13 Februari 2011

Pembinaan Karakter Bangsa harus Diperhatikan dalam Pendidikan

  • Kata Wapres Saat Silaturahmi di SMAK Syuradikara

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Kemajuan suatu negara sangat terpegantung pada mutu manusia. Mutu manusia sangat dopengaruhi dua hal yakni kesehatan dan pendidikkan. Manusia Indonesia harus memiliki pengetahuan yang setara agar dapat bersaing dalam mendapatkan pekerjaan dan dalam persaingan bisnis baik dengan sesama di daerah lain maupun di negara lain. Itu berarti, genersi muda harus dipersiapkan baik dari sisi pengetahuan maupun keterampailannya. Namun dua hal ini saja tidak cukup. Lebih dari itu, yang haruis disiapkan pula adalah sikap generasi muda yang sejalan dengan tatanan dan nilai-nilai. Pembinaan karakter bangsa hendaknya jangan dilupakan dalam pendidikan generasi muda.

Hal itu ditegaskan Wakil Presiden Boediono saat silaturahmi dengan para siswa SMA/MA/SMK di aula SMAK Syuradikara, Rabu (29/12). Wapres boediono didampingi Ibu Herawati Boediono mengatakan masalah karakter bangsa memang ahrus selalu diperhatikan. Terkadang, orang puas engan hasil akademis dan mulai melupakan pembentukan watak. Padahal, bung Karno dalam setiap kesempatan selalu menekanklan nation and character bilding. Karena itu, persoalan karakter bangsa ini harus selalu diperhatikan dalam pendidikan.

Pendidikna, lanjut Wapres Boediono dirasakan sangat penting guna mempersiapkan generasi muda yang nantinya akan mengambilalih tongkat estafet kepemimpinan. Untuk bisa mempersiapkan generasi muda, dua hal pokok yang menjadi fokus yakni kesehatan dan pendidikan bagi kaum muda karena meerupakan kunci kemajuan sebuah bangsa.

Masalah pendidikna, katanya merupakan tugas dan tanggungjawab bersama yang harus dikerjakan secara bersama. Anak-anak juga harus siap untuk menerima dan mau mempersiapkan diri enjadi pemimpin. Anak-anak haryusd mau membuka diri dan membuka hati. “Generasi muda harus siap menjadi pemimpin masa depan. Harus siap menerima tanggungjawab dari bangsa pada tahun-tahun mendatang dan harus siapkan diri. Kalau generasi mudanya semakin merosot mutunya maka negara akan mandek dan kemudian runtuh,” kata Wapres Boediono dihadapan para siswa SMA/MA/SMK se-Kota Ende.

Dalam sesi dialog, Yustina dari SMAK Syuradikara mengangkat persoalan ujian paket di mana menghadapi persoalan saat memasuki perguruan tinggi. Terkadang ada perguruan tinggi yang tidak mengakomodasi pemegang ijasah paket sehingga pemegang ijasah paket tidak dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Dia meminta penegasan pemerintah menyikapi persoalan seperti itu.

Terhadap persoalan ini, Menteri Pendidikan Nasional, Muhamad Nuh mewngatakan, penyelenggaraan ujian paket karena tidak semua anak Indonesia memiliki kesempatan mengenyam pendidikan informal. Pelaksanaan ujian paket untuk menjamin kesetaraan anak bangsa dalam menerima pendidikan. Terkait kekhawatiran lulusan paket C tidak dapat lanutkan ke jenjang perguruan tinggi, dia tegaskan bahwa lulusan paket C sangat bisa m,asuk perguruan tinggi karena ujian paket C sama dengan SMA/MA dan SMK.

Dikatakan pula, pemerintah sudah merumuskan agar ujian masuk perguruan tinggi langsung melihat pada hail ujian nasional (UN) sehingga masuk Pttidak perlu harus melalui ujian lagi.

Menjawab Ibrahim dari SMAN 2 Ende, Muhamad Nuh menegaskan, sekolah tidak boleh dibisniskan untuk kepentingan sesaat. Sekolah harus ditata dengan baik agar tidak sampai dibisniskan. Sedangkan terkait lulusan SMK, dia menegaskan bahwa SMK dibuka untuk mencoba memutus mata rantai kemsikinan. Lulusan SMK diharapkan mampu mebuka lapangan kerja dan mudah mendapatkan pekerjaan.

Pater Jhon Balan, SVD pada kesempatan itu mengusulkan agar pendidikan dasar harus mendapatkan perhatian. Banyak sekolah dasar yang kekurangan guru. Perlu ada upaya pendidikan guru sekolah dasar dan ditingkatkan mutunya agar mam[pu mempersiapkan anak didik dari sekolah dasar dengan lebih baik. Karena menurutnya, jika dasar dipersiapkan kurang bagus maka ke pendidikan menengah akan rapuh. Karena itu, lanjutnys, pemerintah perlu mendukung PGSD karena dengan demikian NTT tidak sulit mengelola pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi.

Terhadap usulan ini, Wapres Boediono menyatakan untuk mempersiapkan generasi muda maka harus dimulai sumber awalnya. Seperti air, untuk mendapatkan air yang bermutu harus dicek dari sumber awalnya. Karena itu, sejak masih anak-anak sudah harus dibentuk.

Jefri Riwu Kore, anggota Komisi X DPR RI mengatakan, masalah pendidikan memang membutuhkan perhatian khusus. Untuk NTT, lanjutnya dalam setiap rapat dengan Mendiknas, selalu menegaskan untuk memperhatikan dan memberikan perhatikan khusus untuk NTT mengingat dalam UN lalu NTT menempati rangking terbawah. Menyikapi persoalan pendidikan di NTT, lanjut Riwu Kore, telah disepakati bersama Mendiknas untuk menggelar workshoop yang dihadiri kepala dinas PPO NTT dan para kepala dians PPO tingkat kabupaten se-NTT di Jakarta.

Workshop dimaksud dinilai penting agar dapat mencarikan akar permasalahan dan menemukan cara mengatasi. Pemerintah pusat perlu menerima masukan dari masing-masing kabupaten meningat cara mengatasi persoalan di masing-masing daerah tidak sama. Jangan sampai pusat menurunkan program namun tidak dapat dijalankan karena tidak sesuai dengan karakter daerah masing-masing.

Tidak ada komentar: