22 Juli 2011

Uniflor Lepas 148 Sarjana Baru

· Jaga Nama Baik Lembaga

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Universitas Flores dalam pelaksanaan wisudanya kali ini, melepas sebanyak 148 sarjana dan diploma baru ke tengah masyarakat. Kepada para sarjana dan diploma baru ini, diharapkan untuk selalu dan tetap menjaga nama baik lembaga pendidikan Universitas Flores dalam kehidupan kemasyarakatannya.

Wisuda sarjana dan diploma Universitas Flores dilaksanakan di kampus I Uniflor, Kamis (21/7). Rektor Uniflor, Frans Badhe pada acara wisuda mengatakan, wisuda yang dilaksanakan ini bukan sekedar seremoni tetapi merupakan peristiwa penting yang menunjukan berakhirnya tugas layanan dan asuhan secara formal kepada mahasiswa. Wisuda, kata Badhe adalah peristiwa penting menandai batas antara tahapan kehidupan belajar di kampus dengan dengan status mahasiswa dan tahapan kehidupan pengamalan ilmu di dunia kerja dan masyarakat dengan status sebagai lulusan. “Wisuda adalah penanda awal tahap kehidupan seorang lulusan dalam menrancang dan meniti karir,” kata Badhe.

Wisuda, lanjutnya juga merupakan momentum pelepasan para peserta didik menjadi diri sendiri agar mampu mengembangkan kemampuan memanfaatkan sebagian modal kecil ilmu dan teknologi yang pernah diperoleh di kampus untuk menyikapi dengan dinamika pasar kerja dan kehidupan. Untuk itu, dibutuhkan strategio penyikapan terhadap kondisi karena sesuatu yang pasti di masa depan adalah sesuatu yang tidak pasti itu sendiri.

Mengutip seorang penutur kejernihan, badhe memberikan pesan kepada para wisudawan bahwa kepintaran itu penting tetapi yang paling penting adalah kebijaksanaan. Kepintaran tanpa kebijaksanaan akan bia menghasilkan orang yang egois dan serakah.

Ketua Yayasan Perguruan Tinggi Flores, Herman Yoseph Gadi Djou pada kesempatan itu tidak bicara banyak. Kepada para wisudawan dia hanya berpesan agar senantiasa menjaga nama baik lembaga Universitas Flores ketika berada di tempat kerja maupun di masyarakat.

Sekretaris Daerah Ende, Yoseph Ansar Rera pada kesempatan itu mengatakan, wisuda merupakan puncak keberhasilan sekaligus tantangan untuk mampu mencetak sumberdaya manusia yang berkualitas yaitu lulusan yang berpengetahuan dan berketerampilan yang dapat diterima di pasaran tenaga kerja yang semakin sempit dan kompetitif. Tingkat kualitas pendidikan generasi muda akan menentukan apakah bangsa Indonesia dan masyarakat Kabupaten Ende mampu merespon perubahan jaman dan memenanfgkan persaingan yang kian kompetitif.

Mewakili Bupati Ende, Don Bosco M Wangge, Ansar Rera mengatakan, setiap generasi muda dapat menjadi aset atau menjadi beban bagi bangsa. Bagi yang cerdas, berpengetahuan dan berketerampilan menjadi aset dan potensi memberikan kontribusi positif terhadap daya saing sedangkan yang tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan akan menjadi beban yang harus ditanggung oleh negara.

“Saya yakin saudara-saudara merupakan aset yang sangat berharga bagi pembangunan dan akan selalu memanfaatkan ilmunya untuk kepentingan masyarakat,” katanya.

Agustinus K Wasek, mewakili para wisudawan pada kesempatan itu mengatakan, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, persoalan korupsi, kolusi dan nepotisme masih terjadi akibat tergerusnya nilai-nilai kejujuran dan sportifitas. Persoalan ini menjadi berita utama media massa. Di saat yang sama, masalah-masalah sosial terus datang baik itu konflik vertikal dan horisontal yang terus menggerogoti kedamaian yang dirindukan akibat cara berpikir yang inklusif dari pihak-pihak yang merasa golongan atau keyakinannya lebih super dari golongan atau keyakinan lain. Persoalan-persoalan moral tentang terhempasnya nilai-nilai inti di tengah kehidupan generasi muda akibat tumbuhnya mental instan menyayat etika ketimuran lewat praktik asusila dan penyalahgunaan obat-obatan terlarang.

Masih banyak persoalan yang harus dicarikan akar masalahnya. Momen wisuda, katanya menjadi benang merah menemukan jawaban dari semua kerisauan yakni pendidikan. Pendidikan membingkai dan memampukan untuk melihat secara lebih jelas bahwa tergerusnya begitu banyak keutamaan dari sisi kehidupan sebagai ironi besar antara outpun yang begitu banyak dihasilkan lembaga pendidikan. Pendidikan menjadi titik tolak refleksi atas kesenjangan yang terjadi antara intelektualitas dan akhlak manusia yang kian memprihatinkan.

Richard Kerongo Mose, Sukarelawan VSO Indonesia dalam orasi ilmiahnya berjudul perubahan iklim sebagai fenomena ciptaan orang kaya raya dan dampaknya bagi kebanyakan orang miskin papa mengatakan, perubahan iklim merupakan perubahan cuaca kolektif selama jangka waktu yangpanjang. Perubahan iklim bukanlah hal baru. Iklim dunia telah berubah selama berabad-abad. Halbaru yang mengkhawatirkan dunia dewasa ini adalah tingkat di mana iklim telah berubah dalam beberapa dekade terakhir. Ini terjadi lebih cepat daripada sebelumnya. Lebih cepat dari manusia dapat mengadopsinya.

Perubahan iklim, kata Richard disebabkan oleh gas rumah kaca. Gas ini memungkinkan sinar matahari untuk menembus ke bumi dan membuat bumi lebih panas. Pemanasan global meskipun bukan perubahan iklim tetapi mengarah ke perubahan iklim. Ini merupakan gas rumah kaca yang berasal dari pembakaran batubara, kayu, bahan bakar fosil seperti bensin dan solar, metana dari sawah, pembuangan limbah dan kotoran ternak, nitrogen oksida dan sulfur heksafluorida yang digunakan dalam lemari es.

Negara-negara maju semakin khawatir tentang tingkat emisi dari negara-negara berkembang tetapi mereka lupa tentang emisi mereka sendiri. Negara-negara kaya menghasilkan GRK lebih banyak karena mereka memiliki lebih banyak mobil dan indstri dan kebutuhan per kapita energy mereka jauh tinggi dibandingkan negara-negara berkembang. Lebih dari 80 persen emisi CO2 berasal dari produksi energy dan industry namun emisi CO2 dari deforestasi dan pertanian mencapai hanya 13 persen. 70 persen dari semua emisi CO2 berasal dari Negara maju yang mempunyai hanya 15 persen populasi dunia. Amerika Serikat dengan populasi 350 juta memancarkan lebih daro 2 persen CO2 du dunia. Cina memiliki 20 persen dari populasi dunia hanya menghasilkan tujuh persen dari CO2 dunia.

Indonesia adalah penghasil CO2 ketiga terbesar di dunia dari perubahan penggunaan lahan terutama deforestasi. Tetapi penting untuk diingat bahwa emisi CO2 dari penggunaan tanah mencapai hanya 13 persen dari emisi total CO2 di dunia.

CO

Tidak ada komentar: