14 Juli 2010

Lesson Study, Upaya Meningkatkan Mutu dan Profesionalisme Guru

* Guru Lebih Membuka Diri terhadap Kritik

Oleh Hierinimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Lesson study yang merupakan suatu model pembinaan profesi pedidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaborasi dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community. Model ini diharapkan pada akhirnya mampu membuat para guru lebih profesional dan menaikan mutu guru sehingga pada gilirannya mampu menaikan p\ersentase dan mutu lulusan.


Hal itu dikatakan Bambang Rudianto, Instruktur Utama National Traine3r Lesson Study dari Balai Dilat Keagamaan Denpasar kepada Flores Pos di SMA Swasta Alsiora Ende, Jumad (18/6). Rudianto mengatakan, tahapan dalam lesson study ada tiga yakni perencanaan, (plan), pelaksanaan (do) dan obesrvase dan ketiga adalah refleksi (see). Sebelum melaksanaan lesson study, lanjutnya, langkah yang perlu dilakukan adalah membentuk kelompok lesson study, memfokuskan lesson study, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran di kelas dan mengamatiyua dan merencanakan pembelajaran tahap selanjutnya.


Langkah selanjutnya adalah para guru dapat mempelajari kembali rencana pelaksanaan pembelajaran tersebut dan mempertimbangkannya dari berbagai aspek pengalaman pembelajaran yang mereka miliki khususnya difokuskan pada hal-hal yang penting seperti hal yang akan dilakukan guru, pemahaman siswa dan kemungkinan akan terjadi dalam implementasi pembelajarannya. Selanjutnya, guru yang ditunjuk tersebut melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran di kelas, sementara guru yang lain bersama observer yang lainnya mengamati sesuai dengan tugas masing-masing untuk memberi masukan kepada guru.


Pertemuan refleksi, kata Rudianto dapat dilakukan secepatnya setelah kegtiatan pelaksanaan pembelajaran, untuk memperoleh masukan dari guru observer dan komentar tentang keseluruhan proses serta saran sebagai peningkatan pembelajaran.


Model pelaksanaan lesson study, kata dia bisa berbasis sekolah, bisa berbasis kelompok sekolah dan bisa juga berbasis MGMP/KKG. Untuk lesson study berbasis sekolah, peran kepala sekolah yakni sebagai penggerak dan koordinator secara keseluruhan. Mengatur jadwal pembelajaran, memimpin kegiatan, mengarahkan dan memonitor dan mengevaluasi pelaksanaan lesson study.


Dikatakan, dalam lesson study yang mana ada open class, para guru akan lebih terbuka dan membuka diri untuk menerima masukan dari para observer. Dengan demikian, masukan-masukan yang diberikan dapat dijadikan pelajaran untuk ke depannya agar lebih baik. Dengan lesson study, lanjutnya mampu meningkatkan kompetensi guru terutama yang terkait dengan pengetahuan materi pokok, pengajaran, riset.


Kepala SMA Swasta Alsiora Ende, Rofinus Meja mengatakan, metode lesson study merupakan model baru yang setelah diikuti sangat bagus jika dibandingkan dnegan pola KBM yang lebih bersifat tertutup sehingga guru tidak memberikan ruang untuk dipantau dan dikritik. Dengan model pembelajaran open class, lanjut Meja, guru membuka diri untuk dikritik dan mau maju. Setelah guru membuka diri maka dia akan membuka kelas untuk siapa saja boleh masuk melakukan penilaian. Model ini, kata dia akan membuat mutu guru, siswa dan sekolah akan lebih bagus.


Salah satu peserta lesson study, Maria Ystina E Nona, guru pada SMA Alsiora mengatakan, model lesson study sebenarnya sudah pernah dibuat hanya saja dengan kelompok belajar yang besar agak sulit dilakukan. Namun dengan lesson study dan open class sangat membantu peningkatan kualitas dan profesionalisme guru. Dengan model pembelajran seperti ini, kata dia, guru dituntut kreatif dan betul-betul menjalankan tugs sesuai fungsi.

Dia mengakui, selama ini yang diterapkan kepada siswa masih sangat kurang dan belum terlalu profesional.


Namun karena tuntutan maka guru harus profesional. Melalui proses ini guru bisa memperbaikinya. Ke depan dia berharap proses pembelajaran seperti ini terus disosialisasikan. Kegiatan lesson study harus dibuat secara rutin. Open class yang dibuat saat ini juga dapart dilakukan terus. Kerja sama dinas, yayasan dan kepala sekolah harus dibina sehingga dapat turun ke kelas saat sedang dilakukan proses pembelajaran.


Ketua Komite SMA Alsiora, Yustinus Sani mengatakan, open class harus terus ditingkatkan di sekolah-sekolah di semua tingkatan. Proses seperti itu, kata Sani sebenarnya tidak tabu. Ketika guru mengajar, komponen pendidikan baikk itu guru, yayasan dan dapat linatkan LSM, pers untuk menjadi ebserver dan memberikan masukan.


Melalui open class, lanjutnya, dapat dilakukan evaluasi baik metodologi mengajar guru, keaktifan siswa dalam proses belajar. “Dan yang terpenting adalah dapat menilai kualitas dunia pendidikan yang berawal dari open class,” kata Yustinus Sani.


Semua pihak menyadari benar bahwa investasi di dunia pendidikan hasilnya tidak langsung dirasakan karena merupakan investasi jangka panjang. Hasilnya baru nampak tiga atau empat tahun setelahnya yakni dari hasil kelulusan siswa yang bermutu.


Kegiatan yang melibatkan mitra dari sekolah lain yakni dari SMA Adhiaksa, SMA Tarvid, SMAN Nangapanda dan MAN Ende ini diharapkan nantinya dapat ditularkan ke sekolah masing-masing agar ke depan persentase kelulusan dan mutu guru dapat meningkat.


Untuk SMA Alsiora sendiri, lanjut Sani, sudah ada komitmen antara komite dan yayasan pada tahun ajaran baru nanti mulai tempuh kelas terbuka. Melibatkan elemen-elemen terkait baik sekolah, yayasan, komite, LSM dan pers yang akan secara rutin melakukan ebservasi dan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas.

Tidak ada komentar: