14 Juli 2010

Empat Pilar Kehidupan Bernegara, Perkokoh Tegaknya NKRI

* Rakernas ke-5 PMKRI

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Farhan Hamid pada kesempatan membuka Rapar Kerja Nasional (Rakernas ke-5 PMKRI menegaskan, upaya memahamkan dan memaknai kembali nilai-nilai kebangsaan dalam konteks masa kini dan masa depan menjadi agenda penting yang harus terus ditanamkan. Untuk itu, perlu dimasyarakatkan empat pilar kehidupan bernegara yakni Pancasila, Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Ahmad Farhan Hamid di hadapan peserta Rakernas yang dipusatkan di aula Universitas Flores, Senin (14/6) mengatakan, pimpinan MPR memandang penting pemasyarakatan empat pilar ini karena menjadi pengokoh terhadap tegaknya NKRI. Empat pilar ini, lanjut dia, akan memandu perjalanan bangsa Indonesia dalam masa kini maupun yang akan datang. Hal itu dipandang penting karena di dalam empat pilar ini xesungguhnya tujuan negara Indonesia merdeka hendak diwujudkan.


Melalui empat pilar bernegara ini, kata Farhan Hamid, bangsa Indonesia yang sangat majemuk dipersatukan oleh satu cara pandang yang sama tentang Indonesia yang dicita-citakan. Pancasila, katanya adalah falsafah dan dasar negara yang menjadi landasan idela bangsa Indonesia. UUD 1945 adalah landasarn konstitusional yang mendasari penyelenggaraan kehidupan, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. NKRI adalah pemersatu bangsa dan Bhineka Tunggal Ika adalah perekat persatuan dalam untaiam kemajemukan.


“Sekali lagi saya katakan bahwa masyarakat yang sejahtera akan terwujud apabila kita memiliki landasan ideologi yang kuat, landasan konstitusional sebagai aturan dasar dan komitmen kebangsaan sebagai perekat persatuan serta menghargai kebhinekaan sebagai modal pemersatu,” kata Farhan Hamid.


Kepada PMKRI dia berharap agar kegiatan yang sejalan dengan agenda nasional MPR untuk menggelorakan empat pilar kehidupan bernegara bagi seluruh komponen bangsa terus dilanjutkan dan menjadi rencana strategik dalam organisasi PMKRI.


Ketua Presidium PMKRI Cabang Ende Santu Yohanes Don Bosco, Agustinus Kembardi Sumbi pada kesempatan itu mengatakan, momentum rakernas PMKRI ini merupakan momen strategis untuk menegaskan kembali visi, misi NKRI. Menurutnya, penunjkan Ende sebagai tuan rumah penyelenggaraan rakernas bukanlah pekerjaan berat akan tetapi merupakan pekerjaan besar demi mewujudkan PMKRI yang maju dan jaya.


Dia mengharapkan agar seluruh anggota perhimpunan yang hadir dalam momentum rakernas ini untuk bicara dan dudukkan PMKRI pada posisi yang sebenarnya. Hal itu menurut Sumbi penting agar tidak ada lagi orang yang mengatakan PMKRI semakin hilang dari panggung kebangsaan. “Oleh karena itu dari Nusa Nipa atau nusa bunga yang memiliki karakter khas dan jika kepala diinjak ekor membelit dan jika ekor diinjak kepala menggigit. Satu orang Flores sakit merupakan sakit seluruh seluruh masyarakat Flores,” kata Kembardi Sumbi.


Berbicara menyangkut isu-isu lokal Flores, Sumbi bilang PMKRI tidak akan main-main. Penegakan supremasi hukum yang belum berjalan maksimal, dan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatanakan tetap menjadi titik tolak perjuangan PMKRI untuk merebut kembali ketika rakyat disakiti.


Seremonial pembukaan rakernas juga diawali dengan misa pembukaan yang dipimpin Pastor Moderator PMKRI cabang Ende, Pater Frans Ndoi, SVD. Dalam khotbahnya, Pater Frans mengatakan, dalam bacaan injil bicara soal garam dan terang. Garam, lanjutnya adalah untuk mebuat enak. Yang tawar bisa menjadi enak dengan garam. PMKRI, kata Pater Frans, diminta untuk mernjadi garam dunia dalam arti menjadi organisasi massa yang enak dan menyenangkan para anggota, menyenangkan, masyarakat, gereja dan pemerintah. PMKRI boleh melakukan kritik namun kritik yang disampaikandengan cara yang enak bukan dengan cara seenaknya saja.


“Menjadi pertanyaan, apakah selama ini PMKRI sudah menjadi wadah yang mengenakan? Jangan sampai orang dengar nama PMKRI langsung geli, kesal dan tutup pintu karena PMKRI sudah tidak enak dan akhirnya orang tidak hanya tutup pintu tapi juga tutup hati,” kata Pater Frans.


Seklain menjadi garam, PMKRI juga harus menjadi cahaya menjadfi terang yang kelihatan di dalam gelap dan warga PMKRI diharapkan memperlihatkan hal-hal yang baik. PMKRI jangan jadi organisasi gelap. Apalagi sebagao organisasi katolik maka harus menjadi organisasi gelap di mata gereja dan para uskup.


Usai seremonial pembukaan, rakernas dilanjutkan dengan seminar yang menampilkan sejumlah pembicara dalam tiga sesi seminar.

Tidak ada komentar: