15 Februari 2011

Sabtu, Peletakan Batu Pertama Pembangunan PLTA Nndungga

  • Semua Proses Sudah Dilalui

Oleh Hieronimus Bokilia

Ende, Flores Pos

Menurut rencana, Sabtu (5/2) mendatang akan dilakukan peletakan batu pertama pembangunan pembangkit listrik tenaga air mini hidro di Ndungga Kecamatan Ende Timur. Seluruh persiapan untuk acara ii sudah dilakukan termasuk kesiapan masyarakat dalam menerima kehadiran proyek ini.

Hal itu dikatakan Kepala Desa Titutewa, Robertus Ato Manggo kepada Flores Pos, Sabtu (29/1). Manggo mengatakan, rencana pembangunan PLTA Ndungga itu sudah dirintis sejak tahun 1987 degan melakukan penelitian awal. Penelitian lanjutan baru dilakukan pda tahun 1996 yang kemudian dilanjutkan dengan penbayaran pembebasan tanah dan ganti rugi tanaman pada tahun 2006.

Selanjutnya, kata Manggo, sejak tahun 2006-2009, masyarakat menunggu proyek Bank Dunia ini ditenderkan di Jakarta. Proses tender kemudian dimenangkan oleh PT Brantas Adi Praya. Tahun 2009 kemudian dilanjutkan dengan sosialisasi keberadaan proyek PLTA mini hidro Ndungga ini kepada masyarakat. Sosialisasi terus berlanjut hingga tahun 2010.

Pengerjaan di lokasi, kata Manggo sudah mulai dilakukan sejak tahun 2009. pekerjaan yang dikerjakan seperti pembukaan jalan menuju rumah mesin, pembuatan lubang untuk bendungabn dan peledakan batu cadas yang awalnya dilarang namun kemudian setelah dilakukan pembicaraan dengan tua adat akhirnya diijinkan sambil menunggu pelaksaan seremoni adat.

Pada awal bulan Januari 2011 lalu, telah dilakukan pertemuan bersama antara PT PLN Wilayah NTT, PLN Surabaya dan PLN Ende. Pertemuan dihadiri juga oleh kepasla desa dan BPD. Dalam pertemuan itu, kata Manggo, telah disepakati untuk dilakukan seremoni adat pada 5 Februari mendatang. “Kesepakatan pertemuan itu juga sudah disetujui bupati,” katanya. Selanjutnya, pada 27 Januari lalu telah dilakukan rapat bersama tiga kepala desa di lokasi PLTA yakni kepala desa Tuwutewa, Ndungga dan kepala desa Tomberabu 2 bersama mosalaki tiga suku yakni Mosalaki Tombe, Watumbena dan Ndungga. Semuanya sepakat seremoni adat tetap dilaksanakan 5 Februari.

Ditanya kesiapan masyarakat, Manggo katakan, di kalangan masyarakat awalnya memang sempat terjadi pro dan kontra karena banyak hal baru yang dilakukan di lokasi. Namun berkat sosialisasi yang terus dilakukan, akhirnya masyarakat mulai memahami pentingnya proyek ini. Bahkan masyarakat yang semula menolak pengeboran pada kedalaman 100 meter karena khawatir merusak tanaman mereka akhirnya menerima. Manajemen PT Brantas juga menyetujui adanya ganti rugi berupa uang sirih pinang yang diminta masyarakat.

Soal ganti rugi tanah dn tanaman, kata Manggo juga sudah diselesaikan hingga tuntas. Pembayaran, kata dia sudah dilakukan pada bulan Desember 2006 lalu dengan nilai total ganti rugi Rp2 miliar lebih. “Jadi intinya sudah tidak ada lagi persoalan di masyarakat soal kehadiran PLTA ini. Masyarakat sudah terima dan berharap segera dibangun,” kata Manggo

Tidak ada komentar: