08 November 2009

35 Warga Ende Mengidap HIV/AIDS

* Tujuh Orang Masih Hidup
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Hingga tahun 2009, sebanyak 35 warga Kabupaten Ende mengidap HIV/AIDS. Dari jumlah ini, tujuh diantaranya masih hidup hingga saat ini. Mereka yang masih hidup ini terus mendapatkan pendampingan baik dari pemerintah, KPA dan juga dari LSM peduli HIV/AIDS.

Hal itu dikemukakan Direktur Yayasan Swabina Yasmine Ende, John Th Ire saat tampil sebagai pembicara dalam sosialisasi HIV/AIDS di Nangaba, Kecamatan Ende yang diselenggarakan Komisi Penanggulangan AIDS Kabupaten Ende, Selasa (2/11). Dikatakan, jumlah penderita sebanyak 35 orang ini merupakan jumlah yang luar biasa bagi Kabupaten Ende. Jumlah ini baru jumlah yang diketahui. Satu kasus AIDS, kata Ire mewakili 100 kasus. Karena itu jika di Ende sudah terdapat 35 kasus maka masih terdapat 3.500 kasus yang belum terdeteksi. Dari jumlah 35 penderita ini sebanyak 28 penderita telah meninggal dunia dan yang masih hidup sebanyak tujuh orang. Para penderita yang meninggal pada umumnya saat dibawa ke rumah sakit sudah dalam kondisi kritis. Para penderita HIV/AIDS yang masih hidup ini selalu mendapatkan pendampingan agar mereka dapat hidup lebih lama dan tidak mendapat perlakuan buruk dari masyarakat.

John Ire mengatakan, HIV/AIDS bisa kena pada semua orang tanpa melihat latar belakang pendidikan, ekonomi dan strata sosial. Semua orang menurutnya berisiko namun degan memahami risiko akan menghindarkan orang dari bahaya HIV/AIDS. Berbicara masalah HIV/AIDS, kata Ire bukan semata bicara masalah kesehatan oleh karenanya semua orang harus terlibat.

Dikatakan, terhadap orang dengan HID/AIDS, perlu diberikan dukungan baik dukungan sosial, dukungan pengobatan dan dukungan psikologis. Dukungan sosial dapat diberikan oleh semua orang yang ada di sekitar pengidap AIDS. Dukungan pengobatan diberikan oleh paramedis sedangkan dukungan psikologis oleh psikiater, rohaniwan dan konselor. Ire juga membedah mitor-mitos seputar HIV/AIDS yang terkadang menjadi anggapan masyarakat seperti HIV/AIDS merupakan penyakit kutukan, penyakit orang barat, hanya menular lewat hubungan badan. Mitos lainnya seperti hanya diderita oleh pekerja seks, dapat menular lewat udara, makan dan minum bersama penderita AIDS. Mitos-mitos seperti ini terkadang masih muncul di masyarakat padahal tidak semuanya benar.

Ire menjelaskan, virus HIV sebagian besar berada di dalam darah, cairan vagina dan mani. Jumlah kecil terdapat di dalam ASI, air liur, air mata dan air kencing. Terbukti menular melalui darah, cairan vagina, mani dan ibu ke anak melalui plasenta, jalan lahir dan ASI. Dikatakan, jika virus terdapat di dalam cairan vagina dan mani hanya dapat menular melalui hubungan seks. Untuk itu, agar terhindar dari HIV/AIDS, perlu menghindarkan diri dari perilaku berisiko. Perilaku berisiko seperti, sering berganti pasangan seksual, pasien IMS, menggunakan jarum suntik atau alat tusuk bergantian yang tidak steril.

Dikatakan, terdapat tiga cara penularan HIV yakni melalui hubungan seksual tidak aman seperti berganti pasangan, suntikan atau transfusi darah yang terinveksi atau tertular HIV dan penularan dari ibu kepada bayi. AIDS, kata Ire tidak menular melalui berhubungan sehari-hari dengan penderita sepanjang tidak melakukan hubungan seksual. Juga tidak menular melalui penggunaan peralatan makan, minum bersama pengidap dan juga tidak menular melalui gigitan nyamuk dan serangga lainnya.

Cara mencegah HIV/AID, kata Ire yakni melalui berperilaku seksual yang aman dan bertanggung jawab. “Artinya puasa seks, terikat hanya kepada satu pasangan, menggunakan kondom, menghindari minuman keras dan pendidikan yang memadai.” Kepada para penderita AIDS, hendaknya memberikan dukungan dengan tidak memberikan stigma negatif, tidak mendiskriminasi, berempati dan memberikan motifasi. Jika penderita diberikan stigma buruk maka mereka akan berlaku tidak adil, menyakiti orang lain dan tidak berempati. Ire mengambil contoh pemberian stigma buruk kepada mereka mengakibatkan penderit abisa bertindsak nekat. “Kalau diperlakukan degan baik mereka juga bisa berbuat baik tetapi kalau didiskriminasi mereka bisa berbuat hal-hal yang tidak baik.”

Kepala Puskesmasn Riaraja, Rosa Eduard menjawab pertanyaan peserta terkait penggunaan jarum suntik yang dikhawatirkan tidak diganti mengatakan, sesuai prosedur tetap yang telah ditetapkan, setiap jarum suntik yang digunakan tidak lagi digunakan kepada orang lain. Jarum suntik saat ini hanya sekali pakai dan langsung dibuang. Untuk itu kepada para peserta Rosa mengatakan, jika mendapatkan pelayanan kesehatan apalagi disuntik harus memperhatikan penggunaan jarum suntik yang harus baru dibuka dari bungkusannya. Jika ada tenaga medis yang menggunakan jarum suntik bekas agar dilaporkan. Amun, kata dia, ekarang ini tidak ada lagi penggunaan jarum suntik bekas karena sudah ada protap yang mengatur penggunaan jarum suntik. “Kalau dulu ada mantri yang gunakan jarum suntik yang dipakai ulang kali. Tapi sekarang tidak lagi.”

Kekhawatiran penggunaan jarum suntik bekas tersebut diungkapkan Haji Muhamad Sarifudin dan juga sejumlah peserta yang lain. Dia mempertanyakan apakah penggunaan jarum suntik yang digunakan berulang-ulang oleh para mantri dahulu tidak membahayakan dalam kaitan dengan bahaya HIV/AIDS. Dia meminta kepada pihak terkait agar selalu mengawasi penggunaan jarum suntik agar tidak digunakan berulang kali.

Sekretaris KPA Kabupaten Ende, Ayub Mithe mengatakan, sosialisasi yang dilakukan ini akan dilakukan pula di empat kecamatan lain. Menurut rencana, Kamis (5/11) hari ini sosialisasi yang sama akan dilaksanakan di Moni Kecamatan Kelimutu. Setelah dari kelimutu, sosialisasi akan dilanjutkan di Kecamatan Maurole, Lio Timur dan Nangapanda. Titik berat sosialisasi ditujukan kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh perempuan, tokoh pemuda untuk selanjutnya dapat diteruskan kepada masyarakat di lingkungan masing-masing.



Tidak ada komentar: