21 Maret 2010

Stok Vaksin Rabies di Ende Aman

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Kabupaten Ende dan Flores umumnya hingga saat ini masih tetap menjadi daerah endemik rabies. Berbagai upaya terus dan tetap dilakukan dalam rangka mengatasi rabies baik melalui pemberian vaksinasi terhadap hewan penyebar rabies (HPR) maupun eliminasi. Selain langkah vaksinasi terhadap HPR dan eliminasi, dinas teknis terkait juga tetap menyediakan vaksin yang diberikan kepada para korban gigitan.


Untuk Kabupaten Ende, stok vaksin yang dimiliki Dinas Kesehatan saat ini sebanyak 800 qiur. Stok ini merupakan stok tahun 2009 dan bantuan pemerintah pusat. Keberadaan stok vaksin untuk Ende boleh dikatakan dalam posisi aman.


Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, Agustinus G Ngasu kepada Flores Pos di ruang kerjanya, Rabu (17/3) mengatakan, vaksin rabies yang dimiliki dinas saat ini sebanyak 800 qiur. Satu qiur dengan jumlah empat botol ini dapat digunakan sebanyak tiga kali suntikan kepada korban gigitan.


Stok vaksin sebanyak 800 qiur ini kata Dokter Gusti mencukupi kebutuhan masyarakat Kabupaten Ende dan dalam posisi aman. Diakuinya, selama ini hampir setiap hari terjadi kasus gigitan. Korban gigitan anjing selalu ke dinas untuk meminta disuntik vaksin walau belum tentu anjing yang menggigit positif rabies. Padahal, kata dia, vaksin hanya diberikan kepada korban gigitan yang positif rabies.


Kepada masyarakat diimbau agar jika terkena gigitan terlebih dahulu melakukan prosedur tetap seperti mencuci dengan air mengalir dan diberi alkohol. Selanjutnya baru dibawa ke sarana kesehatan untuk mendapatkan perawatan. Selain itu, agar tidak semua korban gigitan disuntik atau diberi vaksin, diimbau pula agar kepala anjing dibawa ke dinas untuk diperiksa di laboratorium. Pemeriksaan perlu dilakukan guna mengetahui anjing yang menggigit positif atau negatif rabies. Jika positif rabies, korban perlu diberikan tindakan medis lebih lanjut. “Tapi kalau negatif tidak perlu divaksin karena vaksin hanya diberikan untuk korban gigitan yang positif rabies,” kata Dokter Gusti.


Untuk wilayah Kabupaten Ende, kata Dokter Gusti, hampir seluruh wilayah rawan rabies kecuali wilayah Pulau Ende. Daerah-daerah paling rawan rabies adalah di daerah-daerah lintas batas seperti Maurole, Maukaro, Nangapanda, Lio Timur. Sedangkan daerah Kota Baru, lanjutnya, kendati bnerada di daerah lintas batas namun selama ini kasus rabies tidak mencuat di daera tersebut.


Anton, warga Kota Ende mengatakan salut dengan langkah pihak Dinas Kesehatan yang selalu proaktif dalam menyediakan vaksin. Menurutnya, langkah itu merupakanlangkah positif karena berkaitan erat dengan nyawa manusia.


Dikatakan, Kota Ende khususnya dan Kabupaten Ende umumnya akhir-akhir ini semakin tinggi tingkat populasi anjingnya. Kondisi seperti ini harus menjadi perhatian pemerintah. Menurutnya, saat ini masyarakat sudah mulai melupakan kejadian beberapa tahun silam di mana rabies menyebar hingga mengakibatkan jatuhnya korban. Masyarakat mulai kembali memelihara anjing tanpa pernah diberikan suntikan vaksin anti rabies terhadap anjing peliharaan mereka. Dia meminta pemerintah untuk terus memantau perkembangan ini karena bagaimana pun Ende masih merupakan daerah endemik rabies.


Anton bahkan mengusulkan agar pemerintah dan DPRD Ende perlu memikirkan langkah strategis dalam pemberantasan rabies. Diakuinya, selama ini dinas tewknis terkait rutin melakukan vaksinasi terhadap HPR. Namun, vaksin yang dilakukan tidak 100 persen dan itu berarti rabies masih tetap ada. Karena itu perlu langkah antisipasi lainnya seperti pembatasan kepemilikan anjing bagi setiap rumah tangga. Untuk pembatasan itu, perlu landasan hukum sehingga dia meminta kepada pemerintah dan DPRD untuk merancang dan menerbitkan peraturan daerah tentang pemberantasan penyakit rabies. “Di dalam perda itu baru salah satu poinnya mengatur tentang kepemilikan anjing. Kalau tidak semua orang bisa piara berapa saja ikut suka,” kata Anton.




Tidak ada komentar: