06 September 2010

Honing Sani Dorong Penggunaan Bibit Unggul Lokal

* Bibit Hibrida Tidak Tahan Lama

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Anggota Komisi IV DPR RI dari PDI Perjuangan, Honing Sani mengatakan, penggunaan bibit hibrida banyak kelemahannya. Bibit hibrida seperti jagung memang memiliki tingkat produktifitas yang cukup tinggi namun daya tahannya tidak lama sehingga tidak dapat dijadikan bibit pada musim tanam berikutnya karena permurnian bibit tidak dapat dilakukan. Kondisi ini mengakibatkan masyarakat petani harus bergantung pada bibit bantuan yang terkadang waktu pendropingannya tidak sesuai dengan musim tanam.


Hal itu disampaikan Honing Sani dihadapan anggota kelompok tani saat dialog di aula Kantor Dinas Pertanian dan Peternakan Ende, Kamis (12/8).


Diakuinya, bisnis di bidang pertanian memang sangat menggiurkan. Termasuk bisnis bibit hibrida yang pemainnya di bidang bisnis ini sangat terbatas. Sementara, dana yang digelontorkan pemerintah pusat untuk pengadaan bibit hibrida dari tahun ke tahun cukup besar. Karena itu, langkah pengadaan bibit hibrida perlu dilawan dan mendorong masyarakat menggunakan bibit unggul lokal.


Jagung, kata Honing Sani diharapkan menjadi pangan yang mendorong ketahanan pangan di tingkat daerah. Namun, pembudidayaan jagung hibrida tidak mampu menjawab hal itu karena daya tahan jagung hibrida yang tidak mampu bertahan lama. Karena itu, dalam berbagai kesempatan, kalangan DPR RI selalu berupaya mendorong agar pemerintah memprioritaskan penggunaan bibit unggul lokal.


Darius Gare, petani dari Desa Tanali mengatakan, selama ini mereka sebagai petani memang menghadapi kendala dalam hal bibit. Bibit bantuan yang diterima dari pemerintah memang cukup membantu. Hanya saja, bibit yang diberikan baik bibit padi maupun bibit jagung merupakan bibit hibrida. Bibit hibrida, kata dia sama sekali tidak membawa keuntungan bagi petani karena daya tahannya yang terbatas. Gare setuju apa yang disampaikan Honing Sani agar mendorong penggunaan bibit unggul lokal. Bibit lokal, kata Gare lebih tahan dan daya tahannya bisa mencapai dua bahkan tiga tahun.


Pada kesempatan itu, Gare juga meminta melalui anggota Dewan pusat Honing Sani agar dalam pemberian bantuan bibit, pemerintah juga perlu disertakan pula dengan bantuan pupuk. Hal itu karena terkadang petani kesulitan memperoleh pupuk. Dia sangat berterima kasih atas bantuan kompos yang diberikan dan ke depan dapat dikembangkan.

Terkait pupuk, Honing Sani katakan, saat ini pupuk juga menjadi proyek besar terutama pupuk organik. Hanya saja, kata dia, terpenting dalam proyek ini adalah mensosialisasikan kepada masyarakat agar mampu memproduksi sendiri pupuk organik.


“Kalau rumah kompos jadi bisa menjadi modal. Kotoran hewan bisa menjadi berharga,” kata Honing Sani.


Terkait program Gerakan Swasembada Pangan (GSP) 2012 yang dicanangkan pemerintah Kabupaten Ende, Honing bilang perlu ada kerja sama pemerintah melibatkan DPRD Ende untuk membuat peraturan daerah. Dalam perda tersebut, katanya, warung makan yang ada di Kabupaten Ende diwajibkan menyediakan pangan lokal pada satu hari khusus misalkan hari Kamis. Pada hari Kamis, seluruh warung makan harus buka dan menyajikan menu masakan lokal. Dalam pengontrolan, dilakukan oleh Satpol PP. Warung yang tidak buka dan tidak menyajikan menu pangan lokal diberikan sanksi pencabutan ijin usaha.


Selain itu, setiap kunjungan pejabat baik ke daerah maupun pejabat dari luar yang datang ke Ende, sajian menu pangan lokal yang harus di kedepankan. Menurutnya, menu dengan pangan lokal seperti jagung sangat baik disajikan kepada tamu-tamu pejabat dari luar. “Toh tidak pernah ada pejabat yang mati karena makan jagung,” kata Honing Sani. Menurutnya, langkah itu akan sangat efektif dalam mendukung program pemerintah dalam mensukseskan GSP 2012 di Kabupaten Ende.

Tidak ada komentar: