03 Juli 2011

Biro Pembedayaan Perempuan Dorong Kabupaten/Kota Bentuk Badan Sendiri

· * Perempuan Pendukung Ekonomi

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Biro Pemberdayaan Perempuan SetdaProvinsi NTT dalam rapat kerjanya di Hotel Grand Wisata mendorong kabupaten/kota d NTT untuk mebentuk Badan Pemberdayaan Perempuan yang tidak terintegral dengan unit kerja yang lain. Hal itu karena dari 21 kabupaten/kota yang ada, 14 kabupaten sudah memiliki Badan Pemberdayaan Perempuan (PP) namun masih tergabung dengan urusan Keluarga Berencana.

Hal itu dikatakan Kepala Biro Pemberdayaan Perempuan Setda Provinsi NTT, Yovita Anike Mitak di sela-sela rapat kerja di Hotel Grand Wisata, Senin (27/6). Rapat kerja ini dihadiri Badan Pemberdayaan Perempuan kabupaten/kota seluruh NTT dan LSM pemerhati perempuan dan anak bidang pendidikan dan ekonomi.

Dokter Anike Mitak mitak mengatakan, dari kegiatan rapat kerja ini diharapkan natinya mampu menghasilkan rekomendasi yang difokuskan terutama pada dua hal yakni soal kelembagaan dan sol keuangan.

Bicara soal kelembagaan, kata Anike Mitak, Badan Pemberdayaan Perempuan yang diharapkan ada di semua kabupaten/kota tidak difungsikan lagi dengan fungsi lain seperti dengan Keluarga Berencana tetapi dibentuk badan khusus Pemberdayaan Perempua. “Di NTT baru 14 kabupaten/kota yang membentuknya namun masih dirumpunkan dengan Keluarga Berencana,” katanya. Karena itu diharapkan, nantinya dengan rekomendasi itu Badan Pemberdayaan Perempuan di setiap kabupaten yang dibentuk dapat dibentuk sendiri tanpa terintegrasi denga fungsi-fungsi yang lain. Sedangkan yang sudah dibentuk namun masih bersama fungsi lain agar dapat direviu sehingga berdiri sendiri.

Terkait soal keuangan, Anike Mitak katakana, diharapkan agar dana dekon dan DAK dapat dialokasikan untuk pembeberdayaan perempuan dann pemberdayaan anak. Menurut rencana tahun 2012 nanti aka diilakukan ujicoba di lakukan ujicoba di 10 provinsi di Indonesia.

Deputi Pengarusutamaan Gender Bidang Ekonomi, Hertomo Heroe mengatakan, melihat perkembangan pemberdayaa perempuan di Indonesia sudah berjalan sangat baik. Secara kelembagaan Pemberdayaan Perempuan sudah terbentuk dari tingkat nasional, provinsi hingga di tingkat kabupaten. Pemerintah, katanya senantiasa mendorong sector anggaran yang berperpektif gender dan peduli anak di setiap SKPD. Sudah ada 24 provinsi yang anggarannya responsive gender di seluruh SKPD.

Sisi kelembagaan ini juga sudah mulai ada di masyarakat. Banyak LSM dan organisasi yang berbasis perempuan dan memberikan perhatian khusus kepada perempuan. “Jadi dari segi organisasi sudah cukup baik,” kata Heroe.

Dari segi peran, kata Heroe, perempuan memiliki peran yang sangat kuat dalam membantu ekonomi rumah tangga. Banyak usaha industry rumah tangga yang digerakan oleh perempuan. Dan, sekrot industry rumah tangga inilah yang bertahan ketika tahun 1998 Indonesia dilanda krisis. “Peran perempuan dalam sector ekonomi sangat luar biasa,” katanya.

Dikatakan bicara soal peran perempuan di bidang ekonomi tidak terlepas dari industri rumahan (Cottage Industry) yang merupakan suatu sistem produksi, yang berarti ada produk yang dihasilkan melalui proses nilai tambah dari bahan baku tertentu, yang dilakukan di tempat rumah perorangan dan bukan di suatu pabrik. Proses produksi tersebut memanfaatkan peralatan dan sarana produksi lainnya yang dimiliki oleh perorangan/kelompok usaha bersama/koperasi. Umumnya produk dari industry rumahan adalah buatan tangan (hand made) dan atau bersifat unik pada cara-cara yang berbeda nyata, yang sering dikaitkan dengan kearifan lokal (local wisdom) dan teknologi tepat sasaran.

Ekonomi Keluarga (Home Economics) sering juga disebut sebagai ilmu keluarga dan konsumen (Family and Consumer Sciences) dan atau ilmu kesejahteraan keluarga. Istilah ekonomi Keluarga merupakan kategori suatu bidang keahlian (profesi), juga termasuk bidang ilmu (field of study) yang terkait dengan ekonomi dan manajemen Keluarga serta masyarakat.

Bicara ekonomi rumah tangga (Household Economy), adalah suatu sistem ekonomi yang unik karena basisnya pada kerumahtanggan dimana isu gender menjadi mengemuka. Istilah tersebut setaraf dengan sistem ekonomi lainnya seperti ekonomi industri, ekonomi kewilayahan (Regional Economics), ekonomi kelembagaan (Institutional Economics) dan ekonomi lingkungan (Environmental Economics)

Ekonomi Rumah Tangga mempunyai ciri yang khas yaitu karakter demografi dari rumah tangga, hubungan internal dalam rumah tangga khususnya dalam pendapatan, tabungan dan pembelanjaan dan diferensiasi gender dan umur yang mempengaruhi keputusan dalam rumah tangga.

Isu gender dalam usaha mikro, memiliki beberapa aspek penting seperti bertahan pada gejolak ekonomi, pelaku usaha 50 persen adalah perempuan, 70 persen tenaga yang terlibat adalah perempuan, mempunyai dampak ganda, pada gizi, pendidikan anak, kesejahteraan keluarga dan masih ada label gender, penghasilan bukan “hasil kerja”.

Peluang idustri rumahan mengatasi pengangguran, industri rumahan (IR) berpotensi besar karena sebagai suatu sistem produksi yang menghasilkan produk melalui proses nilai tambah dari bahan baku tertentu, yang dikerjakan di lokasi rumah dan bukan di pabrik. Industri Rumahan memanfaatkan peralatan dan sarana produksi yang dimiliki oleh perorangan/ kelompok usaha bersama atau koperasi

Peran industry rumahan, Meningkatkan pendapatan keluarga melalui kegiatan produktif yang dikerjakan di rumah oleh kaum perempuan, dengan tidak mengurangi hak dan kewajiban keluarga. Mencegah secara dini dampak kemiskinan seperti gizi buruk, women trafficking, child labor, urbanisasi dan buruh migran.

Kebijakan atau program yang responsif gender disusun berdasarkan hasil analisis gender berfokus kepada aspek yang memperlihatkan kondisi kesenjangan dan kepada upaya mengangkat isu ketertinggalan dari salah satu jenis kelamin. Jika diperlukan dilakukan suatu affirmative actions

Tidak ada komentar: