30 Oktober 2010

Pemuda, Kelompok Strategis yang Butuh Perhatian Khusus

• Ruang Komunikasi Kurang
Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos
Romo Reginald Piperno, Pr mengatakan, dalam Musyawarah Pastoral VI beberapa waktu lalu, pemuda merupakan focus perhatian yang serius dibicarakan. Gereja melihat bahwa komponen pemuda merupakan kelompok strategis yang membutuhkan perhatian khusus dari gereja.
Hal itu dikemukakan Romo Reginald Piperno dalam talk show di studi RRI, Kamis (28/10) yang diselenggaraan alumni SMPK Ndao angkatan 89 bekerja sama dengan RRI Ended an BRI Cabang Ende.

Romo Piperno mengatakan, dalam amenangkap peluang pemuda sebagai kelompok strategisyang embutuhkan perhatian khusus maka metode pembinaan yang dilakukan gereja adalah lebih utama pada bagaimana menyentuh hati orang-orang muda. Menurutnya, jika hati orang-orang muda sudah berhasil disentuh dan kaum muda sudah tersentuh hatinya maka program apapun yang disodorkan tentunya akan berjalan dengan sendirinya.

“Tapi sepanjang hati orang muda belum tersentuh, program sebagus apapun akan sulit dijalankan,” kata Romo Piperno.

Diakuinya, agar semua bisa berjalan baik, selain upaya menyentuh hati orang muda, orang muda sendiri juga harus memiliki keinginan untuk berubah. Karena jika kaum muda sendiri tidak mau berubah maka program apapun yang diturunkan akan sulit dijalankan. Gereja, lanjutnya, sudah cuku banyak melakukan kegiatan-kegiatan pembinaan kaum muda. Mulai dari kegiatan pelatihan kepemimpinan, kaderisasi maupun pendampingan di paroki-paroki.

Terkait mutu pendidikan yang rendah, kata Romo Piperno, semua pihak harus kembali instrospeksi. Dalam mendidik anak, katanya, semua pihak yang ada dalam kampung harus terlibat dan hal itu selama ini dilihatnya belum jalan. Karena itu, lanjutnya, gereja mengembangkan komunitas basis. Selain itu, pendidikan budi pekerti di sekolah harus kembali digalakkan karena sekarang hamper sudah tidak ada lagi.

Dalam pendidikan, mendidik orang bukan saja mendidik intelektualnya tetapi juga kecerdasan spiritual. “Memiliki pendidikan yang tinggi tetapi tidak memiliki kecerdasan spiritual percuma,” kata Romo Piperno. Apalagi, lanjutnya, saat ni telah terjadi pergeseran anggapan di mana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin menjadukan diri dari masyarakat. Menurutnya, kondisi seperti itu menunjukan pendidikan sudah sapai di persimpangan karena orang hanya memperhatikan intelektual tanpa memperhatikan kecerdsan spiritual.

Demonstrasi, kata Romo Piperno merupakan salah satu hal yang dipicu kurangnya penyiapan lapangan pekerjaan. Apalagi, pendidikan kita hanya membuat orang berorientasi menjadi PNS. Padahal pendidikan hrus mampu menyiapkan kader yang nantinya mampu membuka lapangan kerja sendiri baik untuk diri sendiri dan bagi orang lain.

Sekretaris Daeah (Sekda) Ende, Yoseph Ansar Rera mengatakan, dalam talk show banyak pertanyaan dari peserta yang merupakan ungkapan rasa kesal. Kondisi itu, lanjutnya merupakan sinyal dan pertanda bahwa selama ini ruang komunikasi antara pemerintah dan pemuda sangat sedikit bahkan hampir tidak ada.

Diakuinya, program-program pembinaan dan pengembangan kaum muda sangat banyak disiapkan pemerintah. Hanya saja ruang untuk menyampaikan tidak disiapkan. “Jadi bukan berarti pemerintah tidak memperhatikan pemuda,” kata Ansar Rera.

Dia berharap, pemuda juga hendaknya memiliki inisiatif untuk program-program pengembangan, selanjutnya, jika pemuda sudah memiliki inisiatif maka pemerintah akan membantu memfasilitasi agar bisa berjalan dengan baik.

Jika dikaitkan dengan gerakan swasembada pangan (GSP) 2012 yang dicanangkan pemerintah, lanjutnya, kaum muda diharapkan memiliki inisiatif untuk mensukseskan GSP. Jika kaum muda sudah memiliki inisiatif pengembangan dalam kaitan dengan GSP tinggal pemerintah fasiltasi agar dapat berjalan.

“Jangan hanya tinggal diam dan mengharapkan pemerintah buat apa untuk mereka. Jadi harus ada keaktifan,” kata Ansar Rera.

Tidak ada komentar: