22 Juli 2011

Kantor Pertamanan Gelar Lokakarya Penyususunan Master Plan Pengelolaan Sampah

· Bupati Don Wangge, Dari Lokakarya Bisa Hasilkan Master Plan

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Kantor pertamanan dan Kebersihan Kabupaten Ende mengelar lokakarya penyusunan master plan pengelolaan sampah. Dari lokakarya ini diharapkan mampu menghasilkan master plan pengelolaan sampah.

Lokakarya dibuka Bupati Ende, Don Bosco M Wangge di aula PSE Ende, Senin (11/7). Bupati Don Wangge pada kesempatan itu mengatakan, kebanyakan orang mengidentikan sampah sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak berharga. Padahal, sampah sangat bermanfaat dan punya nilai ekonomi yang sangat tinggi jika dikelola secara baik.

Kota Ende sebagai pusat pertumbuhan, katanya, jelas setiap saat selalu mengalami penambahan jumlah penduduk. Penambahan jumlah penduduk ini jelas sangat berpengaruh terhadap dampak kuantitas dan kualitas limbah sampah yang terus bertambah. Mencegah timbulnya berbagai permasalahan terhadap kehidupan manusia maupun gangguan pada lingkungan akibat limbah sampah maka diperlukan upaya-upaya pengelolaan sampah yang lebih efektif dan efisien.

Pengelolaan sampah terutama sampah perkotaan masih menemui berbagai kendala sosial budaya, ekonomi maupun penerapan teknologi. Dari aspek sosial budaya, masih dijumpai perilaku masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Kondisi ini menurutnya juga terjadi di Ende. Masyarakat masih membuang sampah di sembarang tempat seperti di saluran air, di jalan dan di sungai.

Di Indonesia, lanjutnya, data dari Kementerian Lingkungan Hidup menyebutkan 15-20 persen limbah sampah dibuang secara baik dan tepat sementara sisanya dibuang ke sungai dan menimbulkan masalah banjir. Diperkirakan, 85 persen kota kecil secara resmi membuang limbahnya ke tempat terbuka. “Situasai yang sama saya yakin juga masih terjadi di Ende. Kalau musim hujan, di perempatan jalan Melati, bandara dan jalan bawah menjadi tempat pembuangan sampah. Sampah menumpuk di badan-badan jalan,” katanya.

Dari aspek ekonomi dan penerapan teknologi, kata Bupati Don Wangge, pengelolaan sampah saat ini belum mempertimbangkan asas manfaat secara ekonomi. Pengelolaan sampah dilakukan secara single method yakni wadah-kumpul-angkut-buang. Sampah sepenuhnya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA) dan mengakibatkan lahan TPA terbatas dan sampah yang dibuang bertumpuk dan menimbulkan pencemaran lingkungan dan mengganggu kesehatan mengingat sistem yang digunakan masih sistem pembuangan terbuka (open dumping).

Tantangan ke depan adalah bagaimana menyiapkan sistem pengelolaan sampah yang efektif dan efisien berdasarkan regulasi dan mampu mengelola sampah dengan tetap berwawasan lingkungan serta menerapkan teknologi. Pengelolaan sampah tidak lagi menimbulkan bau dan poenyakit namun bisa menjadi peluang usaha industri yang dapat menyerap tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.

Karena itu dia berharap, dari lokakarya yang dilaksanakan ini, nantinya dapat bermuara pada menghasilkan master plan pengelolaan sampah di Kabupaten Ende. Selanjutnya dapat dipresentasikan di Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal meningat ada alokasi dana untuk pengelolaan sampah.

Kepala Seksi Kebersihan, Abdullah Ahmad selaku ketua panitia mengatakan, sesuai data jumlah penduduk tahun 2010 khusus untuk di Kota Ende mencapai 79.882 jiwa. Jika setiap orang menghasilkan 0,3 kg sampah dalam sehari maka produksi sampah perkotaan diperkirakan mencapai 42 ton atau 278 meter kubik per hari. Itu berarti dapat mencapai 8.627 ton dalam setahun. Sampah yang dikelola selama tahun 2010 baru mencapai 14.043 meter kubik atau baru 24 persen. Cakupan ini masih jauh dari yang diharapkan dalam standar pelayanan minimal yaitu 80 persen. Kondisi ini dipengaruhi oleh aspek teknis operasional sistem pengelolaan sampah, aspek kelembagaan, aspek pembiayaan, aspek hukum dan aspek peran serta masyarakat.

Selama ini, pengelolaan sampah di Ende menggunakan pola komunal langsung di mana sampah dari sumber sampah dikumpulkan di tempat pembuangan sementara (TPS) dan diangkut ke TPA. TPS yang dimiliki sebanyak 15 terbesar di 15 lokasi di kecamatan dalam kota. Kapasitas masing-masing empat meter kubik dan sampahnya belum terpilah dan TP yang dikelola masih menggunakan sistem open dumping.

Tantangan utama yang dihadapi adalah perkembangan penduduk yang berdampak pada bertambahnya volume sampah, beragam jenis dan karakteristik sampah dengan lahan yang terbatas. Pengelolaan sampah belum sesuai metode dan teknik pengelolaan sampah berwawasan lingkungan dan sistem pembuangan di TPA Rate menggunakan open dumping menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Belum adanya pemilahan sampah dan daur ulang. Tidak tersedia tempat sampah terpilah di fasilitas umum.

Dikatakan, dalam lokakarya ini menghadirkan pembicara Peter Howson, konsultan dari VSO juga narasumber lokal yakni Dominikus M Mere, Kepala Bappeda, Yos Mario Lanama, Kadis PU dan Aliya Dewi, Kepala kantor Pertamanan dan Kebersihan.

Tidak ada komentar: