19 Desember 2010

Peternak Maukaro Keluhkan Lesunya Pemasaran

  • Akibat Pemberitasan Menyangkut Penyakit ‘se’

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Sejumlah peternak di Kecamatan Maukaro mengeluhkan lesunya pemasaran ternak yang mereka miliki. Kondisi itu disebabkan karena adanya pemberitaan yang mencuat beberapa waktu lalu terkait dengan penyakit septicemia epizootica (se) yang menyerang ternak milik para peternak.

Hal itu disampaikan Camat maukaro, Johanis Nislaka kepada Flores Pos, Jumad (10/12). Nislaka mengatakan, pekan lalu saat dia menghadiri seremoni adat Po’o di Mosalaki Libu Dalo Desa Magekapa Kecamatan Maukaro, sejumlah warga diantaranya Mosalaki Libu Dalo, Yakobus Kako selaku Mosalaki Riabewa dan Lambertus Jogo selaku Mosalaki Ria mengeluhkan lesunya pembelian ternak akhir-akhir ini. Keluhan yang sama, lajut Nislaka juga disampaikan salah seorang peternak asal Desa Magekapa, Yanuarius Sara yang juga Sekretaris Desa Magekapa yang saat ini memelihara 10 ekor sapi jantan.

Biasanya, kata Nislaka, ternak milik warga selalu dibeli pembeli yang datang dari Jeneponto Sulawesi Selatan. Namun sejak maraknya pemberitaan emnyangkut penyakit se yang menyerang ternak, para pembeli dari Jeneponto tidak lagi datang membeli ternak. Akibatnya, banyak ternak yang dipiara tidak dapat terjual.

Padahal, lanjut Nislaka, biasanya pada bulan Oktober sampai Desember tahun-tahun sebelumnya, pembeli dari Jeneponto selalu datng membeli. Harga jual rata-rata berkisar antara Rp9 juta hingga Rp13 Juta. Masyarakat mengakui, menjual kepada pembeli dari Jeneponto dirasakan lebih menguntungkan ketimbang kepada pembeli lokal. Pembeli dari Jeneponto berani membeli dengan harga demikian, sedangkan pedagang lokal biasanya hanya sanggup membeli dengan harga Rp6-7,5 juta per ekor. Apalagi, pedagang Jeneponto biasanya membeli secara kontan tidak seperti pedagang lokal yang biasanya membeli dengan cara mengutang.

Nislaka mengharapkan, pemerintah melalui dinas teknis terkait perlu menjelaskan kepada masyarakat soal penyakit se yang saat ini sudah tidak lagi menyerang ternak milik petani. Dia mengakui, penyakit se memang selalu ada mengingat Maukaro merupakan daerah endemik se. Namun, masyarakat juga secara rutin telah memvaksin ternak mereka sehingga saat ini penyakit tersebut tidak lagi menyerang ternak milik petani.

Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan, Regina Ana Awa M di ruang kerjanya Sabtu (11/12) mengatakan, penyakit se yang ada di Maukaro hanya imbas dari penyakit se yang menyerang ternak di Wolowae. Hanya saja, Maukaro hingga saat ini masih merupakan daerah endemik penyakit se. Mengingat saat ini penyakit tersebut tidak lagi menyerang ternak milik petani maka para petani dapat menjual ternaknya,.

Hanya saja Dokter Hewan Regina Ana Awa mengingatkan, setiasp ternak yang dijual agar tidak dijual secara ilegal. Setiap penjualan haruis dilakukan secara resmi di mana haru dilaporkan kepada petugas Pusat Kesehatan Hewan sehingga sebelum dijual harus terlebih dilakukan pemeriksaan. Pemeriksaan dimaksudkan agar saat dijual penjual mengantongi surat pemeriksaan kesehatan ternak sehingga pembeli juga mersa terjamin atas kesehatan ternak yang dijual.

Terkait penyakit se, kata Dokter Hewan Regina, akan selalu ada di Maukaro. Karena itu, kepada peternak diharapkan agar rutin melakukan vaksinasi terhadap ternak piaraan mereka. selain itu, jika ada ternak yang diserang penyakit harus segera diambil tindakan. Selama ini, terkadang petugas yang turun mengalami kesulitan karena ada peternak yang enggan memberikan ternak mereka untuk divaksin. “Teman-teman turun mau vaksinasi mereka tidak mau,” katanya. Padahal, lanjutnya, jika ternak dipelihara secara baik dan divaksin secara rutin tidak ada persoalan untuk dijual.

“Kita tidak pernah larang penjualan ternak. Asal saat jual harus kantongi surat pemerikasan kesehatan. Selain itu, peternak diharapkan untuk tidak menjual ternak betina produktif karena akan mengancam kepunahan,” kata Dokter Hewan Regina Ana Awa. Karena itu, dalam pemeriksaan terhadap ternak yang hendak dijual, petugas juga langsung mencegah penjualan ternak betina produktif.

Tidak ada komentar: