14 Juli 2010

Lesson Study di SMA Alsiora Ende Harus Ada Tindak Lanjut

* Bisa Diteruskan kepada Guru yang Lain

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Pelaksanaan lesson study yang diikuti enam sekolah yang diselenggarakan SMA Swasta Alsiora Ende selama empat hari tersebut harus ada tindaklanjut. Pra guru yang telah mengikuti lesson study tersebut dapat berperan sebagai fasilitator bagi sesama guru yang lain agar pola ini dapat digunakan demi mningkatkan mutu, profesionalsme guru dan meningkatkan mutu lulusan.


Hal itu dikatakan Kepala SMA Swasta Alsiora Ende, Rofinus Meja kepada Flores Pos usai acara penutupan kegiatan destiasi KTSP di sekolah tersebut, Sabtu (19/6). Menurut Meja, pola KTSP yang diterapkan versi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang dimulai tahun 2004 sangat buruk.


Jika pola ini terus diterapkan akan memberikan dampak kurang baik pada peningkatan mutu dan profesionalisme guru. Jika kondisi ini terus dipertahankan, lanjutnya, maka bukan tidak mungkin akan ikut mempengaruhi tiungkat dan mutu kelulusan ke depan. Menurut Meja, KTPS versi Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 sangat bagus dan bisa mengantar guru lebih profesional.


Terkait pelaksanaan pelatihan selama empat hari ini, Meja mengatakan sangat bagus. Hanya saja, kegiatan seperti ini tidak boleh selesai sampai di sini, tetapi harus ada rencana tindak lanjut. Rencana tindak lanjut tersebut, kata dia bisa dimulai dari enam sekolah yang mengikuti kegiatan lesson study dengan open class yang sangat bagus itu. Apa yang sudah diperoleh dalam kegiatan ini nantinya bisa diterapkan oleh para guru peserta kegiatan dan nantinya dapat diteruskan atau ditularkan kepada guru yang lain.


Open class yang dilakukan, lanjutnya telah memberikan makna tersendiri. Para guru yang selama ini terkesan tertutup mulai membuka diri untuk dikritik. Setelah membuka diri untuk menerima masukan, guru mulasi membuka kelas sehingga siapapun bisa mengamati guru pada saat mengajar dan dapat memberikan masukan jika ada hal yang kurang dalam kegiatan pembelajaan itu.


Bambang Rudianto, Instruktur Utama National Trainer Lesson Study dari Balai Diklat Keagamaan Denpasar lesson study dikembangkan oleh Jepang dan diadopsi. Lesson study merupakan bentuk pembinaan profesionalisme guru. Tahapan dalam lesson study ada tiga yakni perencanaan, (plan), pelaksanaan (do) dan obesrvase dan ketiga adalah refleksi (see). Sebelum melaksanaan lesson study, lanjutnya, langkah yang perlu dilakukan adalah membentuk kelompok lesson study, memfokuskan lesson study, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatiyua dan merencanakan pembelajaran tahap selanjutnya.


Langkah selanjutnya adalah para guru dapat mempelajari kembali rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa dan kemungkinan akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya. Selanjutnya, guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama observer yang lainnya mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan kepada guru.


Pertemuan refleksi, kata Rudianto dapat dilakukan secepatnya setelah kegiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer dan komentar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran.


Model pelaksanaan lesson study, kata dia bisa berbasis sekolah, bisa berbasis kelompok sekolah dan bisa juga berbasis MGMP/KKG. Untuk lesson study berbasis sekolah, peran kepala sekolah yakni sebagai penggerak dan koordinator secara keseluruhan. Mengatur jadwal pembelajaran, memimpin kegiatan, mengarahkan dan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan lesson study.


Dikatakan, dalam lesson study yang mana ada open class, para guru akan lebih terbuka dan membuka diri untuk menerima masukan dari para observer. Dengan demikian, masukan-masukan yang diberikan dapat dijadikan pelajaran untuk ke depannya agar lebih baik. Dengan lesson study, lanjutnya mampu meningkatkan kompetensi guru terutama yang terkait dengan pengetahuan materi pokok, pengajaran dan riset.


Dia melihat bahwa selama proses ini berjalan, antusias para guru sangat tinggi karena merasa bahwa ini merupakan hal baru. Para guru yang ada memiliki bakat yang bagus sehingga diharapkan, setelah pelaksanaan kegiatan ini tidak berhenti tetapi harus dilanjutkan. Selama pelatihan dan open calss yang dilaksanakan, kata Rudianto, hal yangperlu dibenahi adalah perencanaan karena pembelajaran kurang bagus kalau perencanaan kurang bagus. “RPP yang dibuat masih banyak yang harus dibenahi terutama LKS (lembaran kerja siswa),” kata Rudianto.


Dia berharap, ke depan, perlu digiatkan pula kegiatan seperti ini agar profesionalisme para guru lebih ditingkatkan. Menurutnya, lesson study memang tidak dapat dipetik langsung hasilnya. Hasilnya baru mulai nampak 2-3 tahun ke depan.

Tidak ada komentar: