* PMKRI Sebagai Komponen Mengawal Perubahan
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Masa bimbingan PMKRI Cabang Ende periode tahun 2009/2010 diharapkan bisa melhairkan kader PMKRI yang berintelektual populis. Harapan itu juga menjadi tema sentral pelaksanaan masa bimbingan bagi kader-kader PMKRI Cabang Ende.
Alumni PMKRI, Emanuel Laba dalam sambutan saat membuka Masa Bimbingan di aula LLK, Jumad (8/5) mengatakan, proses masa bimbingan (mabim) kali ini ada sedikit perbedaan dari tahun-tahun sebelumnya. Mabim kali ini adalah mabim yang bertepatan dengan titik awal proses perjuangan. PMKRI harus mengawal proses perubahan dengan menyuarakan suara kenabian. Apalagi, katanya, mabim ini bertujuan untuk melahirkan kader PMKRI yang berintelektual populis.
Dimensi Perubahan
Setiap elemen masyarakat, kata Eman Laba, tetap ada dalam dimensi perubahan dan langkah itu terus didukung oleh PMKRI. Tetapi, katanya, jika ada yang keluar dari komitmen perubahan maka PMKRI tidak takut-takut untuk menyuarakannya. Kalau dalam proses pembangunan pengawasan tidak jalan agar PMKRI secara berani harus mengatakan terjadi penyimpangan. “Kalau ada kancing yang terlepas katakan hei kancing terlepas. Kalau ada baju ketiak robek katakan hei ketiak robek. Tapi PMKRI tidak untuk menjahit kanicng dan ketiak robek.” Namun sekali-sekali PMKRI juga dapat melakukan aksi nyata seperti kerja bakti, koor di gereja dan kegiatan kemasyarakatan lainnya.
Terhadap kepemimpinan Bupati Don Wangge dan Wakil Bupati Achmad Mochdar, Eman Laba meminta kepada PMKRI untuk terus mengawal dan dorong untuk bisa jalan sesuai dengan visi dan misi yang diemban. Jika dalam perjalanan ada pejabat tertentu yang menggerogoti jalannya pemerintahan, PMKRI tidak segan-segan untuk turun dan katakan agar birokrat demikian dapat diingatkan agar tidak menggerogoti pemerintahan yang ada. Sebagai kelompok moral voice, katanya PMKRI hendaknya selalu mengingatkan pesan Jenderal Soedirman untuk tidak lengah.
Kader Tangan Tuhan
Sementara kepada kader PMKRI peserta mabim, Eman Laba katakan, masuk sebagai anggota PMKRI tidak lain untuk bisa menjadi kader tangan-tangan Tuhan untuk menyuarakan hal-hal yang tidak benar. Upaya PMKRI melawan hal-hal yang tidak berpihak untuk rakyat hendaknya tidak dilihat sebagai lawan namun sebagai komponen mengawal perubahan. Eman diakhir sambutannya menyitir pesan Jenderal Soedirman menegaskan, “Anakku jangan lengah. Karena kelengahan itu menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan kekalahan, kekalahan menyebabkan penjajahan, penjajahan menyebabkan penderiaan.
Ketua Presidium PMKRI Cabang Ende, Levi Padalulu dalam pidatonya menegaskan, kondisi bangsa saat ini sangat memprihatinkan. Berbagai persoalan terus datang. Bersamaan dengan itu, digerogoti segudang kegelisahan yang mengarahkan pada pilihan hidup tidak pasti. Pemerintah terus berganti dalam setiap dekade namun tak ada yang mampu menghantarkan bangsa keluar dari sekelumit persoalan. Sebagai generasi penerus, harus merapatkan barisan membangun kekuatan melawan ketidakadilan dan kebobrokan para elit petinggi bangsa dan di daerah ini. “Siapapun dia yang menurut kita atas sikap dan perbuatannya merugikan banyak orang apalagi meningkatkan penderitaan rakyat klecil dan tertindas tidak ada kata lain selain kita harus lawan.”
Proses Pendidikan dan Kaderisasi
Terkait mabim PMKRI, kata Padalulu, PMKRI sebagai organisasi yang didalamnya tergabung para mahasiswa, anggotanya mendapatkan banyak pengetahuan baik ilmu, sikap, mental yang semuanya didapat melalui proses pendidikan dan kaderisasi yang berlaku di organisasi. PMKRI sebagai organisasi pembinaan dan perjuangan di mana melakukan pendidikan dan kaderisasi bagi semua warga perhimpunan melalui berbagai materi yang berkaitan dengan kemahasiswaan, kekatolikan dan keorganisasian. Gan, PMKRI menuntut semua warga perhimpunan memperjuangkan kepentingan orang banyak terutama masyarakat kecil dan tertindas dengan bermodalkan ilmu dan pengetahuan yang telah diberikan oleh perhimpunan.
Kegiatan mabim dilaksanakan selama tiga hari dari Jumad-Minggu (8-10/5). Menurut Ketua Panitia, Fransiska Meodara, kegiatan ini merupakan bagian dari pendidikan formal berjenjang sebagai kelanjutan dari masa penerimaan anggota baru. Melalui kegiatanini, kata Fransiska, peserta yang telah mengikuti MPAB kembali diseleksi untuk kemudian dinyatakan sah sebagai anggota perhimpunan. Fransiska mengatakan, sasaran mabim sebenarnya ditujukan kepada peserta yang pernah mengikuti MPAB yakni sebanyak 109. namun yang hadir dalam kegiatan Mabim hanya sebanyak 94 peserta.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar