18 Agustus 2010

Persentase Kelulusan Nol Persen, Animo Siswa Masuk Rendah

* SMAN 1 Ende Dibanjiri Siswa Baru

Oleh Hieronimus Bokilia


Ende, Flores Pos

Kepala Sekolah SMA Swasta Taruna Vidya, Johanes Lenta mengatakan, tahun ajaran 2010-2011 ini jumlah siswa yang mendaftar masuk ke SMA Tarvid sangat rendah. Dia mengakui, faktor persentase kelulusan yang rendah ikut berpengaruh terhadap rendahnya mint\at siswa baru mendaftar masuk ke SMA Swasta Taruna Vidya (Tarvid).


Kepada wartawan di ruang kerjanya, Johanes Lenta mengatakan, sebenarnya, permasalahan persentase kelulusan menjadi faktor yang paling terkahir dalam mempengaruhi animo siswa baru mendaftar ke sekolah swasta. Persoalan yang mendasar menurut Lenta, adalah disebabkan karena sekolah-sekolah negeri dan sekolah menengah kejuruan yang ada di Ende tidak diberikan batasan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga dalam menerima siswa baru. Kalaupun ada pembatasan penerimaan siswa baru oleh dinas, lanjut Lenta, ada kepala sekolah yang ‘nakal’ dan masih mau menerima siswa baru melebih kapasitas rombongan belajar yang disyaratkan. Untuk itu dia memint apihak dians agar tegas memberikan pembatasan kepada sekolah negeri dan sekolah kejuruan dalam menerima siswa baru.


Faktor lain yang menyebabkan banyak orang tua lebih memilih mendaftarkan anak mereka ke sekolah negeri, lanjut Lenta adalah masalah biaya. Biasanya, orang tua memilih sekolah negeri karena biayanya lebih murah dibandingkan dengan sekolah swasta. Padahal, kata Lenta, dalam proses selanjutnya justru sekolah negeri juga masih memungut uang dari siswa. “Bahkan kadang sampai Rp2 juta,” kata Lenta. Pungutan seperti itu, menurut Lenta bahkan lebih murah jika dibandingkan serkolah swasta seperti di SMA Tarvid.


Alasan lain menurut Lenta adalah karena di sekolah negeri fasilitasnya lebih lengkap dibandingkan dengan sekolah-sekolah swasta. Kondisi seperti itu, kata dia menjadi tantangan bagi sekolahnya. Untuk itu ke depan pihak sekolah akan melakukan koordinasi dengan komite sekolah, para orang tua untuk membicarakan hal tersebut. Menurutnya, tanggung jawab pendidikan bukan hanya ada pada pihak sekolah tetapi juga pada orang tua. Namun selama ini, kata Lenta, orang tua masih kurang memperhatikan dan terlibat langsung dalam masalah pendidikan. “orang tua belum begitu memperhatikan kewajiban mereka memeprhatikan pendidikan anak saat berada di luar sekolah,” kata Lenta.


Kepala SMAN 1 Ende, Peta Amatus mengatakan, untuk tahun ajaran 2010-2011 ini, sebanyak 852 calon siswa baru yang mewndaftar di sekolahnya. Namun dari jumlah siswa ini, setelah dilakukan seleksi hanya diterima sebanyak 280 siswa baru. Kebijakan ini diambil karena masih ada sebanyak 60 siswa kelas 10 yang tidak naik ke kelas 11 pada tahun pelajaran yang lalu.


Dikatakan, penerimaan siswa baru di SMAN 1 Ende sangat memperhatikan dengan kapasitas daya tampung di sekolah. Karena itu, tidak semua siswa yang mendaftar dapat diterima di SMAN 1 Ende. Diakuinya, minat calon siswa mendaftar di SMAN 1 Ende dari tahun ke tahun memang sangat tinggi. Namun dilihat dari jumlahnya, selalu sama dari tahun ke tahun.


Dikatakan, pertimbangan memilih sekolah negeri kemungkinan karena dari faktor biaya relatif lebih terjangkau. Apalagi, kata dia, untuk sekolah-sekolah negeri apalagi di SMAN 1 Ende, tidak ada anak murid yang diusir dari sekolah hanya karena orang tua belum membayar uang sekolah. Menurut Amatus, tugas anak murid adalah sekolah. Sedangkan kewajiban orang tua adalah membayar uang sekolah. Jadi menurutnya tidak ada alasan bagi sekolah untuk memulangkan siswa hanya karena alasan belum membayar uang sekolah.


Ditanya soal kualitas yang menjadi daya tarik, Amatus mengatakan soal kualitas dan persentase tingkat kelulusan siswa itu tergantung dari penilaian. Namun bagi SMAN 1 Ende, lanjtnya, persentase kelulusan dari tahun ke tahun selalu dapat dipertahankan.


Saat ini, kata dia, dengan jumlah siswa baru sebanyak 280 maka jumlah siswa di SMAN 1 Ende sebanyak 948. dari jumlah siswa ini dilayani 62 orang guru. Namun terkait guru, beban guru mata pelajaran khususnya eksakta akan menjadi lebih banyak bahkan bisa mencapai 30 jam apalagi dengan jumlah rombongan belajar yang makin banyak. Kendala lainnya yakni guru bimbingan dan konseling (BK) yang terbatas. Dengan hanya memiliki dua guru BK dan dengan jumlah siswa yang begitu banyak sangat mengalami kekurangan. Sedangkan untuk guru bidang IPS, lanjutnya sejauh ini tidak ada masalah.

Tidak ada komentar: