20 September 2010

Keluarga Besar Likong Tikong Maumere Gelar Misa Persaudaraan

  • Gotong-Royong Menghadapi Kedukaan

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Persatuan keluarga Besar Likong Tikong Maumere (LTM) di Ende menggelar misa persaudaraan di gedung Olangari. Misa ini merupakan momen pertemuan keluarga besar Likong Tikong Maumere di Ende mengingat sudah sekian lama acara yang sama tidak pernah digelar. Misa persaudaraan ini dipimpin Romo Sirylus Lena, Pr didampingi Rm. Dionisius Bolen, Pr, Rm. Avelinus, Pr, P Kanisius Bhila, SVD dan P Markus Tulu, SVD.

Ketua Umum Keluarga Besar Likong Tikong Maumere di Ende, Alberth Nikolaus Sino kepada Flores Pos, Jumad (20/8) mengatakan, misa persaudaraan tersebut digelar dalam upaya LTI menjalin rasa persaudaraan di antara sesama anggota. Lagi pula, sudah cukup lama kegiatan seperti itu tidak digelar sehingga dipandang perlu untuk kembali menggelar pertemuan yang dirangkai dengan misa bersama.

Dalam kegiatan ini juga direncanakan dihadiri sesepuh orang Maumere di Ende, Yoseph Ansar Rera. Acara juga diisi dengan acara perkenalan dari setiap kloang dan dipandu oleh ketua kloang masing-masing.

Keluarga Besar LTM di Ende ini, lanjut Niko Sino dibentuk dengan pengesahan Anggaran dasar pada 11 Juli 1993 lalu. LTI secara khusus mengemban misi saling membantu secara bergotong royong dalam menghadapi kedukaan atau kamatian anggota LTM. Hal ini sejalan dengan nama Likong Tikong yang berarti bergotong royong mengatasi sesuatu masalah secara bersama-sama.

Pembentukan LTM di Ende ini, kata dia bertujuan mempersatukan orang-orang Maumere yang ada di Kota Edne dan sekitarnya, menghimpun dana solidaritas kematian guna disumbangkan bagi keluarga yang ditimpa kedukaan dan saling membantu dalam menghadapi kesulitan. Keanggotaannya sendiri bersifat terbuka bagi semua orang Maumere yang tinggal dan menetap di Ende baik keluarga maupun perorangan. LTM juga terbuka bagi yang bukan orang Maumere tetapi berminat bergabung bersama LTM.

Keberadaan LTM dalam melayani anggota, tetap mengacu pada AD dan ART serta perarutan-peraturan LTM. Bila mendapat kedukaan berhak mendapatkan pelayanan seperti bagi yang terdaftas sebagai tanggungan penuh dan tinggal menetap di rumah dana kematian sebesar Rp1 juta. Menggunakan kursi LTM sebanyak 100 secara gratis sampai malam terakhir sedangkan pada malam lainnya pihak keluarga menanggung biaya transportasi. Bagi anggota yang orangtua kandungnya atau mertuanya yang tinggal di Maumere atau di tempat lain diberikan sumbangan uang transpor sebesar Rp250 ribu dengan patokan Ende-Maumere. Sedangkan bagi yang tinggal sementara seperti pembantu, tamu yang meninggal di dalam rumah anggota LTM diberikan sumbangan sebesar Rp200 ribu.

Niko Sino mengatakan, LTM saat ini memiliki enam rayon. Pembentukan rayon ini untuk menghemat biaya transportasi, meningkatkan rasa persaudaraan, kekeluargaan dan keakraban antar sesama anggota. Enam rayon yang ada yakni Rayon Mautapaga, Onekore, Paupire, Garuda, Dolog dan Rayon Woloare/Ndao. Setiap kloang, katanya diberikan otonomi khusus mengatur sendiri hal-halk diluar ketetuan yang berlaku umum seperti arisan berbunga, uang makan minum saat pertemuan, kas kloang atau kesepakatan internal kloang lainnya.

Sebagai bentuk dukungan terhadap keberadaan LTM, Niko Sino mengimbau kepada seluruh anggota LTM untuk rutin mengikuti pertemuan bulanan di kloang masing-masing. “Tujuannya demi mempererat rasa persaudaraan diantara anggota kloang yang sama dan saling kenal mengenal secara lebih akrabn,” kata Niko Sino. Dia menambahkan, semangat Likong Tikong hendaknya terus diwujudnyatakan lewat sikap dan tingkah laku di mana ketika ada anggota LTM yang berduka tanpa undangan sekalipun hendaknya menghadiri setiap kegiatan kedukaan tersebut.

Tidak ada komentar: