22 September 2010

Pembangunan PAH, Atasi Kesulitan Air Pulau Ende

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Kesulitan masyarakat Pulau Ende terutama menyangkut air minum, saat ini berangsur-angsur sudah mulai teratasi. Mampu diatasinya persoalan air minum di Pulau Ende ini berkat pembangunan bak penampung air hujan (PAH) bagi warga Pulau Ende berkat bantuan dari UNICEF.

Hal itu dikatakan Kepala Desa Rorurangga, Junaidi P.S kepada Flores Pos di Pulau Ende, Jumad (10/9). Junaidi mengatakan, sebelum PAH dibangun, warga memang sangat kesulitan air bersih. Untuk memenuhi kebutuhan air, warga terpaksa memanfaatkan sumur yang ada walau airnya berasa payau.

Namun dua tahun terakhir ini, lanjut Junaidi, persoalan air bersih itu sudah mulai teratasi berkat pembangunan bak penampung air hujan bantuan dari UNICEF. “Kami warga Desa Rorurangga khususnya dan warga Pulau Ende umumnya sangat berterima kasih kepada UNICEF yang sudah bantu atasi masalah air bersih di Pulau Ende,” kata Juanidi.

Masuknya program PAH dari UNICEF ini semula memang kurang direspon oleh masyarakat. Namun setelah mengetahui manfaat dari pembangunan penampung air hujan ternyata mendapat respon cukup besar dari masyarakat. Saat ini, lanjutnya, setiap rumah yang ada di Desa Rorurangga dan Pulau Ende umumnya sudah memiliki bak penampung air hujan.

Junaidi mengakui, selain membantu pembangunan penampung air hujan, UNICEF juga telah membantu memfasilitasi pendaan untuk pembangunan jamban keluarga. Khusus di Desa Rorurangga saat ini, semua rumah sudah memiliki jamban. Kondisi ini, kata dia telah membantu masyarakat dalam mendukung program kesehatan.

Kebiasaan masyarakat buang air besar (BAB) di pinggir pantai berangsur-angsur mulai berkurang. Dia mengakui, untuk merubah pola kebiasaan buruk yang sudah cukup lama ada di masyarakat itu memang cukup sulit. Namun, kata dia, pemerintah akan selalu berkoordinasi dengan aparat desa lainnya dan masyarakat agar pola kebiasaan lama yang tidak baik itu dapat dirubah perlahan-lahan.

“Kita berharap suatu saat nanti kebiasaan BAB di pinggir pantai itu hilang sama sekali dari Pulau Ende. Itu sudah kebiasaan jadi untuk merubahnya tidak semudah membalikan telapak tangan. Butuh proses,” kata Junaidi.

Tidak ada komentar: