22 Juli 2011

Distrik Lautem Timor Leste Studi Banding Manajemen PRB di Ende

· Hal yang Baik dapat Diterapkan di Distrik Lautem

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Distrik atau Kabupaten Lautem dari Negara Republic Demokratik Timor Leste selama beberapa hari ini melakukan kunjungan dan studi banding manajemen pengurangan resiko bencana (PRB) di wilayah Indonesia khususnya di Kabupaten Ende. Pemerintah Distrik Lautem Timor Leste bertukar pengalaman bersama terkait manajemen PRB dengan Flores Institute for Recources Development (FIRD) Ende dan mengunjungi beberapa lokasi bencana yang selama ini sudah didampingi FIRD.

Dalam diskusi FIRD dengan pemerintah dari Distrik Latem di aula Firdaus Nanganesa, Selasa (28/6), Vincent Sangu dari FIRD memaparkan kerja-kerja FIRD yang memiliki jaringan kerja bersama LSM di seluruh kabupaten di Flores dalam manajemen PRB. Selain mendampingi masyarakat dalam program PRB, FIRD juga melakukan pengdampingan dan penguatan di bidang lainnya seperti penguatan ekonomi masyarakat dan pendampingan terhadap penyandang disabilitas atau penyandang cacat.

FIRD, kata Sangu senantasa mengembangkan berbagai kegiatan perkuatan ekonomi guna mengantisipasi jika pada suatu waktu nanti lembaga donor tidak lagi menjalin kerjasama dan jika dalam proses kerjasama tidak lagi sepaham dan FIRD memutuskan kerjasama seperti yang dilakukan dengan Oxam GB beberpa waktu lalu.

Upaya-upaya perkuatan ekonomi yang dilakukan FIRD, kata Sangu diantaranya membentuk koperasi dan UBSP. Menurut Sangu, selama ini kyang banyak koperasi yang sulit diakses oleh anggotanya sendiri da lebih banyak mensejahterakan para pengurusnya. Anggota yang adalah masyarakat miskin dengan simpanan yang kecil di koperasi pada akhirnya tidak dapat mengakes dana pinjaman dalam jumlah yang besar. Sedangkan pemilik modal yang memiliki uang simpanan yang besar dapat mengakses pinjaman dalam jumlah yang besar. Karena itu FIRD berupaya membentuk koperasi yang dapat membantu masyarakat dan memudahkan mereka mengakses dana pinjaman untuk perkuatan ekonomi masyarakat.

Upaya FIRD lainyya adalah mengembangkan usaha-usaha produktif lain dan mengembangkan media FIRD yakni radio dan bulletin Gong Flores dan pembuatan film documenter. FIRD juga menyiapkan tenaga-tenaga trainer, modul dan aula FIRD yakni Firdaus Training and Development Center.

Terkait program PRB yang dilakukan, kata Sangu sudah mulai Nampak dan di tingkat pemerintah sudah ada tim kerja penanggulangan bencana. Di tisyarakat mereka sudah mulai membuat rencana aksi penanggulangan dan pengurangan resiko bencana. Bahkan untuk Kabupaten Ende sudah berhasil dibentuk Tim Siaga Bencana Desa (TSBD) di 13 desa/kelurahan.

Bupatu atau Distric Administrator Lautem, Zeferino Dos Santos S mengatakan, tujuan kedatangan mereka ke Indonesia dan Ende khususnya adalah untuk saling sharing pengalaman dalam penanganan pengurangan risiko bencana. Pilihan melakukan studi banding gkat ke Ende dan bersama FIRD mengingat kondisi kebencanaan dan kultur masyarakat di Ende, NTT sama dengan yang ada di Distrik Lautem. Keberadaan mereka, katanya untuk melihat langsung penangana PRB dan hal-hal yang baik dapat diadopsi untuk diterapkan di Distrik Lautem.

Dos Santos katakan, dari pemaparan kerja-kerja FIRD yang dilakukan selama ini sudah berjaln sangat baik. Bahkan jaringan kerjasama FIRD sudah lintas kabuaten di seluruh wilayah Flores. “System kerja dan manajemen yang baik seperti ini yang akan kita adopsi untuk terapkan di sana,” kata Dos Santos. Di Timor Leste, peran pemerintah dalam penanganan PRB masih sangat dominan. Jaringan dan system kerja yang dibentuk dari pemerintah pusat sampai ke tingkat desa atau suco. Koordinasinya juga tidak berbelit karena dari kementerian langsung ke bupati tanpa perantara provinsi karena di sana tidak ada provinsi.

Menurutnya, keberadaan LSM merupakan partner dan mitra kerja dengan pemerintah. Karena itu LSM tidak boleh bertindak sebagai pesaing pemerintah. LSM harus memberikan masukan dan cara pemecahan dari setiap permasalahan dan bukannya hanya bekerja mengeritik pemerintah. Di Timor Leste, kata dia dalam kerjasama dengan NGO asing, harus melalui pemerintah pusat. Setelah diijinkan baru mereka bisa turun membangun kerjasama dengan distrik. Jika tanpa ijin pemerintah pusat mereka akan ditolak di distrik, kecamatan dan desa.

Jose da Costa Monteiro, Kepala Dinas Sosial Ekonomi Distrik Lautem yang juga Koordinator DDMC semacam organisasi penanggulangan bencana alam daerah mengatakan, kata bencana dan kebencanaan memang sudah didengar sejak lama namun tidak tahu manajemen penanganan bencana seperti apa. Sejak tahun 2003 baru mereka mulai melakukan manajemen penanganan bencana dibawah koordinasi kementerian dalam negeri.

Pada tahun 2008 baru pemerintah membuatkan kebijakan penanggulangan bencana. Namun dalam penanganan bencana, masih kerja dengan fasilitas dan sumber daya manusia yang minim. Namun dari kondisi minim yang ada tetap dilakukan koordinasi untuk penanganan bencana.

Distrik Lautem, dengan lima kecamatan, 34 desa dan 152 kampung memiliki luas 2.078 km persegi. Data penduduk tahun 2004 sebanyak 56.293 dan pada tahun 2011 diperkirakan sudah mencapai 65 ribu. 89 persen bekerja sebagai petani, 7 persen polisi dan tentara, 2 persen bekerja sebagai pegawai pemerintah dan sisanya bekerja pada lembaga-lembaga internasional yang ada di Timor Leste.

Terkait kebencanaan di Lautem, kata Jose Monteiro bencana yang sering terjadi adalah kebakaran, angin kencang, banjir dan konflik social yakni perkelahian antar perguruan silat, karate yang sudah menjadi isu nasional, kemarau panjan dan hama penyakit tanaman.

Kerja-kerja dalam upaya mengurangi resiko bencana, telah pula dilakukan. Setiap unit kerja yang ada selain menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing juga diarahkan untuk menjalakan tugas-tugas penanganan bencana. Telah pula dilakukan mitigasi, membentuk system kerja penanganan bencana dari desa dan kecamatan hingga menghasilkan rencana aksi. Lakukan pula asesman untuk resiko dan kerentanan hingga menghasilkan peta tiga diensi. Lakuan pula sosialisasi dan pelatihan serta membuka pusat informasi di tingkat distrik.

Dalam kunjungan dan studi banding ini, selain Bupati Lautem eferino Dos Santos dan Jose da Costa monteiro juga diikuti Adolfo da Costa dari Kementerian Sosial Timor Leste, Kepala Desa Bauro, Sidalio Freitas, LSM Fraterna, Elio da Silva Gonzaga.

Tidak ada komentar: