22 September 2010

Semarak, Malam Takbir Akbar di Pulau Ende

* Takbiran di Laut Diikuti 25 Perahu Motor
Oleh Hieronimus Bokilia
Ende, Flores Pos
Malam takbir akbar di Kecamatan Pulau Ende demikian semarak. Takbiran yang dilaksanakan di atas perahu melibatkan lebih kurang 25 perahu motor baiki perahu penumpang maupun perahu nelayan itu berlangsung meriah. Perahu-perahu yang telah dihiasi aneka lampu hias membuat laut Pulau Ende kian semarak di malam hari. Suara takbir menggema membahana dari setiap perahu menambah khidmatnya malam takbiran di atas perahu itu.
Camat Pulau Ende Arba’a Djuma kepada Flores Pos di Pulau Ende, Kamis (9/9) mengatakan, kegiatan ini sudah tiga kali diselenggarakan dan akan dilaksanakan secara rutin setiap tahun saat malam takbiran menjelang Idul Fitri. Dalam kegiatan ini, kata dia melibatkan seluruh warga Pulau Ende baik yang memiliki perahu maupun umat yang ikut ambil bagian menumang perahu-perahu yangterlibat dalam malam takbiran di atas laut itu.
Untuk kegiatan kali ini, lanjutnya, melibatkan lebih kruang 25 perahu baik perahu motor penupang maupun perahu nelayan yang sehari-hari digunakan nelayan untuk menangkap ikan. Malam takiran di atas laut ini diawali di Pelabuhan Pulau Ende di Paderape. Selanjutnya perahu-perahu peserta malam takbiran ini menuju rute perjalanan ke Nangakeo menyisir pantai Ende sampai Rate. Selanjutnya dari sana kembali menyisir laut dan melewati Aejeti, Ekoreko, Pu’utara, Paderape, Rendoraterua, Ndoriwoi, redodori dan kemudian kembali ke tempat star semula di Dermaga Pulau Ende.
Pantauan Flores Pos, perahu-perahu yang telah dihiasi lampu aneka warna terus mengumandakgnakn shalawat dan takbir dari perahu masing-masing. Bahkan, di atas perahu pun aktifitas seperti menyalakan kembang api dan mercun tetap dilakukan para peserta sehingga menambah kian semaraknya suasana malam takbiran.
Perahu-perahu pesertta malam takbiran yang mulau berangkat dari pelabuhan sekitar pukul 19.16 dan melalui rute yang telah ditentukan. Perahu-perahu peserta malam tkabiran baru kembali sekitar pukul 22.45. umat yang ikut serta dalam kegiatan ini kemudian langsung kembali untuk mempersiapkan diri mengikuti sholat id pada Jumad (10/9).
Pelaksanaan sholad id di Pulau Ende dipusatkan di lapangan bolakaki Metinumba Desa Redodori. Selain pelaksanaan sholat id di Metinumba. Sedangkan umat Islam yang tidak mengikuti sholat id di Metinumba mengikuti sholat id di masjid di tempast masing-masing.
Sholat id di Masjid Nurul Iman, Ekoreko Desa Rorurangga dipimpin Imam Jaidun Mandar. Sedangkan yang bertindak selaku khotib dalam sholat id ini adalah Ustad Nurdin Hasan. Sholat id di Masjid Nurul Iman dibanjiri umat Muslim di desa tersebut. Banyaknya umat yang hadir membuat kapasitas masjid tidak mampu menampung seluruh umat dan umat yang lain terpaksa menempati pelataran dan tangga serta halaman masjid.
Ustad Nurdin Hasan dalam khotbanya mengatakan, setelah satu bulan berpuasa dan pada malam takbir telah berkumandang takbir, tablikh dan tahlil menandakan seluruh umat Islam telah keluar dari satu peperangan yang maha dasyat selama satu bulan. Gema takbir, tablikh dan tahlil yang terus menggelora di dalam darah merupakan bentuk pengakuan terhadap kekuasaan Allah.
Gema takbir, lanjut Ustad Nurdin Hasan telah menggema dan bergelora dan diucapkan oleh seluruh umat Islam baik yang berdosa maupun yang alim. Semua itu menunjukan bahwa hanya Allah yang mampu merubah hidup manusia dan berkehendak melakukan apapun. “Hari ini adalah hari kemenangan seluruh umat Islam di seluruh dunia. Namun kemenangan ini bukan kemenangan melawan orang-orang yang membenci atau musuh-musuh yang datang merong-rong terhadap ketokohan, tetapi menang terhadap hawa nafsu, perasaan serba tahu, keseombongan, keangkuhan, kebanggan terhadap kedudukan di dalam dunia, kemenangan terhadap hawa nafsu minuman keras,” kata Ustad Nurdin Hasan.
Umat Islam, lanjutnya dalam setiap sistem kehidupan telah terjebak. “Manusia mengaku beragama Islam tetapi malu mengucapkan asalamualaikum. Bangga sebagai orang Islam tetapi malas sholat. Mengatakan membenci orang Yahudi tetapi arak dan minuman keras diminumnya. Bangga sebagai mayoritas tetapi kecil di tengah minoritas. Semua itu terjadi akibat ulah kita sendiri.”
Ustad Nurdin Hasan juga merinci enam dari dlapan perbuatan yang membuat hati menjadi mati, antaralain, mengetahui hak Allah tetapi tidak ditunaikan, membaca Al Qur’an tetapi tidak mengamalkan ajaran-jaran-Nya. Bahkan, kondisi ril menunjukan bahwa tidak saja tidak mengamalkan ajaran tetapi tidak membaca Al Qur’an. Selain itu, lanjutnya, umat Islam mengatakan mencintai Rasululah tetapi tidak mengamalkan sunahnya. Rasululah meninggalkan sifat kedermawananan tetapi umat masa bodoh dan tidak membantu sesamanya yang susah.
Umat Islam, kata Ustad Nurdin takut mati tetapi tidak menyiapkan bekal untuk menghadapi kematiannya. Selanjutnya, tahu bahwa setan adalah musuh tetapi sering berkumpul bersama dan melakukan dosa. Berlagak sombong di atas dunia dan Allah tidak sukas terhadap orang-orang yang sombong.
Pada kesempatan itu Ustad Nurdin mengajak seluruh umat untuk mewnjaga kehidupan agar hati tidak menjadi mati. “Mudah-mudahan bisa memberikan arti untuk hidup ke depan. Puasa dapat memberikan arti dalam kehidupan,” kata Ustad Nurdin Hasan.
Usai menjalankan sholat Diul Fitri, umat langsung saling bersalaman dan saling memaafkan. Setelah bubar dari masjid, umat langsung saling berkunjung dari rumah ke rumah dan memberikan ucapan selamat da saling memaafkan kepada kerabat dan keluarga masing-masing.
Pada kesempatan itu, bagi umat Islam yang mempunyai niat khusus dan mebutuhkan doa di rumah masing-masing mengundang Imam Masjid Nurul Iman, Jaidun Mandar maupun imam yang lain untuk memimpin doa di rumah mereka.
Sedangkan pada siang hingga sorenya, selain bersalaman dari rumah ke rumah, kaum muda memilih untuk mengisi waktu bertamasya ke pantai di Ujung Aspal Ekoreko Desa Rorurangga. Ratusan motor ojek berulang kali mengantar jemput kaum muda yang hendak bertamsaya ke tempat ini.
Kepala Desa Raorurangga Junaidin P.S mengatakan, selama masa puasa hingga Idul Fitri sitausi senantiasa aman dan tertib. Situasi yang senantiasa kondusif ini terjadi berkat kerja sama semua pihak baik pemerintah desa maupun masyarakat. Kepada aparat di desa, lanjut Junaidi, pihaknya telah membangunkerja sama agar setiap warga baru yang datang ke desa harus melaporkan diri ke kepala desa. Dikatakan, jika dibandingkan dengan Idul Fitri tahun lalu yang sempat terjadi keributan namun tahun ini kondisinya sangat kondusif.

Tidak ada komentar: