15 Juni 2011

Kapolda NTT Akui Tidak Ada Pergerakan NII di NTT

* Terus Lakukan Penyelidikan

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) NTT, Brigjen Yoris Yance Worang mengatakan, hingga saat ini belum ada informasi adanya pergerakan paham Negara Islam Indonesia (NII) di Provinsi NTT. Karena itu dia meminta agar tidak terlalu memainkan isu keberadaan NII di NTT karena akan menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat.

Hal itu dikatakan Brigjen Yoris Yance Worang menjawab wartawan usai pengresmian Satuan Kepolisian Air (Satpol Air) Polres Ende dan Polres Manggarai di kompleks Pelabuhan Ipi Ende, Kamis (9/6). Kapolda Yoris Yance Worang mengatakan, terkait adanya informasi adanya perekrutan dan pemberangkatan sejumlah remaja di Flores oleh Pondok Pesantren Al Zaitun baru diketahuinya dan akan didalami terlebih dahulu informasi tersebut.

Dia bahkan meminta media untuk tidak terlalu mempertanyakan soal pergerakan NII di NTT karena hal itu justru akan membuat masyarakat di NTT menjadi resah. Informasi yang berkembang seperti itu nantinya akan didalami. Kapolda juga meminta kepada media untuk tidak memainkan isu itu jika belum memiliki data-data yang akurat karena akan meresahkan masyarakat.

Ditanya adanya keterangan yang disampaikan oleh Komandan Kodim 1602 Ende, Letkol Inf. Frans Thomas soal adanya perekrutan dan pemberangkatan 37 dari 40 orang yang direkrut oleh agen Al Zaitun di Ende, Ngada dan Nagekeo, Kapolda Yoris Yance Worang meminta media untuk tidak mempertentangkan pendapat para pejabat. “Tolong kita ada kode etik,” katanya.

Namun dari informasinyang ada, lanjutnya, akan dilakukan pendalaman. Saat ini, kata dia yang perlu dilakukan adalah meningkatkan kesiapsiagaan dan mengingatkan kepada masyarakat bahwa informasi yang berkemabng tidak benar karena hingga saat ini belum ada pergerakan NII di NTT.

Wakil Bupati Ende, Haji Achmad Mochdar mengatakan, informasi perekrutan dan pengiriman sejumlah remaja asal Ende, Nagekeo dan Ngada yang disampaikan oleh Dandim 1602 Ende tentunya merupakan hasil kerja intelijen TNI. Namun sejauh ini, kata Wabub Mochdar, belum ada sinyal yang diterima pemerintah dari Kementerian Agama yang menyatakan bahwa Pondok Pesantren Al Zaitun yang menyiapkan kader-kader NII. Kementerian Agama hanya menyatakan bahwa sistem kurikulum yang digunakan adalah kurikulum nasional berbasis Panbcasila. Pemerintah, lanjutnya akan berkoordinasi dengan kementerian untuk mendapatkan kepastian seperti apa keberadaan Pondok Pesantren Al Zaitun tersebut.

Pemerintah, lanjut Wabub Mochdar juga telah mengeluarkan surat himbauan kepada masyarakat melalui para camat dan kepala desa. Himbauan itu dibuat agar masyarakat waspada dan berhati-hati dalam menghadapi situasi dan kondisi agar jangan sampai terjebak dalam hal-hal yang tidak benar. “kita hanya himbau kalau benar Pondok Pesantren Al Zaitun menyiapkan kader untuk NII agar dicegah terutama anak-anak yang akan datang ke sana. Kita patut waspada karena tekad kita NKRI harga mati,” kata Wabub Mochdar.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 40 lulusan SMA/MA tahun ajaran 2011 telah direkrut untuk mengikuti pendidikan di Pondok Pesantren Al Zaitun, yang beberapa hari terakhir santer diberitakan sebagai tempat munculnya paham Negara Islam Indonesia (NII). Empat puluh anak tamatan SMA/MA ini direkrut oleh Amir Usman dan Amir Anton dengan modus mengikuti pendidikan secara gratis di Ponpes Al Zaitun di Pulau Jawa. Ponpes Al Zaitun, dalam kasus ini, disinyalir hanya digunakan sebagai topeng NII untuk merekrut anggota di Flores.

Dari 40 orang yang direkrut, tiga orang di antaranyta batal berangkat dan menarik diri setelah mengikuti pemberitaan di media bahwa peserta yang direkrut akan dihipnotis dan dicuci otaknya untuk didoktrin ajaran dan paham NII. Tiga orang yang batal berangkat tersebut satu berasal dari Nangapanda, Kabupaten Ende, dan dua lainnya berasal dari Kabupaten Ngada.

Komandan Kodim (Dandim) 1602 Ende, Letkol Inf. Frans Thomas mengatakan hal itu di ruang kerjanya, Rabu (8/6). Frans Thomas mengatakan, setelah dilakukan pengecekan di lokasinya, keberadaan Ponpes AL Zaitun ternyata mengajarkan kurikulum nasional dan tidak bertentangan dengan Pancasila. Namun, diduga Al Zaitun merupakan agen dari NII dan mereka melakukan perekrutan remaja yang baru tamat SMA/MA untuk diberangkatkan.

Amir Usman dan Amir Anton yang melakukan perekrutan dan langsung kembali ke Al Zaitun bersama para remaja yang telah direkrut tersebut. Dari upaya perekrutan yang mereka lakukan di Ende, Ngada dan Nagekeo, keduanya berhasil merekrut sebanyak 40 orang dan berhasil diberangkatkan sebanyak 37 orang. Tiga orang yang tidak berhasil dibawa ke Al Zaitun ini yang setelah ditelusuri mengakui mereka direkrut oleh Amir Usman dan Amir Anton.

Selain Amir Usman dan Amir Anton, ada satu orang lagi yang menetap di Ende, yang ditugaskan juga untuk melakukan perekrutan. Oknum yang saat ini sedang dan terus diselidiki itu, kata Frans Thomas, diidentifikasi saat ini tinggal di Perumnas dan sehari-hari bekerja sebagai penjual kerupuk.

Menurutnya, hal seperti ini harus disampaikan secara terbuka kepada masyarakat, agar masyarakat lebih waspada dan melakukan pencegahan dini. Yang dikhawatirkan dari keberadaan NII, lanjutnya, bukan soal ajaran agamanya, melainkan ideologinya yang bertentangan dengan Pancasila. Kondisi seperti itu, lanjut Frans thomas, perlu ditangkap dan dicegah untuk tidak menimbulkan kerawanan di kemudian hari. “Intinya sekarang adalah perkuat toleransi, sebab toleransi kuat yang bisa menjaga perasaan orang lain. Jadi toleransi dan kerukunan harus dipertahankan dan ditingkatkan,” kata Frans Thomas.

Tidak ada komentar: