim merayakan kemenangannya, suporter tuan rumah pun dengan tertib meninggalkan lapangan. Kekecewaan memang nampak di wajah mereka yang tidak percaya tim kebanggaan Kabupaten Ngda ini harus menyerah satu gol di babak perdelapan final. Namun kekalahan itu diterima dengan lapang dada walau sepanjang sore hingga keesokan harinya bahkan selama pertandingan di ajang turnamen ETMC, pergunjinga seputar kekalahan PSN Ngada masih terus dibicarakan. Di sini tuan rumah benar-benar menunjukan kepada seluruh kontingen bahwa kalah menang bagi Ngada adalah biasa. Persaudaraan sejati jauh lebih berharga dari sekedar sebuah piala. Bravo ETMC.



Tidak ada komentar: