30 Juni 2008

Penanganan Pemuda Menjadi Tanggung Jawab Bersama

· Komunikasi Sebagai Alat Pemersatu
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Pembangunan sumberdaya manusia terutama pemuda yang berkualitas dan profesional demi mendukung pelaksanaan pembangunan merupakan tanggung jawab bersama baik pemerintah maupun seluruh komponen kemasyarakatan yang ada termasuk organisasi pemuda. Pembinaan kepemudaa di Ende demi mewujudkan pengembangan iklim yang kondusif demokratis bagi generasi muda dalam mengaktualisasikan potensi, bakat dan minat dengan memberikan ruang apresiasi diri secara bebas.
Hal itu dikatakan Asisten III Setda Ende, Bernadus Guru saat pembukaan bimbingan teknis kepemimpinan pemuda di Gedung Wanita Inepare, Kamis (12/6). Pengorganisasian diri, kata Bernadus Guru, bertujuan untuk menjadi pemimpin masyarakat dan pimpinan bangsa yang beriman dan bertakwa, berakhlak mulia, patrioris, demokrasi, mandiri dan tanggap terhadap aspirasi rakyat.

Penentu Sejarah
Pelatihan yang dibuat, kata Bernadus Guru agar terciptanya pemimpin pemuda yang memiliki rasa tanggung jawab terhadap kemanusiaan, tidak membiarkan diri dibimbing sifat dan sikap hidup yang rendah. Para peserta yang hadir akan menjadi penentu jalannya sejarah kemanusiaan di daerah ini. Kepada para peserta, dia juga meminta untuk mengembangkan iklim generasi muda yang kondusif dalam mengaktualisasi segenap potensi, dalam diri kaum muda harus terpatri minat dan semangat kewirausahaan yang bredaya saing dan mandiri. Melindungi generasi muda dari bahaya destruktifterutama penyalahgunaan obat terlarang, minuman keras, perjudian dan perilaku amoral. Menumbuhkan organisasi kemasyarakatan pemuda di ebrbagai segmen kehidupan masyarakat sebagai wahana pembelajaran dan berpartisipasi aktif dalam pemecahan persoalan daerah dan negara.
Ketua Panitia Penyelenggara, Ayub Mithe pada kesempatan itu mengatakan, kegiatan dihadiri 50 peserta dari unsur organisasi pemuda, organisasi perempuan, pelajar dan mahasiswa. Bimbingan teknis menampilkan empat pembicara masing-masing Pius Pampe, Agustinus T. Gempa, Abraham badu dan Aloysius B. Kelen. Pelaksanaan bimbingan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran pemuda memelihara rasa solidaritas, integritas dan mengembangkan profesionalisme pemuda menuju bangsa bermartabat dan sejahtera. Meningkatkan kapasitas dan kompetensi pemuda, membangun pemuda pemimpin yang mengenal jati diri dalam semangat kepeloporan dan meningkatkan partisipasi pemuda dalam pembangunan nasional.
Pius Pampe, Dosen FKIP Universitas Flores dalam materinya, membangun integritas dan solidaritas pemuda yang nasionalis religius menuju bangsa berbudaya menegaskan, di Indonesias adanya pemuda nasionalis religius tentu bergayut langsung dengan Pancasila sebagai ideologi persatuan dan kesatuan bangsa. Ideologi ini dipresentasekan dalam orientasi dan tindakan nyata oleh individu untuk kepentingan kelompok. Pemuda nasionalis sebuah ciri jati diri otentik sarat nilai kehidupan dibangun dari kesadaran nurani untuk melihat, menghayati dan memahami keragaman etnik yang hidup dengan cara masing-masing.

Keroposnya Integritas
Dikatakan, akar permasalahan keroposnya integritas dan solidaritas bangsa dipengaruhi modernisasi sebagai faktor utama. Faktor lainnya yakni tidak adanya kontinuitas pembinaan secara teratur, terarah dan tersistem. Orientasi pembangunan lebih terfokus pada bidang ekonomi.
Abraham Badu dalam materinya kepemimpinan pemuda dalam masyarakat majemuk mengatakan, hidup dalam negara yang penuh ujian seperti saat ini, di mana setiap komponen saling menguasai secara serakah akan menimbulkan malapetaka. Kemajemukan yang ada dalam bangsa dan negara ini akan menjadi peluang, ancaman dan tantangan. Kemajemukan dapat menjadi peluang saling membutuhkan, melengkapi dan memperkaya dan untuk itu membutuhkan tanggung jawab etis dalam mewujudkan kesejahteraan bersama. Kemajemukan bisa juga menajdi ancaman dan profokatur muncul sebagai pemicu kerusuhan. Sedangkan kemajemukan dapat menjadi tantangan butuh pemikiran yang matang dan bijaksana sehingga ruang saling membutuhkan, melengkapi dan memperkaya dapat terisi.

Komunikasi
Untuk itu, kata Abraham Badu, komunikasi sebagai alat pemersatu dan merupakan sarana untuk memodifikasi perilaku. Komunikasi juga dapat menjadi sarana mempengaruhi perubahan, mendorong suatu rasa partisipasi dan membagi informasi untuk perhatian dan keuntungan timbal balik. Komunikasi juga dapat memberikan dorongan bagiseseorang dalam melakukan pekerjaan dan komunikasi yang baik yang memberikan motifasi tersebut.
Menjadi pemimpin efektif, kata Abraham Badu menyitir Sedarmayanti, harus melakukan lima hal, yakni mengenali diri sendiri, menegal situasi yang dihadapi, memilih gaya kepemimpinan yang sesuai dengan situasi dan kondisi, memenuhi kebutuhan tugas dan memenuhi kebutuhan indifidu dan kelompok. Untuk itu, dia mengajak segenap pemuda untuk menjadi pemuda yang peka yakni memiliki kemampuan untuk melihat perubahan, enerjik dalam artian semangat jiwa dan raga, mulia yakni bijak dalam mengambil keputusan. Selain itu pemuda harus universal dalam artian tidak berpihak pada kelompok tertentu dan dinamis atau tidak kaku serta antusias yakni tangap terhadap situasi danb kondisi di masyarakat.
Alo Kelen menegaskan, perkembangan teknologi menyebabkan banyak orang muda berada pada persimpangan jalan. Mereka dilanda kebingungan menentukan pilihan. Pemuda juga memasuki dunia setengah maya yang serba bisa, mengasyikan dan menyenangkan sehingga menajdi lupa diri dan sulit mengambil jarak. Gaya hidup menjadi berubah lebih indifidualistik, kinsumeristik, materialistik, hedonistik dan instan. Mereka juga hidup bersama di lingkungan rentan bencana alam, konflik sosial, ekonomi, budaya, politik dengan kontrol sosial yang lemah dan ego kelompok yang kuat. Mereka mulai termakan perkembangan teknologi serta mulai merosot nilai-nilai kemanusiaannya.
Kondisi ini menjadi keprihatinan semua pihak. Kehadiran institusi pendidikan hingga sekarang berwajah ganda. Di satu sisi memanusiakan manusia dan menjadikan mansuia semakin cerdas dan berkualitas namun di sisi lain pendidikan dapat pula menyebabkan semua kebobrokan, keterbelakangan, kemiskinan, konflik, perang dan demoralisasi. “Sekolah dituding sebagai institusi yang bertanggung jawab atas semua realitas ini.”
Menyikapi semua ini perlu disadari adanya kearifan lokal seperti persatuan, kebersamaan, saling menghormati, gotong royong, solidaritas, musyawarah, keadilan sosial perlu dilestarikan. Upayanya dapat melalui jalur pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Sementara Agus T. Gempa pada kesempatan itu memaparkan surat keputusan bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri terkait pedoman pelaksanaan tugas kepala daerah/wilayah kepala daerah dalam pemeliharaan kerukunan umat beragama, pemberdayaan forum kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadat.

Tidak ada komentar: