15 Juni 2011

Unsano Grup, Tampilkan Lagu Daerah di Album Perdana


Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos
Unsano Grup yang didukung suara-suara emas dari Tibertius Embukele, Odin Nggaji, Eni Lepo, Sandro Suka Wawo Bhajo, Ida Tinggu Bhajo dan Tanti M. Pawe merupakan grup musik baru yang mulai menunjukan kiprahnya di kancah musik lagu pop daerah di Kota Ende. Mengandalkan sembilan hits terbaik mereka masing-masing , Deudole,Raso Dhato, Detu Dena, Bebo Mea, Bui, Weta Niopanda, Rendo, Moke Mi dan Dubu Ngaba, Unsano Grup mencoba menghibur masyarakat Ende.

Franko Loba, musisi di Unsano Grup di sela-sela penggarapan album,Kamis (2/6) mengatakan, lagu-lagu dalam album perda Unsano Grup adalah lagu-lagu daerah Ende-Lio. Lagu-lagu tersebut menggambarkan aspek kebudayaan dan kehidupan sehari-hari warga masyarakat Ende-Lio. Dia melihat bakat musik remaja di Ende cukup besar dan talenta yang ada sejauh ini belum maksimal digarap. Karena itu, bersama pemerhati musik dan pencinta lagu daerah Ende-Lio dia berupaya mendorong Unsano Grup untuk berkiprah di dunia musik melalui album perdana mereka ini.

Menurutnya, kendati perkembangan jaman kian canggih namun hendaknya budaya lokal yang merupakan budaya sendiri hendaknya tidak boleh dilupakan oleh generasi muda. “Sebagai bentuk kepedulian akan budaya daerah sendiri maka kami berupaya meluncurkan album perdana ini ,”kata Franko.

Dia berharap, lagu-lagu yang ada didalam album perdana dapat diterima oleh masyarakat di Kabupaten Ende bahkan dari luar daerah. “Harus kita akui bahwa di jaman sekarang warga memiliki banyak pilihan musik baik nasional maupun internasional namun demikian hendaknya musik dari daerah sendiri jangan
dilupakan karena musik dari daerah sendiri mencerminkan kebudayaan dari daerah,” kata Franko.

Dikatakan, lagu Deudole melukiskan lagu rakyat yang dinyanyikan untuk mengiring tarian daerah,Wanda Pau. Lagu Raso Dato melukiskan akibat pergaulan bebas anak muda yang menyebabkan anak muda harus menderita akibat perbutannya. Selanjutnya dalam lagu Detu Dena melukiskan adanya daerah yang masih terisilor karena minimnya perhatian pemerintah. Lagu Bebo Mea mengisahkan
perilaku seorang laki-laki yang tidak memiliki rasa malu.

Lagu Bui bercerita tentang kehidupan seseorang yang masuk dalam penjara. Dalam lagu Weta Nio Panda, seorang gadis yang berasal dari Desa Nio Panda, Kecamatan Kota Baru, Kabupaten Ende. Sedangkan lagu Rendo menggambarkan pasangan muda-mudi yang sedang dimabuk cinta dan di dalam lagu Moke Mi menggambarkan kehidupan seorang pengiris moke yang harus menafkahi keluargnya hanya dengan mengiris moke. Lagu terakhir, Dubu Mea melukiskan kehidupan seorang laki-laki yang telah memiliki istri dan anak namun terkesan tidak memiliki rasa malu.

Album perdana Unsano grup yang didukung suara emas dari Tiber Embukele, Odin Nggaji, Eni Lepo, Sandro Suka Wawo Bhajo, Ida Tinggu Bhajo dan Tanti M. Pawe juga tidak lepas dari peran para model dalam klip yang didukung oleh Sovia L Novi Tepu, Stef, Ati Mane, Diana Lebu, Inggrit, Alni Sani, Otan Wuni Wasa dan Inggriani Benge.

Asisten Produser Unsano Grup, Dedi Wolo mengatakan proses penggarapan lagu-lagu oleh Unsano Grup memakan waktu yang cukup lama dan juga menguras tenaga dan dana. Namun demikian mereka mendapatkan kepuasan karena berhasil merampungkan semua lagu dalam album perdana ini. Peluncuran album perdana Unsano Grup, kata Dedi direncanakan dalam minggu ini. Dia berharap, lagu-lagu yang dirilis dalam album perdana ini mendapat sambutan hangat pencinta lagu pop daerah Ende-Lio.

Yustinus Sani tokoh dibalik suksesnya album perdana Unsano Grup mengatakan, album perdana Unsano grup yang diluncurkan adalah lagu volume pertama. Menurut rencana Unsano Grup akan kembali meluncurkan album kedua. Namun tidak dipastikan kapan waktu peluncuran album kedua. Namun, kata dia, album kedua juga sudah dipersiapkan.

Dia berharap, kecintaan masyarakat akan lagi daerah Ende-Lio tidak membuat orang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan album. Karena itu, dia berharap agar pembajakan terhadap lagu-lagu daerah tidak dilakukan. “Kalau masyarakat mau dukung musisi lokal kita untuk berkembang harus beli kepingan asli jangan beli yang bajakan. Kita harus hargai kekayaan intelektual yang dituangkan lewat lagu,” kata Yustinus.

Tidak ada komentar: