22 April 2010

Listrik Padam Terus, PLN Ende Didemo GMNI

* Desak PLN Cabang FBB Perbaiki Manajemen Pelayanan

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Menyikapi pemadaman listrik yang berlangsung selama ini dan tidak menentu, Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Ende melakukan aksi demonstrasi. Dalam aksinya ini, GMNI menilai selama ini PLN telah melakukan pemadaman listrik seenaknya saja padahal masyarakat sudah memenuhi kewajiban membayar rekening listrik tepat waktu. Karena itu GMNI Cabang Ende mendesak PT PLN Cabang Flores Bagian Barat (FBB) untuk memperbaiki manajemen pelayanan kepada masyarakat pelanggan agar pemadaman tidak lagi dilakukan.


Aksi mahasiswa dari GMNI Cabang Ende diawali dengan menggelar orasi di simpang lima, Selasa (30/3). Ketua GMNI Cabang Ende, Andreas Eusebius dalam orasinya mengatakan, pemadaman listrik yang dilakukan secara terus menerus selama beberapa bulan terkahir menunjukan tidak becusnya manajemen PLN dan merupakan bukti lemahnya komitmen PLN dalam melayani masyarakat pelanggan. Pemadaman dengasn alasan teknis, lanjut Eusebius banyak merugikan masyarakat pelangan, usaha kecil dan menengah yang kegiatan usahanya bergantung pada listrik. Kondisi ini mengakibatkan kerugian bagi dunia usaha karena dengan adanya pemadaman kegiatan usaha mereka menjadi terhambat. “Dunia usaha harus tertunda karena listrik padam. Ini bukti bobroknya pelayanan PLN,” kata Eusebius.


Dia juga menegaskan, pemadaman listrik yang terjadi pada pukul 18.00-21.00 juga sangat berpengaruh pada persentasde kelulusan siswa-siswi peserta ujian nasional (UN) baik di tingkat SMA maupun SMP. Hal itu karena jam pemadaman listrik ini bertepatan dengan jam belajar mereka. Sehingga waktu belajar mereka dalam menghadapi ujian menjadi berkurang dan mengakibatkan mereka kurang siap menghadapi UN.


Ditegaskan pula, di jaman moderen seperti ini, masyarakat sudah sangat bergantung pada listrik. Pemadaman listrik yang dilakukan manajemen PLN selama ini jelas sangat mengganggu aktifitas masyarakat. Selain itu, pemadaman yang dilakukan secara tiba-tiba tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu telah mengakibatkan barang eletronik milik pelanggan rusak.


Menyikapi kondisi seperti ini, GMNI mendesak DPRD Ende untuk mengambil sikap tegas dengan memanggil manajemen PLN guna menjelaskan persoalan yang terjadi. DPRD Ende juga didesak untuk membentuk Panitia Khusus (Pansus) guna mengusut tuntas persoalan pemadaman listrik ini.


Sementara Jhon Leto, anggota GMNI lainnya dalam orasinya mengatakan, pemadaman yang dilakukan seenaknya oleh manajemen PLN sudah sangat merugikan masyarakat. Pdahal, kata Leto, masyarakat pelanggan sudah memenuhi kewajiban mereka membayar rekening listrik secara rutin setiap bulan. Menurutnya, manajemen PLN selalu bertindak tegas jika ada pelanggan yang menunggak pembayaran dikenakan sanksi. Namun di sisi lain, pelayanan PLN sangat amburadul. Pemadaman bergilir tanpa ada batas waktu jelas sudah sangat merugikan masyarakat pelanggan.


Dalam aksinya ini, GMNI Cabang Ende juga menyerukan empat butir pernyataan sikap, pertama mendesak pihak PLN Cabang Flores Bagian Barat segera memperbaiki manajemen pelayanan publik tyanpa mengabaikan hak-hak konsumen pelanggan listrik. Kedua, kepada semua pelanggan listrik yang peralatan elektroniknya rusak berat diharapkan untuk segera menempuh jalur hukum untuk memproses ganti rugi akibat kerugian yang diderita oleh pelanggan listrik. Ketiga, mendesak DPRD Kabupaten Ende untuk segera membentuk Pansus untuk menungkap buruknya manajemen pelayanan publik yang berdampak pada aktifitas pelanggan listrik di Kabupaten Ende.


Manajeer PT PLN (Persero) Cabang Flores Bagian Barat, Audi Damal didampingi Asisten Manajer Distribusi, Lukman L Tobi dan Asisten Manajer Niaga, Hasrmadji dalam konferensi pers di ruang kerjanya, Selasa mengatakan, manajemen PLN mewnyampaikan permohonan maaf kepada segenap pelanggan ketidaknyamanan yang timbul akibat pemadaman listrik yang terjadi selama ini. menurut Damal, pihak manajemen PLN juga merasa tidak nyaman dengan kondisi seperti ini.


Menyikapi kondisi ini, lanjut Damal, manajemen PLN terus berupaya agar kondisi ini bisa kembali normal dan segera teratasi. Menurutnya, kondisi pemadaman seperti ini bukan saja terjadi di Ende dan Flores tetapi hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kondisi ini mengakibatkan sulit untuk mendapatkan mesin guna mengatasi kondisi ini. namun demikian, setelah melalui berbagai upaya, PLN Wilayah NTT telah memebrikan bantuan satu mesin dengan kapasitas 500 Kw dan tambahan sewa satu unit mesin yang menurut rencana terpasang bulan Mei.


Dikatakan, seharusnya mesin sewa yang sudah ada terpasang pada bulan April namun karena kendala transportasi sehingga belum tiba di Ende. Namun dia berharap, jika meisn sudah tiba dan masuk jaringan maka ada penambahan daya 1000 Kw dengan daya terpasang ini maka akan mencukupi dan jika tidak ada gangguan mesin maka tidak lagi dilakukan pemadaman mulai bulan Mei. Selain itu, pada bulan Nopember 2010 mendatang, PLTU Ropa sudah mulai dioperasikan. Dengan kapasitas 7000 Kw akan dimanfaatkan untuk wilayah Ende dan Sikka. Jika demikian, kata Damal, sudah m,asuk aman dan mesin di PLTD Mautapaga dapat dilakukan pemeliharaan tanpa ada pemadaman.


Diakuinya, selama ini sering terjadi pemadaman karena ada sejumlah mesin yang rusak dan sulit untuk diperoleh suku cadangnya. Selain itu, pemadaman terpaksa dilakukan karena kemampuan mesin terpasang kurang mampu terutama ada beban puncak. Hal itu juga disebabkan karena kondisi pelanggan di Ende didominasi pelanggan rumah tangga. Di mana pada jamjam tertentu antara pukul 17.00-21.00 pemakaian tinggi sedangkan daya mampu mesin hanya 4.900 Kw sedangkan beban puncak mencapai 5.898 Kw. Kondisi ini mengakibatkan kekurangan 900 Kw sehingga terjadi pemadaman bergilir.


Kondisi ini dapat diatasi jika pada jam beban puncak ini, masing-masing rumah tangga memadamkan satu mata lampu. Namun sejauh ini hal itu sulit dilakukan sehingga PLN terpaksa melakukan pemadaman bergilir. “Karena kalau kita paksakan pada beban puncak maka mesin akan rusak,” kata Damal.




Tidak ada komentar: