03 Agustus 2011

Tiga Tahun Yustina Pawe Menghilang Tanpa Kabar

· Truk-F Bertemu Bupati Ende Paparkan Sejumlah Kasus Traficking

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Yustina Pawe (19), warga kelahiran Ratemangu Wolowaru sejak tahun 2008 menghilang dari rumah. Selama tiga tahun ini, pihak keluarga kehilangan kontak dengan Yustina. Dia direkrut seseorang bernama Abu yang berasal dari Wolowaru dan berdomisili di Jakarta untuk dikirim bekerja di Singapura. Namun informasi yang diterima menyebutkan yustina tidak diberangkatkan ke Singapura namun ke Yordania.

Hal itu dikatakan Kristoforus Sega, kakak kandung Yustina Pawe kepada Flores Pos di kantor bupati Ende, Senin (25/7). Kristoforus mengatakan, kepergian adiknya yang tidak mendapatkan ijin dan tidak diketahui orangtuanya ini membuat mereka sekeluarga panik. Keberangkatan Yustina hanya diketahui oleh kaka sepupu mereka dan dia yang menandatangani surat ijin keberangkatan Yustina.

Namun, lanjutnya, pihak keluarga menjadi khwatir karena setelah diberangkatkan tanpa seijin dari orangtua, hingga saat ini pihak keluarga putus kontak sama sekali dengan Yustina. Selama lebih kurang tiga tahun ini, dia tidak pernah mengabarkan tentang keberadaannya. “Kami tidak tahu apakah dia masih hidup atau sudah mati. Kalau dia masih hidup sekarang ada di manapun kami tidak tahu sama sekali,” kata Kristoforus.

Dikatakan, karena keberadaan adiknya tidak diketahui, dia memutuskan untuk mengadukan persoalan itu kepada Tim Relawan untuk Kemanusiaan Flores (Truk-F) di Maumere. Hingga saat ini, katanya, bersama Truk-F mereka terus berupaya melacak keberadaan Yustina namun belum berhasil ditemukan.

Selain kehilangan adiknya Yustina, Kristo akui keponakannya Fransiska Badhe juga menghilang dan dari kontak terakhir dari Siska yang juga salah seorang tenaga kerja wanita yang direkrut Abu katakan bahwa mereka disekap di Bogor di salah satu penampungan milik PT Yan Bu Albahar. Di tempat penyekapan itu, kata Kristoforus, Siska mengatakan mereka dipaksa mengunakan jilbab dan diajarkan doa-doa agama Islam karena mereka akan dikirim bekerja di Timur Tengah.

Kristo mengatakan, dari kontak dengan Siska diketahui bahwa ada enam orang warga Ende yang disekap bersama di penampungan tersebut. Namun Siska tidak tahu keberadaan adiknya Yustina Pawe karena kemungkinan dia sudah dikirim bekerja di Timur Tengah.

Dia mengharapkan peran pemerintah untuk menelusuri keberadaan adik dan keponakannya juga sejumlah warga Ende yang disekap di tempat penampungan tersebut. Dia juga minta agar jika mereka masih di Indonesia agar langsung dipulangkan. Dia juga mendesak kepada pemerintah agar menangkap dan memroses hukum Abu sebagai perekrut karena melakukan perekrutan tanpa mengikuti prosedur dan tidak sesuai aturan yang berlaku.

Pater Otto Gusti Madung, SVD, staf Truk-F usai bertemu bupati Ende mengatakan, pertemuan Truk-F dengan bupati untuk memperkenalkan Truk-F dan memaparkan data-data human traficking yang selama ini didampingi Truk-F. dalam pendampingan, kata Pater Otto, Truk-F tidak saja mendampingi korban traficking asal Sitka namun juga yang berasal dari daerah lain termasuk dari Ende.

Kepada bupati, katanya disampaikan strategi yang telah dilakukan seperti melalui sosialisasi dampak traficking dan langkah-langkah itu disambut baik oleh bupati. Bupati bahkan menawarkan untuk menggelar pertemuan membahas masalah trafcking tingkat provinsi dan Ende siap menjadi tuan rumah.

Menyikapi kasus yang dipaparkan terkait adanya tenaga kerja asal Ende yang disekap di Bogor, kata Pater Otto, bupati pada saat itu langsung memerintahkan Dinas Tenaga Kerjda dan Satuan Polisi Pamong Praja melakukan pengecekan ke Wolowaru.

Selain bertemu bupati Ende, lanjutnya, Truk-F juga akan melakukan pertemuan dengan bupati Ngada, Nagekeo, Manggarai Timur, Manggarai dan Mangarai Barat untuk memaparkan data-data korban trafiking, korban kekerasan terhadap anak dan korban kekerasan terhadap perempuan yang selama ini didampingi oleh Truk-F.

Berdasarkan data dari Truk-F, korban traficking dari tahun 2000-2011 yang telah didampingi sebanyak 250 orang dengan rincian, anak-anak sebanyak 129, perempuan 44 dan laki-laki dewasa 77 orang. Kasus kekerasan terhadap anak yang didampingi sebanyak 384 korban dengan jumlah kasus sebanyak 434 kasus. Sedangkan kekerasan terhadap perempuan terdapat sebanyak 610 kasus dengan jumlah korban sebanyak 527 orang.

Tidak ada komentar: