08 November 2009

Pelaksana Evakuasi Berhasil Keluarkan 22 Truk dari Lambung Nusa Damai

* Pemerintah Perlu Evaluasi Pelaksanaan Evakuasi
Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos
Hingga saat ini tim evakuasi bangkai KM Nusa Damai masih terus melakukan aktifitas evakuasi di kolam labuh Pelabuhan Ipi. Dari kegiatan evakuasi selama ini, tim pelaksana dari PT Frans Burtom Internasional Indonesia telah berhasil mengeluarkan 22 truk besar, lima unit motor dan 20 ton lempengan plat kapal. Kegiatan pembersihan lambung kapal ini akan terus dilakukan hingga memungkinkan untuk diapungkan. Namun sebelum diapungkan, akan terlbih dahulu dilakukan pemotongan pada tigkat dua dan tiga tingkat sehingga tersisa badan kapal yang nantinya diapungkan.

Hal itu dikatakan Penanggung Jawab lapangan PT Frans Burton Internasional Indonesia, Jadil Muhamad kepada Flkores Pos, Senin (2/11). Jadil mengatakan, untuk memperlancar kegiatan pembersihan lambung kapal ini, pihaknya telah pula mendatangkan alat tambahan berupa toag boat SSP 161, tongkang dan kren 50 ton. Saat ini, diakui, kegiatan evakuasi masih dalam tahap pembersihan lambung kapal untuk memudahkan pada saat pengapungan.


Dikatakan, jika lambung kapal sudah bersih seluruhnya, untuk mempermudah dilakukan pengapungan maka kapal terlebih dahulu dipotong. Untuk KM Nusa Damai memiliki tiga tingkat untuk itu dua tingkat bagian atas kapal harus dipotong terlebih dahulu. Setlah dua tingkat bagian atas dipotong baru dilakukan pengapungan. “Untuk apungkan toag boat sudah ada dan kita akan tetap bekerja keras untuk geser kapal dari kolam labuh.”

Diakui, dalam pekerjaan ini mengalami banyak kendala. Namun, sejumlah kendala-kendala kecil mampu diatasi dengan baik sehingga pekerjaan dapat berjalan maksimal. Terkadang, pekerjaan bawah laut terhenti total karena cuaca yang kurang mendukung. Gelombang laut yang terjadi sangat mengganggu pekerjaan dan membuat jarak pandang di bawah permukaan air menjadi terganggu. Selain itu, kendala yang sering dialami adalah rusaknya peralatan kerja. Jika ada peralatan kerja yang rusak maka untuk diperbaiki harus menunggu peralatan pengganti yang dipesan dari Surabaya. Terkadang, peralatan yang dipesan tidak cocok dengan alat yang rusak sehingga menghambat pekerjaan.

Namun, kata dia, sejauh ini pekerjaan evakasi dapat berjalan lancar. Kelancaran itu terutama didukung jernihnya air laut yang membuat jarak pandang cukup luas sehingga tidak membuang-buang oksigen. “Yang jelas untuk kelancaran pekerjaan ini kita butuh dukungan semua pihak terkait di Ende. Kita tetap upayakan kerja secepatnya agar pelabuhan dapat normal kembali seperti dulu. Syukur bahwa selama ini tidak ada musibah dan para pekerja bekerja mengikuti aturan dengan baik.”

Jadil mengatakan, pelaksanaan evakuasi tidak menggangu aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Ipi. Demikian juga, aktifitas bongkar muat barang di pelabuhan tidak sampai menganggu pekerjaan evakuasi. Bahkan, kata dia, jika ada kapal penumpang seperti KM Awu pada suatu waktu masuk Ipi, mereka siap memindahkan sementara peralatan ekrja untuk memberikan kesempatan dilakukannya aktifitas embarkasi dan debarkasi.

Arminus Wuni Wasa, anggota Komisi B DPRD Ende kepada Flores Pos, Kamis (5/11) mengatakan, pembersihan kolam labuh Pelabuhan Ipi itu sebenarnya tugas dari pemilik kapal. Namun hal itu diabaikan begitu saja. Menyikapi hal ini, seharusnya pemerintah pusat melalui Dirjen Perhubungan Laut Departemen Perhubungan, mengambil sikap tegas terhadap pemilik kapal. Pemilik kapal seharusnya ditahan dan pemerintah pusat mengambil alih pelaksanaan evakuasi namun hal itu hingga saat ini tidak terlaksana.

Pelaksanaan evakuasi oleh PT Frans Burton Internasional Indonesia, kata Wuni Wasa, sudah saatnya dievaluasi oleh pemerintah daerah. Hal itu karena waktu pelaksanaan sudah mencapai batas waktu 180 hari. Soal perpanjangan waktu pelaksanaan evakuasi, kata dia, harusnya tidak dilakukan secara sepihak tetapi melalui pertimbangan-pertimbangan setelah dilakukan evaluasi oleh pemeritah daerah. Apalagi, kata dia, dilihat dari perkembangan pekerjaan selama ini, sepertinya tidak ada perkembangan ke arah maju. “Kalau omong soal angkat mobil, dari dulu angkat mobil terus. Kapan kolam labuh benar-benar bersih. Itu yang ditunggu masyarakat. Dengan batas sesuai aturan, pelaksana sudah harus kosongkan kolam labuh bukan perpanjang kontrak kerja terus. Kalau begini terus sampai kapan?” tanya Wuni Wasa

Menurut Wuni Wasa, evaluasi oleh pemerintah daerah harus dilakukan secepatnya. Dari hasil evakuasi itu jika memang pelaksana sekarang merasa tidak mampu lagi bekerja sebaiknya dihentikan saja. Pelaksanaan lebih baik diberikan kepada pihak yang lebih memiliki kemampuan sehingga pekerjaan dapat lebih cepat dan kolam labuh secepatnya dibersihkan agar aktifitas bisa kembali normal seperti dulu lagi. Soal dukungan, kata dia, semua pihak tentunya akan mendukung jika pekerjaan menunjukan adanya kemajuan. Namun jiuka pekerjaan tidak mengalami kemajuan tentu semua orang juga tidak akan memberikan dukungan.




Tidak ada komentar: