22 September 2010

Guru Sain Harus Memahami Siswa dan Sain

  • SMAK Ndao Gelar Seminar dan Demonstrasi Sains

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Hiskia Achmad, pengamat pendidikan MIPA dan anggota Kelompok Studi Pendidikan Berkualitas LAPI-ITB mengatakan, seorang guru sains harus mencintai dan memahami siswa dan sains. Jika guru mencintasi siswa ia akan membnerikan yang terbaik kepada siswa. Agar dapat memberikan sains yang terbaik ia harus memahami sains. Agar dapat memahami sains ia harus mencintai sains dan agar siswa dapat menerima sains, ia harus memahami siswa.

Hal itu ditegaskan Haskia Achmad dalam seminar nasional dan demonstrasi sains yang diselenggarakan SMAK Fratewran Ndao di aula sekolah tersebut, Senin (6/9). Acara dibuka Wakil Bupati Edne, Achmad Mochdar.

Menurutnya, guru yang baik tidak perlu kurikulum yang baik. Namun, guru yang kurang merkipun kurikulum baik pendidikan tidak berhasil. Seseorang yang mendapat gelar kesarjanaan belum cukup dan dia harus membina karir sampai umum enam puluh tahun melalui pelatihan, seminar, konperensi ilmiah, lokakarya, membaca majalah ilmiah dan membaca buku.

Dikatakan, pendidikan adalah pembentukan kemampuan dalam pola pikir, perilaku, olah rasa dan semangat, sehingga terbangun budaya yang mampu mensejahterakan kehidupan. Pendidikan demikian mengupayakan tercapainya keseimbangan kecerdasan intelektual, spiritual dan emosional secara terencana dan terprogram dengan metoda yang tepat dan efektif serta menyenangkan. Metoda belajar berbasis lingkungan sekitar hidupnya berdasarkan prinsip universal sehingga siswa mampu mencari jalan pemecahan masalah dan tantangan hidupnya berdasarkan kemampuan penalaran dan keterampilannya. “Dapat dikatakan bahwa pendidikan semacam ini adalah untuk membangun budaya ilmu pengetahuan (budaya sains). Budaya semacam ini tidak kita perhatikan sehingga melahirkan budaya instan, jalan pintas,” kata Hiskia Achmad.

Dikatakannya, informasi dari berbagai sumber menunjukan kualitas pendidikan di Indonesia khususnya pendidikan dasar dan menegah kurang memuaskan atau dengan kata lain mutu pendidikan rendah. Menurut laporan pembangunan manusia yang dipublikasikan UNDP dalam hal indeks pendidikan Indonesia menempati urutan 111 dari 177 negara. Pada tahun 2005, PISA melaporkan Indonesia berada pada peringkat 50 dari 57 negara dalam hal melek sains dan matematika. Selanjutnya indeks fasilitas UMPTN/SPMB tahun 1997-2007 sangat rendah. IF rata-rata berturut-turut Fisika 14,6 persen, matematika 16,3 persen, biologi 27,5 persen, kimia 28,4 persen. Hasil-hasil ini menunjukan kualitas kelulusan SMA lemah dalam konsep-konsep dan prinsip dasar fisdika, matematika, biologi dan kimia.

Hiskia Achmad mengatakan, menurut Sirilus B, kesimpulan pada tahun 2000 menunjukan bawa kemampuan siswa kelas lima SD di Kota Kupang setaraf dengan kemampuan siswa kelas tiga SD di Malang. Kemampuan siswa kelas tiga SMP di Ende setara dengan kemampuan siswa kelas satu SMP di Solo dan kemampuan siswa kelas tiga SMA di Maumere setara dengan siswa kelas satu SMA di Yogyakarta. “Dengan kemampuan mengamati hasil UN 2008-2010 mungkinm perbedaan sudah melebar menjadi tiga tahun.” Kata Hiskia Achmad.

Dalam kaitan dnegan guru, Hiskia mengatakan, berdasarkan sumber Tempo, hasil seleksi calon pegawai untuk guru pada tahun 1998/1999 dari nilai 100, nilai rata-rata tes matematika 27,67, fisika 27,35, biologi 44,96, kimia 43,35 dan bahasa inggris 37,17. fakta lain menunjukan bawa sebagian guru MIPA SLTP, SLTA dan SMK di Jakarta tidak dapat menjawab soal yang seharusnya dapat dikerjakan oleh siswa. Dari skala 1-10 yang mendapat angka 7,5 ke atas hanya tiga persen dan yang lulus dengan skor seadanya 57 persen.

Praktek-praktek pendidikan selama ini disibukan dengan perubahan kurikulum tetapi lupa pada proses pembudayaan ilmu pengetahuan yang bersifat terbuka. Praktek jalan pintas dalam berbagai manifestasinya di masyarakat harus ditinggalkan. Peningkatan kualitas pendidikan di Indoneisa dalam rangka menuju bangsa Indonesia yangmemiliki daya saing yang kuat. Penyadaran masyarakat terhadap pentingnya dan perlunya budaya sains dan matematika yang kuat. Inti dari program ini adalah melek sains dan matematika. Guru sains dan matematika harus memiliki tingkat literacy yang lebih tinggi dari rata-rata tingkat literacy masyarakat. Perlu pula penyadaran masyarakat tentang pendidikan berkualitas.

Wakil Bupati Ende, Achmad Mochdar saat mebuka seminar mengatakan, tekad untuk meningkatkan SDM mengantarkan pada tiga persoalan yaitu sarana dan prasarana pendidikan, sistem pendidikan dan tenaga kependidikan. Dari tiga pilar ini, peran guru paling dominan. Guru, kata Wabub Mochdar, dibutuhkan tidak saja kemampuan akademiknya tetapi juga kemampuan memediasi berfungsinya sarana prasarana pendidikan, sistem pendidikan dan murid. Seorang guru, lanjutnya dituntut dapat mentransfer ilmu yang dimiliki melalui sistem pendidikan yang baru. Guru juga dituntut membangun komunikasi yang harmonis dan humanis dengan peserta didik dan dengan dukungan orangtua murid serta ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai.

Guru yang profesional dan bermartabat, lanjut Wabub Mochdar menjadi impian semua karena akan melahirkan anak bangsa yang cerdas, kritis, inovatif, demokratis dan berakhlak. “Perwujudan impian ini tidak seperti membalik telapak tangan karena itu perlu kerja keras dan sinergi dari semua pihak yakni pemerintah pusat, pemerintah daerash, masyarakat dan guru,” kata Wabub Mochdar.

Upaya nyata yang telah dilakukan pemerintah untuk peningkatan kualitas guru, lanjutnya, diantaranya peningkatan kualitas akademik guru menjadi S1/D4, peningkatan kompetensi guru, pembinaan karir guru, pemberian tunjangan guru, penghargaan, perlindungan guru dan sertifikasi guru.

Tidak ada komentar: