15 Juni 2011

Telah Terjadi Degradasi Nilai Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa

<!--[if gte mso 9]> Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

· Angkat Kembali Nilai Kesaktian Pancasila

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Melihat kondisi bangsa saat ini, telah terjadi degradasi nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal itu terbukti dengan seringnya terjadi gejolak kebangsaan yang muncul seperti pembakaran gereja, pembakaran masjid dan adanya upaya menjadikan Negara Islam Indonesia (NII) serta adanya ancaman diisintegrasi bangsa seperti yang terjadi di Papua dan Aceh.

Hal itu dikatakan Koordinator Cabang Gerakan Mahasiswa Pemuda Indonesia (GMPI) Cabang Ende, Nikolaus Bhuka kepada Flores Pos, Selasa (31/5). Nikolaus Bhuka mengatakan, kondisi ini menunjukan telah terjadi degradasi nilai Pancasila dalam aplikasinya. Kondisi ini juga disebabkan karena lemahnya pemahaman akan nilai-nilai luhur Pancaila dan ideologinya oleh anak bangsa.

Pancasila saat ini, kata Bhuka telah disalahgunakan oleh para elit di negeri ini. Pancasila tidak saja disakiti dan dibunuh tetapi lebih dari pada itu, Pancasila telah dikhianati. Kebijakan-kebijakan pemerintah tidak dibuat pro terhadap masyarakat tetapi lebih pro terhadap kaum kapitalis.

Dilihat dari kacamatan lokal Ende, kata Bhuka, Pancasila sangat penting dimaknai oleh seluruh komponen masyarakat dan melihat cukup strategis mengingat Ende merupakan tempat Bung Karno, Proklamator dan presiden pertama Indonesia merenungkan dasar negara Indonesia merdeka. “Karena itu GMPI mengajak masyarakat untuk maknai nilai-nilai luhur Pancasila atau esensi dasar dari Pancasila lewat kehidupan sosial kemasyarakatan,” katanya.

Memaknai Ende sebagai tempat dikandungnya Pancasila untuk kemudian dilahirkan di Jakarta dalam pidato politik Bung Karno dihadapan BPUPKI, di Ende hendaknya tidak saja dimaknai dengan kegiatan-kegiatan seremonial seperti pawai yang hanya euforia semata dan menghabiskan dana jutaan rupiah. Sementara, di balik semia itu, jauh dari esensi dasar pemaknaan Pancila. Terpenting yang harus dilakukan adalah bagaimana membangun pemahaman masyarakatlewat kesadaran untuk memaknai Pancasila dari sisi ideologis bukan dari sisi biologis atau euforia.

Nilai-nilai kegotongroyongan sebagaimana amanat Pancasila dalam sila keempat dan keadilan sosial yang diamanatkan dalam sila kelima masih jauh dari harapan. Pancasila masih sering digunakan untuk melanggengkan kekuasaan dan menajdi tameng para elit di balik persoalan yang mereka hadapi. “Isu SARA hal yang tak terbantahkan dan GMPI lihat hal ini mulai nampak. Banyak pihak menjadikan gereja dan masjid menjadi tameng untuk mengelabui diri dari keterlibatan mereka dalam sejumlah persoalan,” katanya.

Dari kondisi ini, kata Bhuka mendorong GMPI mengajak semua elemen masyarakat di Kabupaten Ende untuk tidak terjebak dalam isu-isu yang berbau SARA yang pada akhirnya membawa masyarakat ke tengah perpecahan. Demi mendorong semua itu, GMPI dalam memaknai gari lahirnya Pancasila menggelar dialog radio dengan tema mengurai benang kusut aplikasi nilai Pancasila serta solusi yang tepat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dialog radio akan dilaksanakan pada Rabu (1/6) di aula penyiaran RRI Ende. Dialog radioa menghadirkan pembicara Koordinator Cabang GMPI Ende, Ketua Presidium PMKRI Ende dan Ketua HMI Ende.

Kepala Biro Advokasi GMPI Ende, Ubaldus Geli mengatakan, hal yang perlu dilakukan saat ini adalah mengangkat kembali nilai kesaktian Pancasila yang mulai luntur saat ini. Perlu pula memperkokoh dan menggali lebih dalam nilai yuridis, filosofis dan ideologis Pancasila agar senantiasa dijunjung tinggi. Momen peringatan hari lahir Pancasila 1 Juni yang dirayakan setiap tahun, kata Geli merupakan bukti sejarah bahwa Pancasila senantiasa dijadikan tumpuan bangsa ini dalam menghadapi setiap persoalan.

Pancasila bukan merupakan barang asing namun merupakan kristalisasi inti nilai-nilai peradaban nusantara. Oleh karena itu, menjadi tanggungjawab dan kewajiban bersama seluruh anak bangsa untuk memperkuat dan menyegarkan kembali cara pandang dan jati diri sebagai bangsa yang Pancasilais dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Tidak ada komentar: